Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dampak Julukan yang Diberikan untuk Anak

10 Februari 2016   00:40 Diperbarui: 10 Februari 2016   06:31 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Julukan yang diberikan kepada anak mempengaruhi penilaian terhadap dirinya sendiri | Ilustrasi/treatment-for.blogspot.co.id "][/caption]Adakah di antara kita yang memiliki julukan? Misalkan orang-orang di sekitar sering menyebut kita sebagai “si pelit”, “si ratu gosip”, “si mata keranjang”, atau “si cool” mungkin? Bagaimana perasaan kita bila mendapat label demikian? Kalau julukan atau ‘stempel’ yang ditujukan untuk kita bagus pasti senang namun bagaimana bila julukannya berkonotasi negatif? Pasti ada perasaan tidak suka atau merasa risih dengan julukan yang diberikan. Demikian juga bila mengalami anak yang sepertinya sangat sulit diatur atau cenderung nakal rasanya para orang tua tergoda untuk memberikan julukan, “Memang kamu anak nakal!” atau “Kamu memang paling susah diatur!”

Masa kecil saya penuh dengan kenakalan yang sering kali membuat orang tua saya pusing. Mulai dari menjajankan uang sekolah, mencuri di swalayan, memukul adik, menggunting rambut anak tetangga sehingga anak perempuan tersebut terpaksa dibotaki, mengajak teman-teman melakukan berbagai keisengan, dan masih banyak kenakalan anak lainnya. Satu hal yang saya bingung adalah saya tidak pernah mendengar bapak saya mengatakan kalau saya ini adalah anak yang nakal. Malah bapak selalu menjuluki saya dengan sebutan “si kepala kompi”.

Kompi merupakan salah satu istilah dalam kemiliteran (kebetulan bapak saya tentara). Satu kompi biasanya terdiri dari 100-120 orang yang dimpimpin oleh seorang kepala kompi. Kompi sendiri terbentuk dari beberapa peleton yang berjumlah 30-40 orang per peleton. Jadi, satu kepala kompi membawahi 3-4 orang pemimpin peleton. Bapak saya sering mengatakan kalau saya adalah seorang calon pemimpin. Sehingga di benak saya sampai sekarang percaya kalau saya adalah seorang pemimpin.

Apa julukan yang Bapak/Ibu berikan untuk anak-anak di rumah? Mungkin “si jerapah” karena badan sang anak cukup tinggi, apakah “si lamban” karena sulit menangkap pelajaran, bisa juga “si kancil” karena larinya sangat cepat. Apa pun itu yang pasti setiap julukan akan mempengaruhi penilaian anak terhadap dirinya sendiri. Kita memberi julukan “si lamban” untuk anak mungkin bertujuan baik, yaitu supaya bisa membuat sang anak sadar diri akan kelemahannya sehingga semakin tekun belajar. Namun sesungguhnya julukan orang tua dianggap anak sebagai cermin yang pas dalam masa pencarian jati dirinya.

Bila orang tua memberi penilaian yang sifatnya negatif, maka anak akan yakin kalau dia adalah seorang yang buruk. Hal ini bisa membuatnya menjadi pribadi yang pesimis dan tidak berani bercita-cita tinggi. Sebaliknya bila kita memberikan penilaian yang baik kepadanya, anak akan percaya kalau dirinya seorang yang positif. Hal demikian menjadi sebuah dorongan yang kuat untuk mewujudkan predikat positif yang disematkan padanya.

Alih-alih mengatakan, “Nilai kamu memang selalu pas-pasan karena kamu mewarisi otak mama yang tidak terlalu pintar” lebih baik mengatakan, “Nilai kamu memang masih kurang maksimal tetapi kalau kamu berusaha pasti kamu bisa, kamu punya kelebihan, kamu anak mama yang pintar” Mendapat dorongan demikian membuat anak semakin berusaha lebih berprestasi.

Mama saya juga sering menceritakan mimpi beliau saat saya masih di dalam kandungan. Mama bermimpi melihat bulan yang sangat terang benderang di langit malam, kata mama demikianlah saya kelak, seperti bulan yang walaupun keberadaannya jauh dari keluarga namun tetap bisa menerangi dan menjadi kebanggaan. Saya sungguh termotivasi dengan apa yang sering dikatakan mama sehingga rasanya selalu ingin menjadi manusia yang lebih baik lagi dari hari ke hari.

Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk memaksakan orang tua menyebut anaknya baik padahal suka iseng ke teman. Jujur saja mengoreksi kesalahan anak. Jelaskan apa yang dia lakukan bukanlah perbuatan yang baik. Namun jangan sampai kita memberikan stempel “nakal” walaupun sesungguhnya di mata orang tua, dia adalah anak yang sungguh badung. Julukan yang diberikan orang tua didefenisikan anak sebagai sebuah penilaian terhadap jati diri. Bila orang tua mengatakan kalau sang anak adalah ‘seekor burung rajawali’, maka dia menilai dirinya pasti mampu menjadi ‘rajawali’. Sebaliknya bila orang tua mengatakan sang anak hanyalah ‘anak ayam’ maka selamanya dia akan menjadi ‘seekor ayam’. Adakah julukan negatif yang sudah terlanjur kita berikan ke anak?

 

Salam..

Rahayu Damanik

 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun