Love at the first sight, inilah perasaan saya saat pertama kali menginjakkan kaki di Kota Kembang. Pesona Bandung sungguh mampu menggetarkan hati. Bagaimana tidak? Kotanya dibangun dengan gaya taman, hawanya sejuk karena terletak di dataran tinggi, dan belum lagi memiliki bangunan-bangunan dengan desain Art Deco yang terbanyak di dunia. Siapa yang tidak tergoda menghabiskan weekend di kota nan eksotis yang terkenal dengan sebutan Paris Van Java ini? Bandung, Iam falling in love with you.
[caption caption="Salah satu kamar hotel Best Western Premier La Grande Hotel (Best Western)"][/caption]Saya beruntung bisa menikmati weekend di Bandung hari Sabtu dan Minggu yang lalu. Bila tidak menginap di Hotel Best Western Premier La Grande Bandung, mungkin saya hanya akan menghabiskan weekend dengan shopping, makan, nongkrong di kafe lalu pulang. Namun berkat racikan paket weekend yang luar biasa dari Hotel Best Western Premier La Grande Bandung, saya pun bisa menyeruput nikmatnya liburan selama dua hari di kota yang terkenal sebagai pelopor factory outlet ini.
[caption caption="Motif pecah kopi di bagian paling depan luar yang menjadi tema hotel (Best Western)"]
[caption caption="Pekarangan hotel penuh tanaman warna-warni (dokpri Rahayu)"]
[caption caption="Motif Pecah Kopi di bagian lobby hotel (dokpri Rahayu)"]
[caption caption="Motif Pecah Kopi di sudut ruangan hotel (dokpri Rahayu)"]
Hari pertama di kota Priangan, saya beserta rombongan diberikan sajian wisata indoor di dalam hotel yang mengusung tema "pecah kopi" sebagai warisan budaya Sunda yang harus dilestarikan. Aroma Kopi, mmmhhhh siapa yang tidak suka dengan semerbaknya yang khas nan menggoda. Kopi adalah salah satu kekayaan alam di bumi Priangan sehingga manajemen Best Western Premier La Grande Bandung berupaya mengabadikannya dengan menghiasi sudut-sudut hotel dengan motif "pecah kopi". Saya tepekur memandangi ornamen biji kering "pecah kopi" yang menghiasi sudut-sudut hotel. Motif "pecah kopi" memberikan kesan natural dan elegan. Siapa saja yang memandanginya akan terhipnotis, seolah ada sebuah pesan sejarah agung yang berteriak untuk terus dilestarikan. Selain memberikan nilai estetika, motif "pecah kopi" ternyata mampu merelaksasi hati dan pikiran saya yang kusam akibat kesibukan dan kepenatan Ibu Kota.
Kopi jualah yang memberikan sebuah pelajaran hidup yang bermakna, dimana meskipun ukurannya sangat kecil namun tetap mampu memberikan aroma khas bila diseduh. Menyeruputnya bisa memberikan efek gairah dalam berkarya. Inilah yang memotivasi pemilihan "pecah kopi" sebagai sebuah ikon Hotel Best Western Premier La Grande Bandung. Kopi walaupun mungil namun selalu mampu mengharumkan dan menggairahkan semangat bekerja. Demikianlah harapan Hotel Best Western Premier La Grande Bandung, yang terus berupaya mengharumkan nama bangsa dengan melestarikan budaya Sunda di hati para tamu hotel.
Udara cerah dengan hawa yang sejuk bersahabat menemani keceriaan makan siang di restoran Hotel Best Western Premier La Grande. Berbagai hidangan yang aduhai di mata dan lezat di lidah disajikan bagi para tamu hotel. Saya menikmati kelembutan daging rendang yang disajikan bersama dengan berbagai menu kuliner Nusantara lainnya lengkap dengan berbagai jenis sambal termasuk sambal terasi favorit saya. Serasa telah berwisata kuliner keliling Indonesia. Berbagai kudapan cantik begitu menggoda untuk dicicipi juga melengkapi menu makanan di restoran. Variasi menunya demikian banyak, tinggal pilih dan siap untuk dinikmati.
[caption caption="Sajian kudapan nikmat nan menarik hati (Best Western)"]
Satu hal yang paling membuat saya terkesan saat menikmati kamar hotel Best Western Premier La Grande ini adalah karena letaknya yang berada persis di jantung Kota Bandung membuat saya bisa menikmati pemandangan kota dari dalam kamar hotel. Selain itu, tamu hotel sangat leluasa menjelajahi Bandung karena letaknya yang berada di tengah-tengah kota. Berbagai lokasi sangat mudah diakses dari hotel seperti CBraga City Walk jaraknya hanya 900 meter dari hotel, Gedung Sate hanya berjarak 1,2 km, atau Bandung Indah Plaza hanya 83 m. Masih banyak tempat lain yang dekat dengan hotel sehingga bila mau shopping atau penasaran pada kuliner yang ada di luar hotel sangat gampang karena lokasi mudah dijangkau kendaraan umum.[caption caption="Pemandangan dari kamar hotel (dokpri Rahayu)"]
Sore hari, saya berserta rombongan diajak menikmati program kebugaran Best Western Premier La Grande yaitu olahraga Aqua Zumba. Aqua Zumba yang merupakan salah satu racikan program kebugaran hotel membuat saya merasa benar-benar fun dalam berolahraga. Bagaimana tidak? Senam Zumba dilakukan di dalam kolam renang indoor hotel dengan suhu air 34 derajat celcius. Aqua Zumba sangat baik untuk program pelangsingan dan kesehatan jantung karena bisa membakar kalori. Selama melakukan kebugaran ini, saya merasa tidak seperti sedang berolahraga karena gerakan yang dilakukan sangat ringan dan tidak memberatkan. Apalagi ada iringan musik, enjoy banget!
[caption caption="Aqua Zumba, senam di dalam air (Best Western)"]
Malam hari, saat menikmati dinner dengan sajian menu internasional di restoran hotel, hujan pun turun mengguyur kota Bandung. Malam minggu tersebut berubah menjadi sangat romantis dengan hawa yang dingin-dingin empuk. Sajian makan malam nan lezat, ditambah alunan lagu yang didendangkan oleh band restoran hotel membuat semakin indahnya malam panjang itu. Belum lagi saya bebas memandang kerlap-kerlip cahaya malam kota Bandung yang terlihat jelas dari restoran yang berdinding kaca. View yang benar-benar amazing dan sangat recommended!
Keesokan hari tepat pukul 07.00 setelah selesai menikmati sajian sarapan yang memanjakan lidah, saya beserta rombongan mengikuti program wisata alam yang diadakan manajemen hotel. Menaiki sebuah bus kami berangkat dari kota Bandung menuju Malabar yang terkenal sebagai tempat memproduksi teh dengan kualitas terbaik nomor tiga di dunia.
Saya begitu penasaran bagaimana cara produksi dan rasa teh yang sebenarnya. Selama menempuh tiga jam perjalanan, saya puas menikmati pemandangan alam berupa pegunungan, pepohonan, dan lembah hijau. Akhirnya kami tiba di Malabar. Saya dan rombongan diberi sebuah pengetahuan cara memproduksi teh yang berkualitas. Ternyata teh yang selama ini beredar di pasaran bukanlah teh dengan kualitas premium. Teh dengan kualitas terbaik termasuk white tea tidak dijual di Indonesia. Semuanya diproduksi untuk ekspor yang sangat diminati di pasar Jepang dan Eropa. Saya beruntung bisa menikmati kualitas teh premium yang bila diminum sudah sangat nikmat tanpa menggunakan gula sama sekali. Teh ini sangat baik sebagai antioksidan dan bila diseruput rasanya tidak lama-lama menempel di mulut seperti biasanya menikmati teh. Rasa teh hanya menempel selama tiga detik saja, hal inilah yang menjadi salah satu ciri teh dengan kualitas atas.
Setelah puas mengelilingi pabrik dan menikmati teh, saya dan rombongan pergi menuju pemakaman Bosscha yang berada di tengah-tengah perkebunan teh PTPN VIII. Kami berjalan kaki menyusuri perkebunan tersebut. Hangat sinar mentari lembut memeluk kuncup pucuk daun teh. Birunya gunung berpadu membentuk keindahan dengan paparan pohon teh yang berbaris rapat ibarat tentara yang siap berperang. Perkebunan teh ini sangat luas seolah tanpa batas membentang dari utara ke selatan dan dari timur ke barat.
Sedikit semburat awan putih cerah bergelayut manja di langit memberikan nuasa hawa yang ramah dan bersahabat. Gerombolan capung beterbangan mengelilingi pohon teh yang dibiarkan tumbuh hingga mencapai tiga meter menambah indahnya goresan lukisan alam Priangan. Siapa yang menduga pohon teh berbiji ini sudah berusia dua ratus tahun? Sungguh racikan pesona alam yang begitu memanjakan mata. Belum lagi aroma alami yang menyeruak dari perkebunan yang udaranya bersih tanpa polusi dan bebas pestisida. Tidak ada pemandangan di ibu kota yang bisa memberikan keindahan yang demikian senyap merasuki jiwa yang kusut dan lelah dengan geliat kota metropolitan. [caption caption="Perkebunan teh Malabar (dokpri Rahayu)"]
Setelah menyusuri perkebunan teh kami pun tiba di pemakaman Bosscha. Bosscha yang berkewarganegaan Belanda memberi pesan terakhir agar jenazah beliau dimakamkan di tengah-tengah perkebunan Malabar. Terakhir, kami semua menuju villa yang dulunya merupakan kediaman Tuan Bosscha, lokasinya tidak jauh dari pemakaman beliau. Villa ini sangat asri dan memiliki sajian khusus ubi madu. Rumah tersebut bergaya Belanda dan sampai kini dikelola dengan baik oleh PT Perkebunan Nusantara VIII. Sebagian besar barang-barang yang ada di dalam masih asli bahkan ada piano tua yang sudah berumur hampir dua ratus tahun.
[caption caption="Pemakaman Bosscha (dokpri Rahayu)"]
[caption caption="Bermain piano yang usianya hampir 200 tahun di dalam Villa Bosscha (dokpri Rahayu)"]
[caption caption="Ruang tamu villa Bosscha yang bergaya Belanda (dokpri Rahayu)"]
[caption caption="Kemegahan hotel tampak dari bawah (dokpri Rahayu)"]
Demikianlah pengalaman weekend saya dan rombongan. Sungguh sebuah racikan wisata yang mampu membuat kita merenung dan membangkitkan gairah bekerja. Kesejukan alam Bandung bisa terasa sampai ke sanubari. Sangat indah dan cocok untuk liburan keluarga atau bulan madu kedua. Aura romantis yang menggelora mampu melembutkan hati pasangan untuk saling melakukan instropeksi diri sehingga hubungan bisa terjalin indah kembali bagaikan pasangan pengantin baru. Bila Bapak/Ibu tertarik menyeruput racikan weekend dan liburan ala Hotel Best Western Premier La Grande Bandung datang saja ke alamat di atas atau bisa menghubungi nomor telepon: 022-42690555. Keterangan lebih lengkap bisa mengunjungi website Best Western Premier La Grande Bandung.
Â
Salam,
Rahayu Damanik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H