Banyak yang bisa dijadikan pasangan di luar sana, namun tidak mudah menemukan yang pas di hati. Jawaban tersebut juga menunjukkan kalau jomblowan/jomblowati tersebut memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan tidak takut walau usia sudah dalam ‘masa kritis’. Kepribadian yang menyenangkan tersebut bisa mendorong si penanya tergerak hatinya untuk mengenalkan dengan teman-temannya. Siapa tahu salah satu di antaranya adalah jodoh.
Untuk bisa menikah, si pria atau si wanita harus sama-sama bersedia untuk hidup bersama. Bila hanya salah satunya yang mau kan tidak mungkin? Nah, masalahnya mempertemukan dua orang (sepasang) yang sama-sama mau menghabiskan hidup bersama itu bukan perkara gampang karena tidak bisa memaksa-maksa hati sendiri untuk mau menikah dengan seseorang. Begitu juga seseorang tidak bisa memaksa-maksa hati orang lain untuk mau menikah dengannya. Giliran wanita mau, si pria yang tidak mau. Saat pria mau si wanitanya yang belum yakin. Intinya urusan menikah itu bukanlah persoalan mudah karena harus melibatkan dua hati yang sama-sama setuju untuk menikah. Tidak mungkin menerima seorang pria yang sudah merasa sangat yakin dengan seorang wanita, namun sang wanita belum merasa klop di hati. Rasa nyaman/yakin/mantap/klop itu sangat perlu sebelum mengucapkan “bersedia menjalani sehidup semati” agar keduanya bisa berjalan langgeng dan mempertahankan pernikahan dengan sepenuh hati. Kalau dijodohkan juga sama, kedua pihak (baik cowok dan cewek) harus sama-sama bersedia dijodohkan. Intinya, pilihan untuk menikah atau belum itu, tidak hanya ada ditangan satu orang saja tetapi di tangan calon pasangan juga.
Buktinya, ada pasangan yang sudah bertunangan dan tinggal menunggu hari H namun ternyata salah satu pihak membatalkan pernikahan. Selain itu, ada juga kasus seorang pria mantap menikah dengan kekasih yang sudah pacaran sekian tahun, namun ternyata sang wanita tiba-tiba membatalkan pernikahan karena lebih memilih menikah dengan pria yang baru dia kenal sebulan yang lalu. Manusia itu hanya bisa berusaha dan merencanakan namun tidak berkuasa memutuskan. Umur bukanlah patokan untuk mendapat jodoh karena menentukan usia pasti menikah di luar kuasa manusia.
Untuk para sahabat dan keluarga yang sedang mencari tema basa-basi sebaiknya mencari topik pembicaraan yang tidak berpotensi membuat seseorang sedih atau kesal. Obrolan lain seperti, “Kegiatannya apa sekarang?” atau “Kerja di tempat sekarang asyik enggak?” rasanya lebih baik dan tidak membuat tersinggung. Apalagi Anda tidak tahu sudah secanggih apa jurus yang dia keluarkan demi memikat yang namanya jodoh. Seandainya perkara jodoh ibarat membuat adonan kue, pasti dia sudah meramu dan menciptakan cita rasa jodoh terbaik detik ini juga daripada mendapat teror pertanyaan, “Kapan kawin?”. Bila memang benar-benar ingin memotivasinya menikah sebaiknya jangan saat ada orang lain apalagi saat di keramaian karena selain bisa bikin dia malu juga menjadi kesal karena menganggap niat baik Anda menjadi sebuah olokan. Sedapat mungkin kalau bertanya “Kapan kawin?” Anda sudah memiliki calon yang bisa dikenalin untuknya, dijamin dia pasti bersemangat menjawab pertanyaan Anda mengapa dia belum menikah.
Sehebat apa pun usaha seseorang untuk mendapatkan jodoh, kalau memang belum waktunya pasti tidak akan menikah juga. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, mengenai hasil hanya Sang Pencipta yang menentukan. Setiap orang memiliki jalan hidup, jodoh, rezeki, dan kematian masing-masing. Kapan dia mau menikah tidak ada yang bisa menebak.
Walaupun jodoh di tangan Tuhan bukan berarti tidak berusaha. Misalkan Anda dilahirkan hidup serba kekurangan dan mengemis sana-sini. Bila tidak mau berusaha pasti akan tetap melarat. Sama dengan jodoh, harus tetap diusahakan namun biarkan Tuhan yang menentukan hasilnya. Asalkan terus berdoa dan berusaha, You can do it!
Salam untuk Jojoba (Jomblo-jomblo bahagia)
Rahayu Damanik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H