Sore hari, saya berserta rombongan diajak menikmati program kebugaran Best Western Premier La Grande yaitu olahraga Aqua Zumba. Aqua Zumba yang merupakan salah satu racikan program kebugaran hotel membuat saya merasa benar-benar fun dalam berolahraga. Bagaimana tidak? Senam Zumba dilakukan di dalam kolam renang indoor hotel dengan suhu air 34 derajat celcius. Aqua Zumba sangat baik untuk program pelangsingan dan kesehatan jantung karena bisa membakar kalori. Selama melakukan kebugaran ini, saya merasa tidak seperti sedang berolahraga karena gerakan yang dilakukan sangat ringan dan tidak memberatkan. Apalagi ada iringan musik, enjoy banget!
[caption caption="Aqua Zumba, senam di dalam air (Best Western)"]
Malam hari, saat menikmati dinner dengan sajian menu internasional di restoran hotel, hujan pun turun mengguyur kota Bandung. Malam minggu tersebut berubah menjadi sangat romantis dengan hawa yang dingin-dingin empuk. Sajian makan malam nan lezat, ditambah alunan lagu yang didendangkan oleh band restoran hotel membuat semakin indahnya malam panjang itu. Belum lagi saya bebas memandang kerlap-kerlip cahaya malam kota Bandung yang terlihat jelas dari restoran yang berdinding kaca. View yang benar-benar amazing dan sangat recommended!
Keesokan hari tepat pukul 07.00 setelah selesai menikmati sajian sarapan yang memanjakan lidah, saya beserta rombongan mengikuti program wisata alam yang diadakan manajemen hotel. Menaiki sebuah bus kami berangkat dari kota Bandung menuju Malabar yang terkenal sebagai tempat memproduksi teh dengan kualitas terbaik nomor tiga di dunia.
Saya begitu penasaran bagaimana cara produksi dan rasa teh yang sebenarnya. Selama menempuh tiga jam perjalanan, saya puas menikmati pemandangan alam berupa pegunungan, pepohonan, dan lembah hijau. Akhirnya kami tiba di Malabar. Saya dan rombongan diberi sebuah pengetahuan cara memproduksi teh yang berkualitas. Ternyata teh yang selama ini beredar di pasaran bukanlah teh dengan kualitas premium. Teh dengan kualitas terbaik termasuk white tea tidak dijual di Indonesia. Semuanya diproduksi untuk ekspor yang sangat diminati di pasar Jepang dan Eropa. Saya beruntung bisa menikmati kualitas teh premium yang bila diminum sudah sangat nikmat tanpa menggunakan gula sama sekali. Teh ini sangat baik sebagai antioksidan dan bila diseruput rasanya tidak lama-lama menempel di mulut seperti biasanya menikmati teh. Rasa teh hanya menempel selama tiga detik saja, hal inilah yang menjadi salah satu ciri teh dengan kualitas atas.
Setelah puas mengelilingi pabrik dan menikmati teh, saya dan rombongan pergi menuju pemakaman Bosscha yang berada di tengah-tengah perkebunan teh PTPN VIII. Kami berjalan kaki menyusuri perkebunan tersebut. Hangat sinar mentari lembut memeluk kuncup pucuk daun teh. Birunya gunung berpadu membentuk keindahan dengan paparan pohon teh yang berbaris rapat ibarat tentara yang siap berperang. Perkebunan teh ini sangat luas seolah tanpa batas membentang dari utara ke selatan dan dari timur ke barat.
Sedikit semburat awan putih cerah bergelayut manja di langit memberikan nuasa hawa yang ramah dan bersahabat. Gerombolan capung beterbangan mengelilingi pohon teh yang dibiarkan tumbuh hingga mencapai tiga meter menambah indahnya goresan lukisan alam Priangan. Siapa yang menduga pohon teh berbiji ini sudah berusia dua ratus tahun? Sungguh racikan pesona alam yang begitu memanjakan mata. Belum lagi aroma alami yang menyeruak dari perkebunan yang udaranya bersih tanpa polusi dan bebas pestisida. Tidak ada pemandangan di ibu kota yang bisa memberikan keindahan yang demikian senyap merasuki jiwa yang kusut dan lelah dengan geliat kota metropolitan. [caption caption="Perkebunan teh Malabar (dokpri Rahayu)"]
Setelah menyusuri perkebunan teh kami pun tiba di pemakaman Bosscha. Bosscha yang berkewarganegaan Belanda memberi pesan terakhir agar jenazah beliau dimakamkan di tengah-tengah perkebunan Malabar. Terakhir, kami semua menuju villa yang dulunya merupakan kediaman Tuan Bosscha, lokasinya tidak jauh dari pemakaman beliau. Villa ini sangat asri dan memiliki sajian khusus ubi madu. Rumah tersebut bergaya Belanda dan sampai kini dikelola dengan baik oleh PT Perkebunan Nusantara VIII. Sebagian besar barang-barang yang ada di dalam masih asli bahkan ada piano tua yang sudah berumur hampir dua ratus tahun.
[caption caption="Pemakaman Bosscha (dokpri Rahayu)"]
[caption caption="Bermain piano yang usianya hampir 200 tahun di dalam Villa Bosscha (dokpri Rahayu)"]
[caption caption="Ruang tamu villa Bosscha yang bergaya Belanda (dokpri Rahayu)"]