Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pacaran Tanpa Mengganggu Kuliah

24 Mei 2016   11:09 Diperbarui: 24 Mei 2016   16:16 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - pacaran pada masa kuliah. (Shutterstock)

Menurut kamu, kalau kuliah sambil pacaran, kira-kira perkuliahannya bisa terganggu atau tidak? Kalau menurut saya bisa terganggu bisa enggak. Terganggu kalau lagi ada masalah sama pacar. Kalau lagi konflik sama kekasih, saya pelototin diktat kuliah sampai sepuluh jam, satu pun materi gak ada yang nempel di otak.

Lalu bagaimana? Apakah sebaiknya tidak usah pacaran selama kuliah? Masalahnya bagaimana kalau ternyata ada seseorang yang bisa membuat pipi merona dan jantung berdegup kencang? Haruskah menyangkal dan menolaknya? Pasti tidak sedikit mahasiswa yang mengalami kisah jatuh cinta dan pacaran semasa kuliah.

Kalau menurut saya, saat kuliah tahun-tahun pertama sampai ketiga jangan pacaran dulu karena jadi mahasiswa jomblo itu banyak sekali keuntungannya. Setiap hari kita jadi memiliki waktu melakukan apa saja yang kita mau mulai dari berorganisasi di kampus, mengikuti berbagai kursus yang diminati, memanjakan diri ke salon, mengikuti seminar, dan berteman dengan orang-orang dari seluruh penjuru Nusantara. Apalagi saya berasal dari Sumatera Utara yang kuliah di Depok. Betapa kerennya bisa bertemu dan bergaul dengan teman-teman baru dari berbagai suku.

Berbeda kalau sudah punya pacar, apa-apa dilakukan berdua; jalan-jalan, nonton film, dan lain-lain. Padahal perguruan tinggi memberikan banyak kesempatan untuk menemukan jati diri dan menetapkan target masa depan. Bukannya saat memiliki pacar tidak bisa memikirkan masa depan namun biasanya jadi terpecah. Apalagi kalau kita tidak pintar-pintar membagi waktu, bisa-bisa kuliah terbengkalai padahal pacar belum tentu menjadi pasangan hidup. Lebih baik kalau mau berpacaran saat sudah kuliah tingkat akhir sehingga masa-masa keren kuliah tidak ada yang terlewati dan sudah puas kita nikmati.

Saya merasa beruntung tidak berpacaran selama tahun-tahun awal kuliah dan mempergunakan waktu-waktu untuk ikut organisasi kampus bahkan menjadi ketua salah satu organisasi. Saya juga jadi bisa mengunjungi tempat-tempat yang jauh seperti ke Kebumen kampung halaman teman kuliah saat liburan semester.

Betapa nikmatnya makanan desa yang dimasak di atas bara kayu api. Meskipun makanan itu berupa tempe tepung goreng, namun kenikmatannya tiada tara. Saya jadi bisa mengalami bagaimana bila berada di wilayah yang tidak ada angkutan umumnya. Terpaksalah teman saya itu membonceng saya dengan bersepeda dari rumahnya menuju ke angkutan umum yang jaraknya sekitar setengah jam perjalanan sepeda. Padahal teman saya bertubuh lebih kecil daripada saya ha..ha..Kami melanjutkan perjalanan ke berbagai daerah wisata di Jawa Tengah dengan menaiki bus setelah menitipkan sepedanya di tempat penitipan. Berwisata berdua dengan teman tentu masa yang tidak akan terlupakan.

Saat kuliah, saya juga saya berkesempatan mendapat berbagai beasiswa sehingga lumayan membantu biaya perkuliahan. Saya tidak yakin sempat memikirkan itu semua bila sedari awal kuliah saya sudah pacaran.

Lalu bagaimana bila akhirnya kita menjalin hubungan asmara saat masih kuliah? Sedikit banyak pasti mempengaruhi konsentrasi. Satu sisi pacaran bisa menjadi motivasi untuk semakin giat belajar karena malu kalau pacar tahu kita punya IP jelek, namun saat ada masalah tidak jarang kuliah jadi berantakan karena banyak waktu belajar yang jadi tersita karena memikirkan masalah dengan kekasih.

Saya sendiri pacaran saat perkuliahan sudah mau selesai. Seru, karena sama-sama memiliki cita-cita yang tinggi untuk meraih masa depan. Saat bertemu kami sering mengimajinasikan mimpi itu sehingga membuat semangat belajar semakin bertambah. Kami juga sama-sama saling mendukung khususnya saat mencari pekerjaan. Ada perlu apa-apa tinggal minta tolong pacar. Senang deh, karena ada yang selalu bisa diandalkan.

