Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kelangkaan Air Bersih Mengancam Dunia, Tanggung Jawab Siapa?

27 Maret 2016   02:52 Diperbarui: 27 Maret 2016   08:46 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila mencium aroma kaporit pada air, jangan khawatir karena kadar kaporit yang dimasukkan tidak melebihi kadar yang dianjurkan. Selain itu, menurut Ibu Meyrita justru kaporitlah yang berfungsi membunuh bakteri patogen. Demi menghilangkan bau kaporit sangat mudah, pelanggan dianjurkan untuk mendiamkan air keran selama 5-10 menit sehingga aroma kaporit menguap tanpa mengurangi kadar kebersihan air Palyja. Saya pun kini sadar kalau air keran dari Palyja itu ternyata higienis sehingga layak konsumsi. Selama ini saya berpikir air PAM hanya pantas dipakai untuk mandi dan mencuci saja sehingga untuk konsumsi dan masak saya menggunakan air kemasan.

[caption caption="Air hasil olahan Palyja aman dikonsumsi walau tanpa dididihkan (dokpri)"]

[/caption]

Ketersediaan Air Adalah Tanggung Jawab Bersama

Palyja telah melakukan usaha yang maksimal dalam menyediakan pasokan air bersih. Namun kendala utama yang masih tetap dirasakan adalah masalah ketersediaan air baku. Krisis air baku ini tidak bisa diatasi sendiri oleh Palyja sehingga semua masyarakat dan seluruh stakeholder harus bersama-sama mendukung keberadaan air bersih dengan turut menjaga sungai yang adalah sumber utama air baku. Bila semua pihak bekerja sama maka ketersediaan air bersih akan semakin mudah diatasi. 

Pemerintah sudah saatnya lebih ketat melakukan pengawasan terhadap cara pengelolaan dan daur ulang limbah industri sehingga kadar polutannya bisa dikurangi sebelum dibuang ke sungai. Pemerintah juga sebaiknya memberikan perhatian yang lebih atas perusahaan yang mengekplorasi sumber mata air agar perusahaan tersebut memperhatikan konservasi sumber mata air dalam jangka panjang. Developer perumahan harus diberikan peraturan tegas agar menyediakan taman perumahan dan lahan kosong sebagai tempat resapan air. Alangkah indahnya bila semua kepala daerah juga menyediakan hutan atau taman kota sehingga memberi kesempatan air hujan untuk meresap ke dalam tanah.

Peran masyarakan tidak kalah penting dalam menjaga ketersediaan air baku dengan membiasakan diri untuk membuang sampah hanya pada tempat yang disediakan. Hindari membuang sampah ke sungai karena itulah sumber air minum yang akan dikonsumsi. Gunakan satu gelas dalam satu hari untuk menghindari pencucian berulang-ulang. 

Pada saat mandi, matikan keran air bila sedang menyikat gigi, sabunan, atau shampoan. Demikian pula saat mencuci piring, matikan keran bila tidak sedang membilas piring. Jika menyiram tanaman sebaiknya dari air cucian beras atau air tampungan hujan. Hindari menggunakan air keran untuk menyiram tanaman karena bentuk pemborosan. Bila ingin bepergian, sebaiknya membawa air minum dalam botol minuman yang bisa dipakai berulang-ulang untuk menghindari pembelian air minum kemasan. Kemasan air minum merupakan penghasil sampah yang membutuhkan ribuan tahun untuk terurai sempurna. Begitu pula saat menemukan ada keran air yang bocor maka secepatnya mengganti dengan yang baru. Sedapat mungkin hindari mandi dengan menggunakan bath tub karena air yang terbuang cenderung banyak. Lebih baik menggunakan ember kecil atau shower dengan catatan hanya dihidupkan saat membilas tubuh.

Bersama Mencegah Krisis Air

[caption caption="Serunya acara tanya jawab Kompasianer dan Tim Palyja (dokpri)"]

[/caption]

Keramahan para narasumber yang sangat antusias menjawab pertanyaan para kompasianer yang demikian bertubi-tubi bagi saya adalah sebentuk semangat untuk menyadarkan saya dan kompasianer lain mengenai krisis air yang sedang melanda. Kunjungan lapangan ini ternyata tidak hanya memberikan pengetahuan baru namun menyadarkan akan pentingnya menghemat air. Indonesia dan dunia sedang berada dalam krisis air namun seolah tidak banyak yang menyadarinya. Wajar saja karena sering kali orang melihat air hanya dari segi benda yang bisa diperoleh di mana saja tanpa melihat dari mana sebenarnya asal air bersih tersebut.

Air merupakan penopang kehidupan manusia karena tiada yang bertahan hidup tanpa air. Ketersediaan air di dunia ini begitu melimpah ruah, namun yang dapat dikonsumsi hanya 5%. Memang kecanggihan teknologi mampu mengubah air sekeruh apa pun menjadi air minum. Permasalahannya siapkah kita membayar harga yang sangat mahal bahkan cenderung tidak terjangkau? Sekarang saja air kemasan satu liter sudah mendekati harga satu liter bensin sehingga besar kemungkinan air bersih kelak tidak bisa lagi dinikmati khalayak banyak. Oleh karena itu, mari bersama-sama mengambil peran menjaga kelestarian air bersih karena air itu mahal sehingga janganlah ia disia-siakan!

 

Salam sehat

 

Rahayu Damanik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun