Saya senang bukan main mendapat inspirasi itu, sayangnya biaya untuk menyewa tempat day care tidaklah murah. Saya membicarakan ide itu ke suami dan untungnya suami mendukung dan jadilah saya menyewa sebuah ruko yang tidak terlalu luas namun terdiri dari tiga lantai untuk dijadikan day care. Kami juga tinggal di ruko itu juga karena belum memiliki rumah sendiri saat itu.
Ruko pertama yang sewa untuk day care (foto: Rahayu)
Senang sekali akhirnya saya bisa menjadikan tempat tinggal saya sebagai tempat yang aman dan nyaman bukan hanya untuk anak saya namun juga untuk anak-anak yang ibunya terpaksa bekerja di luar rumah seperti mama saya dulu. Urusan memasak saya sendiri yang langsung turun tangan, syukurlah anak-anak di
day care suka makan sehingga tidak ada badan yang semakin mengurus seperti yang dialami anak saya dulu. Orang tua terkadang tidak percaya bagaimana mungkin anaknya yang tidak suka makan malah suka makan di
day care. Orang tua menjadi percaya karena melihat sendiri pertambahan berat badan anaknya.
Perjalanan Bisnis Day Care
Saya sudah tiga tahun mendirikan day care yang semuanya berlokasi di wilayah Poris Tangerang Banten. Pada tahun 2013-2014, saya menyewa ruko. Sayangnya ruko berkapasitas 12 anak ini tidak memiliki pekarangan dan letaknya di pinggir jalan raya. Saya menaruh day care di lantai satu, kamar keluarga dan dapur di lantai dua, serta lantai tiga untuk kamar pengasuh anak.
Semua aktivitas day care dilakukan di ruang yang tidak terlalu luas. Kolam renang terpaksa saya beli dari yang berbahan plastik kemudian dibentangkan di lantai ruko sehingga harus ekstra hati-hati supaya jangan ada anak yang tergelincir.
Kolam renang plastik di ruangan karena tidak memiliki pekarangan (foto: Rahayu)
Tahun 2014-20015 saya menyewa rumah dua lantai berkapasitas 15 orang anak yang cukup luas di sebuah cluster yang juga tidak memiliki pekarangan. Saya dan keluarga tinggal di lantai dua dan lantai satu untuk day care.
Ruang bermain indoor kurang memfasilitasi anak mengeksplor alam (foto: Rahayu)
Terakhir dari Juli 2015 sampai sekarang, saya membuka
day care di rumah saya sendiri yang terletak di sebuah cluster. Rumah saya yang sekarang terdiri dari satu setengah lantai dan tidak terlalu luas. Agar tidak mengurangi kualitas pengasuhan anak, saya membatasi anak yang dititip di
day care maksimal tujuh orang.
Anak-anak di day care (foto: Rahayu)
Ruang bermain terbatas (foto: Rahayu)
Saya memimpikan sebuah rumah luas dengan dua lantai berkapasitas 30 orang anak dengan 12 karyawan untuk dijadikan
day care. Bila semakin banyak anak yang dititip di
day care maka akan semakin bertambah yang merasakan kenyamanan dan keamanan bak di rumah sendiri. Mereka tidak perlu seperti saya dulu yang kesepian karena ada banyak teman-teman, pengasuh, dan guru yang setia menemani.
Lantai dua day care impian saya itu akan digunakan untuk kamar dan ruang keluarga saya, suami, dan anak-anak. Lantai pertama dan pekarangan untuk keperluan day care anak-anak yang dititip orang tuanya.
Lantai pertama saya rencanakan juga akan memiliki kelas-kelas belajar untuk PAUD dan play group. Lahan kurang luas dan tidak memiliki halaman untuk bermain membuat anak kurang maksimal dalam mengeksplor alam. Kegiatan indoor menurut saya cukup menjemukan untuk anak-anak sehingga terkadang membuat mereka bosan.
Halaman luas yang saya impikan adalah sebagai berikut:
Lihat Humaniora Selengkapnya