Ajarkan anak kalau gengsi itu sebenarnya hanyalah hal semu yang terlalu diagungkan. Merek suatu produk yang kita pakai tidak bisa menurunkan harga diri. Asalkan produk tersebut nyaman dipakai, sopan, bersih, dan tidak mengganggu kesehatan sudah baik. Memakai produk mahal setinggi langit namun kelakuan buruk itu sama saja dengan nol besar karena orang menilai diri remaja yang sesungguhnya adalah dari kepribadian yang baik. Apa yang ada di luar tidak bisa mencerminkan karakter remaja yang sesungguhnya.
Dorong anak membeli sesuai kemampuan orang tua karena bila menuruti gengsi tidak akan pernah ada habisnya. Misalkan saat ini remaja sudah membeli handphone keluaran terbaru, mungkin teman-teman akan kagum namun hanya sesaat. Tidak lama lagi akan ada yang lebih canggih dan smartphone yang dimiliki serasa sudah usang dan teman pun tidak kagum lagi. Bila anak selalu membeli di luar kemampuan akan terbiasa menghalalkan segala cara untuk membeli barang kebutuhannya termasuk menjual diri.
Berilah pemahaman kepada remaja kalau harga diri yang sesungguhnya adalah bila remaja mampu menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Orang juga akan menilai remaja memiliki gengsi bila berprestasi. Prestasi tidak selalu harus di sekolah bisa juga dalam kegiatan ekstrakurikuler atau di sanggar seni. Remaja memang harus memiliki gengsi tetapi dalam hal positif.Â
Malu bila selalu kalah dari bangsa lain, tidak berprestasi, dan salah pergaulan. Remaja perlu diberikan nasihat untuk tidak perlu malu bila memiliki orang tua dengan kemampuan ekonomi pas-pasan. Jadikan keterbatasan orang tua sebagai cambuk untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Orang tua harus terus-menerus mendampingi remaja supaya tidak salah memilih nilai-nilai kehidupan. Salah satu cara memupuk kepercayaan diri remaja yang mungkin bisa ditiru seperti yang diterapkan oleh mama saya. Sejak SMP saya terbiasa diberikan tugas tambahan untuk menjual kacang tanah goreng yang harus saya dan adik distribusikan ke warung-warung kopi. Selain itu terkadang saya dan adik perempuan juga membawa makanan hasil masakan mama untuk dititipkan di warung sekolah.Â
Perasaan gengsi dan malu pasti ada tetapi lama-lama terbiasa dan hal tersebut sedikit banyak membentuk mental saya agar tidak terlalu memikirkan gengsi. Mendidik remaja memang bukan persoalan yang mudah, diperlukan konsentrasi dan ketekunan orang tua. Jangan biarkan remaja Bapak/Ibu sendirian meraba-raba dunia yang masih terasa asing dan samar agar kelak dia tidak tersesat.
Â
Salam,
Rahayu Damanik
Â