Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Kisah Pria Tinggalkan Istri Demi Nikahi Ibu Mertua] Cegah dengan Budaya Simalungun

25 Agustus 2016   17:31 Diperbarui: 25 Agustus 2016   18:32 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta terlarang mertua dan menantu bisa dicegah dengan menerapkan salah satu nilai budaya Simalungun (foto:lipsus.kompas.com)

Membaca kisah nyata yang terjadi di India sungguh membuat kaget dimana ada seorang menantu laki-laki yang berusia 24 tahun memutuskan untuk menikahi ibu mertuanya sendiri yang berusia 42 tahun. Sang ibu mertua adalah ibu kandung dari istrinya sendiri.

Sungguh mengagetkan karena pernikahan si menantu laki-laki dengan anak perempuan sang ibu pun awalnya didasari cinta. Tentu saja sikap sang suami (Suraj) dengan sang ibu kandung (Asha Devi) membuat istri Suraj (Lalita) yang berumur 21 tahun menjadi terpukul.

Pun demikian juga yang dirasakan oleh anak Lalita dan Suraj yang masih kecil. Perasaan siapa yang tidak terguncang melihat ayah kandung menikahi nenek kandung sendiri?

Bagaimana awal mula kisah cinta dan pernikahan terlarang ini? Awalnya Suraj sakit dan sang ibu mertua Asha Devi ikut merawat menantu laki-lakinya di rumah Suraj dan Lalita. Tiada disangka rasa cinta keduanya bertumbuh bahkan berlanjut dengan komunikasi telepon yang sampai berjam-jam.

Kondisi ini semakin mulus karena ternyata suami Asha Devi yang adalah papa dari Lalita bekerja jauh dari rumah sehingga kesempatan bertemu Suraj dan Asha Devi menjadi semakin mudah. Hubungan yang bagi banyak orang disebut sebagai jalinan terlarang malah sudah mendapat restu dari tetua desa setempat yang pada akhirnya menikahkan Suraj dan Asha Devi.

Kita pasti tidak ingin bila hal ini terjadi pada keluarga sebab dampaknya bukan hanya menghancurkan rumah tangga namun merusak hubungan anak dan orang tua. Adalah satu budaya dalam Simalungun yang melarang komunikasi langsung antara papa mertua dengan menantu perempuan atau ibu mertua dengan menantu lelaki. Bila menantu perempuan ingin berkomunikasi kepada bapak mertua maka tidak disarankan secara langsung namun melalui perantara orang ketiga.

Misalkan menantu perempuan ingin bertanya apakah bapak mertua sudah makan maka dia harus meminta tolong orang lain untuk menanyakan kepada bapak mertua. Pun demikian dengan menantu lelaki dengan ibu mertuanya.

Sebenarnya bukan hanya hubungan antara menantu dan mertua yang beda jenis kelamin, komunikasi langsung pun tidak disarankan untuk besan kita misalkan ibu saya dengan bapak mertua saya.

Penulis mengamati belakangan memang tidak terlalu kaku lagi namun tetap menjaga agar tidak terlalu dekat. Misalkan mama saya dulu sempat juga ikut merawat ayah bapak (oppung laki-laki saya) yang adalah papa mertua mama saya.

Oppung laki-laki saya sedang sakit dan mama saya tidak sungkan untuk mengusapkan minyak ke punggung bapak mertuanya namun dengan aturan tertentu yaitu tidak boleh berduaan dalam satu ruangan. Hal ini benar-benar masih dijaga ketat sampai sekarang.

Bukan hanya berduaan yang masih dijaga ketat namun berdiri atau duduk berdampingan juga dilarang keras. Saya menilai budaya ini sangat baik bila dipertahankan sampai sekarang. Bukan berarti kita tidak sayang papa mertua. Namun hal ini untuk menjaga sopan santun.

Sebenarnya bila bisa menjaga diri tidak apa-apa menjalin hubungan erat antara papa mertua dengan menantu perempuan dan ibu mertua dengan menantu lelaki seperti budaya lain. Sebab indah juga sebenarnya bila hubungan mertua menantu bak bapak dengan anak perempuan sendiri atau seperti ibu kepada anak lelakinya.

Lalu mengapa Suraj dan Asha Devi bukannya menjadi seperti ibu kepada anak lelaki namun menjadi kekasih? Inilah pentingnya memegang teguh budaya yang masih kami pegang di Simalungun.

Meskipun demikian, penulis berpendapat tidak salah bila Pembaca ingin menjalin hubungan menantu perempuan dengan bapak mertua dan menantu lelaki dengan ibu mertua seperti orang tua sendiri namun sedapat mungkin hindari curhat berduaan seperti Suraj dan Asha Devi. Sebab curhat meningkatkan ikatan emosional di antara keduanya. Bukankah curhat kepada lawan jenis adalah awal perselingkuhan?

Salam kearifan lokal,

Rahayu Damanik

 

Bahan bacaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun