Saya tidak dapat menolong satu persatu anggota keluarga saya yang jauh di kampung, namun melalui partisipasi saya di BPJS, saya membuktikan pada keluarga bahwa saya peduli pada mereka. Sebentuk perhatian dan kepedulian yang tidak hanya di bibir saja.
Peran Pemerintah dalam Gotong-royong BPJS
Satu hal yang paling saya kagumi dari BPJS adalah kepedulian pemerintah yang sangat terlihat dengan adanya tanggungan premi terhadap rakyat miskin. Peserta yang tidak mampu membayar premi ini disebut dengan PBI Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Sebagai pihak yang memiliki banyak keluarga yang tidak mampu khususnya yang tinggal di kampung, saya tentu menyambut baik apa yang dilakukan pemerintah. Angka penerima Bantuan Iuran (PBI) sampai dengan Mei 2016 mencapai 105.143.521 jiwa.
Semua masyarakat tidak mampu baik di kota dan di desa yang menjadi peserta BPJS berhak mendapat pengobatan gratis yang ditanggung oleh pemerintah. Perusahaan asuransi mana yang bersedia melakukan pelayanan sosial seperti ini?
Siapa yang tidak terharu membayangkan keluarga besarnya yang sudah terbukti tidak mampu menjangkau pengobatan modern kini mendapat pelayanan kesehatan gratis? Apalagi dengan keberadaan JKN, maka seluruh masyarakat mampu dan tidak mampu wajib menjadi peserta BPJS. Termasuk Pegawai Negeri Sipil, TNI, Polri, pejabat negara, pimpinan dan anggota dewan, pegawai swasta, pemberi kerja, dan semua rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
Artinya BPJS akan mendapat dukungan dana premi dari seluruh masyarakat Indonesia sehingga program gotong-royong semakin bisa berjalan dengan baik. BPJS semakin leluasa meningkatkan pelayanan, dan kekhawatiran kolapsnya BPJS semakin kecil.
Kolaps? Mungkinkah BPJS berhenti beroperasi? Tentu saja karena besarnya visi BPJS yang ingin memberikan perlindungan kesehatan gratis dan terjangkau bagi masyarakat.
Apalagi saat baru dibukanya BPJS, ribuan orang berbondong-bondong menyerbu rumah sakit. Orang yang dulunya tidak pernah mampu berobat pun akhirnya menginjakkan kaki di fasilitas kesehatan.
Bahkan tidak sedikit yang hanya menderita penyakit ringan mengantre  di fasilitas kesehatan. Siapa yang tidak bahagia kalau berobat dan dirawat di rumah sakit yang dulunya tampak begitu mewah kini digratiskan? Ahhhh, saya sungguh paham perasaan mereka. Itu bukanlah bentuk norak masyarakat miskin namun sebuah kebahagiaan dan ucapan syukur yang tiada terkira.