3. Membangun komunikasi yang harmonis
Keharmonisan akan tetap terjaga bila saja suami istri menjalin komunikasi yang baik karena komunikasi merupakan unsur penting dalam pernikahan. Komunikasi bukan hanya mengenai mengenai permasalahan anak, rumah tangga, atau tentang impian masa depan namun penting juga curhat kepada pasangan mengenai bagaimana perasaan kita. Curhat mengenai isi hati ke pasangan ini bukanlah hal yang mudah karena cenderung menginginkan pasangan untuk mengerti isi hati kita tanpa pernah mengungkapkannya. Selama pasangan masih manusia biasa pastilah dia tidak pernah mengetahui apa harapan di dalam hati kita bila tidak pernah mengutarakannya.
4. Membuat pasangan nyaman
Satu hal yang sering saya lakukan adalah berusaha membuat suami saya senyaman mungkin dengan mencoba mengurangi bebannya terhadap pekerjaan rumah tangga. Bukan berarti saya tidak pernah memintanya membantu urusan anak namun saya mengusahakan seminimal mungkin supaya suami bisa merasakan rumah adalah tempat yang paling nyaman baginya. Suami tampaknya juga bisa memahami kesukaan saya menonton video musik dari youtube. Sering saya menyanyi dengan suara yang cukup kencang dan tenggelam dalam alunan musik pop Indonesia bahkan lagu dangdut seperti yang ditembangkan oleh Cita Citata. Serunya suami tidak merasa terganggu dengan hobi saya itu dan tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna.
5. Bersikap seperti saat awal pernikahan atau saat masih berpacaran dulu
Syukurlah kami berdua juga memiliki hobi yang sama, menonton film berdua di bioskop, nonton tetap sambil gandengan adalah hal yang biasa bagi kami. Bukan direkayasa, namun itu terjadi dengan sendirinya. Kegiatan travel berdua dengan pasangan juga sesuatu hal yang menarik untuk kami lakukan. Apalagi banyak kota-kota romantis di Indonesia, misalkan saja ke kota Bandung yang sangat elok di pagi, siang, bahkan malam hari. Sungguh kegiatan berdua ini sangat seru.
Kebetulan sejak pacaran kami saling memanggil “yank” dan kebiasaan itu masih kami lanjutkan sampai sekarang. Ada yang mengatakan kalau sudah menikah panggilan menjadi “papa mama” saja untuk mengajarkan anak. Namun, anak-anak tetap memanggil kami “papa mama” meskipun kami memanggil “yank”. Pernah sih, dulu anak laki-laki saya ikut-ikutan memanggil suami dengan sebutan “yankku” namun itu tidak lama, anak saya mengerti kemudian memanggil kami dengan sebutan “papa mama”. Tetap memanggil dengan sebutan seperti saat pacaran bisa mengingatkan kami untuk tetap menjaga keharmonisan seperti saat berpacaran dulu.
Ada banyak cara membangun suasana harmonis seperti masa pacaran dulu namun yang terpenting adalah sikap saling mengutamakan kebahagiaan pasangan daripada diri sendiri pasti akan menimbulkan sensasi indahnya masa pacaran setelah menikah.
Salam harmonis,
Rahayu Damanik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H