Misalkan sudah selesai UTS atau UAS kan pengennya refreshing. Jadi, tinggal mengajak pacar jalan bareng ke tempat wisata keren. Belum lagi kalau saat kuliah ada tugas yang lumayan sulit dikerjakan, jadi ada teman buat berdiskusi dan meminta masukan. Hasil tugasnya tentu lebih baik. Budaya berdiskusi itu pun berlanjut sampai menikah. Biasanya persoalan jadi lebih mudah diselesaikan bila dibicarakan berdua.

Paling seru saaat saya baru mulai bekerja sebagai sales KPR dan KTA di sebuah bank BUMN. Demi mendapat predikat sales terbaik, saya berusaha memikirkan berbagai cara agar bisa mencapai target.

Salah satunya saya mengunjungi perusahaan yang semua karyawannya memiliki penghasilan di atas rata-rata. Saya harus menyebarkan brosur dan meminta tolong pacar untuk sama-sama menyebarkan brosur di kantor tersebut. Memang hanya satu kali atau dua kali karena kan dia juga punya kesibukan. Namun, kesediaannya mau menyebarkan brosur bersama-sama dengan saya dan membuang gengsi sejauh-jauhnya menjadi sebuah tanda persahabatan yang semakin mengakrabkan. Belum lagi saat saya kuliah pasca sarjana, ada kendala di pengolahan data. Namun, karena dikerjakan berdua jadi bisa lebih santai dan hasilnya lebih baik.

Bagaimana pun baiknya dampak pacaran terhadap kuliah namun pasti tetap saja ada dampak negatifnya. Pendapat saya, untuk meminimalkan efek negatif pacaran selama kuliah bisa dilakukan dengan tips di bawah ini:

1. Jangan sampai bolos kuliah demi ketemu pacar. Kuliah adalah masalah pertanggungawaban kepada orang tua dan masa depan. Menomorduakan kuliah artinya sama saja dengan menyia-nyiakan kerja keras orang tua dan tidak bertanggung jawab terhadap masa depan sendiri.

2. Saat kami pacaran dulu boleh dibilang waktu untuk keluarga jadi sangat berkurang, kalau bisa tetap menjaga kualitas dan kuantitas kebersamaan dengan keluarga masing-masing agar kalau ada rencana untuk menikah bisa memuluskan perjalanan karena keluarga merasa sang anak tetap perhatian kepada keluarga walaupun sudah pacaran.

3. Bila sedang UAS atau UTS sedapat mungkin menahan diri untuk jangan bertemu dulu. Lebih baik fokus mempersiapkan diri dan berikan reward seperti jalan-jalan bareng berdua ke tempat yang belum pernah dikunjungi bila ujian berjalan dengan lancar. Saya adalah seorang yang mudah bangun pagi dan sebaliknya pacar saya katanya sulit bangun. Akhirnya, dia meminta tolong saya untuk missed call di pagi hari untuk melancarkan persiapan UTS atau UAS. Tentu dengan senang hati saya kerjakan.

4. Berikan semangat dan dukungan khususnya untuk belajar. Kami dulu memiliki target kalau IP harus lebih baik setelah pacaran. Jangan sampai sudah jadian malah IP menurun. Ini adalah indikator penting untuk melihat bagaimana komitmen menjaga tanggung jawab terhadap kuliah.

5. Upayakan sama-sama menanggung biaya pacaran agar jangan memberatkan salah satunya karena masih sama-sama ditanggung oleh orang tua.

6. Bila sedang ada masalah, ingat kembali cita-cita yang ingin dibangun sehingga bisa membantu terus fokus ke perkuliahan. Bertanggug jawab terhadap kuliah berarti mempersiapkan masa depan berdua yang lebih baik.

7. Sedapat mungkin tetap menjalin pergaulan dengan teman-teman sehingga kehidupan pribadi bisa juga dibangun dari teman tidak melulu tentang pacar dan pacar.

8. Kalau bisa pilihlah pacar yang serius memberi perhatian untuk kuliah dan masa depannya. Tipe yang seperti ini pasti akan tetap mengutamakan kuliah di atas apa pun juga. Selain saling menularkan semangat, tipe yang seperti ini pasti jarang (tidak pernah) mengajak bolos kuliah.

Saya percaya untuk segala sesuatu ada waktunya; ada waktu untuk bersahabat, ada waktu untuk berpacaran, ada waktu untuk menikah. Tugas kita untuk mengetahui apa yang harus diprioritaskan untuk sekarang ini sehingga pilihan saat ini akan membawa kebaikan bukannya sebuah kehancuran di masa yang akan datang. Karena setiap pilihan mengandung konsekuensi.

Salam,

Rahayu Damanik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun