Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Semarak FFPI 2015: Bukti Cerahnya Masa Depan Perfilman Indonesia

2 Februari 2016   02:13 Diperbarui: 3 Februari 2016   05:39 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam penganugerahan pemenang Festival Film Pendek Indonesia (FFPI) 2015 diadakan pada tanggal 22 Januari 2016 di Galeri Indonesia Kaya yang berlokasi di Grand Indonesia West Mall lt. 8 Jakarta. Galeri ini merupakan wadah dokumentasi dan apresiasi seni-budaya Indonesia mulai dari tradisi, kesenian, pariwisata, dan kuliner Nusantara. Dibangun untuk menjadi ruang edutainment budaya bangsa yang memanfaatkan teknologi digital terbaru. Siapa saja boleh masuk dan menikmati panel-panel aplikasi digital yang disajikan. Pengunjung bisa menikmati tulisan, foto, dan beberapa aplikasi interaktif yang semuanya berbasis digital. Aplikasi interaktif tersebut mengajak pengunjung menyelaraskan pakaian adat secara digital, bermain congklak digital, dan area permainan Arungi Indonesia yang membuat serasa terbang bebas di berbagai destinasi menarik di seluruh Nusantara. Auditorium Galeri Indonesia Kaya inilah yang dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat berkarya dan salah satunya dipergunakan untuk menampilkan kesepuluh finalis FFPI 2015. Auditorium yang berkapasitas 150 orang ini juga gratis untuk semua lapisan masyarakat asalkan acara yang diselenggarakan berkaitan dengan budaya bangsa Indonesia.

FFPI 2015 yang diadakan Kompas TV adalah salah satu bentuk kepedulian terhadap regenerasi perfilman Indonesia. Tidak dapat disangkal, banyak sutradara hebat yang memulai karier dengan membuat film pendek. Beberapa diantaranya kini sudah menjadi sutradara beken seperti Riri Riza, Hanung Bramantyo, dan Angga Sasongko. Ini adalah tahun kedua Kompas TV menyelenggarakan FFPI. Tahun ini tema yang diambil adalah: INDONESIAKU, KEBANGGAANKU. Tema nasionalisme ini diambil selain bertujuan menjaring, merangkul, dan memajukan para sineas muda berbakat juga untuk menanamkan rasa kecintaaan terhadap negeri sendiri di dalam hati para penikmat film.

Bintang tamu adalah Angga Sasongko yang merupakan sutradara beken penggarap film nasional yang sukses di jagat perfilman Indonesia. Sebelum pengumuman pemenang dan penyerahan piala FFPI 2015, sepuluh film terbaik masing-masing lima kategori pelajar dan lima kategori mahasiswa/umum diputar untuk ditonton para penikmat film yang begitu antusias memadati ruang tempat pemutaran film. Keseluruhan acara berlangsung sekitar dua setengah jam dari pukul 17.00 - 19.30 WIB.

Ini adalah pengalaman pertama saya menonton film pendek. Kesan saya, menonton film pendek ibarat membaca artikel singkat yang menarik dan selalu menyajikan kejutan di setiap akhir cerita. Betapa seru bisa menonton beberapa film berkualitas dalam satu durasi film panjang. Selain untuk bersenang-senang karena memang hobi saya menonton film, bisa juga memperluas wawasan karena pesan yang disampaikan membuat terharu dan tersentuh. Saya bahkan merinding karena bisa menangkap makna hidup yang diajarkan dari berbagai sajian cerita sederhana namun sarat makna. Karya para finalis adalah bukti betapa berbakat para sineas muda dalam menghasilkan film terbaik dan ini adalah pondasi yang kuat bagi masa depan perfilman Indonesia.

Perkembangan dunia perfilman Indonesia sangat pesat semenjak awal tahun 2000. Dimulai dengan film "Ada Apa dengan Cinta" (AADC) kemudian diikuti film layar lebar Indonesia lainnya yang laris manis di tanah air. Saya jadi teringat saat tahun 2002 ketika menjadi mahasiswa baru di Universitas Indonesia ternyata bersamaan dengan masuknya aktor AADC Nicholas Saputra sebagai mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi yang sama. Kehadirannya sempat membuat kehebohan di antara para mahasiswi baru yang berebut meminta tanda tangan. Hal tersebut adalah salah satu bukti ternyata film Indonesia sudah mampu mencuri hati para penikmat film.

Anastasia Praditha (News Presenter Kompas TV) menjadi pemandu acara FFPI 2015. Sebelum acara dibuka, semua penikmat film diminta berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipandu dari layar teater. Benar-benar membuat merinding karena setelah tamat SMA lima belas tahun yang lalu, ini adalah kedua kali saya menyanyikan lagu Indonesia Raya. Pertama saat menonton di bioskop sebelum pemutaran film Soekarno dan yang kedua saat saya menonton film pendek ini. Sungguh lagu Indonesia Raya mampu membuat saya bertanya ke sanubari, apa yang sudah saya perbuat untuk Indonesia? Setelah menyanyikan lagu kebangsaan, para penonton yang terdiri dari wartawan, para filmmaker, dan kompasioner diminta kembali duduk sambil menikmati film pendek terbaik.

Berikut lima finalis film pendek kategori umum/mahasiswa yang terpilih:

1. Ojo Sok-Sokan

Sinopsis: Menyorot tingkah laku seorang anak muda daerah yang biasa menggunakan bahasa Jawa medok dalam kesehariannya. Anak muda tersebut ingin terlihat selalu up to date baik dalam gadget maupun bahasa. Akhirnya si pemuda terjerat rasa malu akibat ambisi untuk selalu mengikuti perkembangan.

Pesan film: Jadilah diri kita apa adanya, tidak perlu hanyut dalam derasnya perkembangan mode apalagi tidak sesuai jati diri.

Bahasa: Jawa dengan teks Bahasa Indonesia.

Karya: Sebelas Sinema Pictures, Bandung, Jawa Barat

2. Ruwat

Sinopsis: Kisah seorang anak berambut gimbal di Wonosobo yang menurut kepercayaan, bila rambutnya hendak dipotong, maka apa saja permintaannya harus dituruti. Sang anak ternyata memiliki impian yang tampaknya sangat memberatkan orang tuanya yaitu jalan-jalan ke Hongkong. Sang orang tua pun berusaha membuat sebuah strategi jitu nan licik agar anaknya bersedia menggunting rambut gimbalnya tanpa harus memenuhi syarat yang sedemikian berat. Ternyata cara menipu yang dilakukan oleh orang tuanya justru memperhadapkan orang tua pada situasi yang tidak bisa mengelak lagi untuk mengabulkan permintaan sang anak. Orang tua pun pasrah menjual sapi satu-satunya untuk modal membawa anak jalan-jalan. Mengejutkan di detik-detik terakhir saat sang orang tua hendak menjual sapi, ternyata sang anak tiba-tiba saja membatalkan sendiri niat jalan-jalan ke Hongkong hanya karena mendengar dari orang lain kalau di Hongkong ada sajian makanan dari kodok yang merupakan binatang paling menakutkan bagi si anak.

Pesan film: Tidak perlu menggunakan strategi licik dalam memuluskan rencana, pasti selalu ada jalan yang baik tanpa harus berdusta.

Bahasa: Jawa dengan teks Bahasa Indonesia.

Karya: Tanah Hijau Creative.

3. Nilep

Sinopsis: Mengisahkan rencana mulia sang anak yang ingin mengembalikan barang hasil curiannya kepada si empunya. Sang anak sadar atas perbuatannya karena diingatkan oleh temannya kalau apa yang dia lakukan sangat merugikan orang lain. Sang anak awalnya sangat ketakutan mengembalikan barang hasil curian karena khawatir digebuki layaknya seorang maling yang dihajar warga padahal barang hasil curian sang anak harganya sebenarnya tidaklah seberapa. Namun si anak ternyata sangat tulus dan bulat hati ingin mengembalikan barang curiannya. Sang anak pun memikirkan bagaimana caranya agar dia tidak digebuki dan barang hasil curian bisa sampai ke tangan si empunya. Anak tersebut menemukan cara, dia mengirimkan barang curian melalui paket pos lengkap dengan surat permohonan maaf.

Pesan film: Orang dewasa harus banyak belajar jujur dari anak kecil yang polos hatinya sehingga mudah dibentuk dan disadarkan. Terkadang orang dewasa melihat temannya salah, bukannya menegur namun kesalahan tersebut dibiarkan bahkan diikuti. Inilah salah satu sebabnya mengapa kita sulit memberantas budaya korupsi karena saat ada rekan kantor korupsi, alih-alih teriak malah turut menikmati.

Bahasa: Jawa dengan teks Bahasa Indonesia.

Karya: Ravacana Film

4. Bubar, jalan!

Sinopsis: Mengisahkan keteguhan seorang anak SD yang menjadi pemimpin upacara. Keadaan yang tidak fit karena sedang diare membuatnya harus menahan rasa sakit dan beberapa kali hampir terjatuh pingsan. Saat pengibaran bendera merah putih, sambil memejamkan mata si pemimpin upacara cilik berusaha menahan kekuatan. Dia sampai tidak menyadari kalau bendera telah tegak berkibar di ujung tiang. Sebagai pemimpin upacara seharusnya dia memberi perintah agar semua perserta upacara mengubah posisi hormat bendera menjadi posisi siap. Ternyata bukannya memberi kode “Tegak gerak!” malah memberikan perintah, “Bubar, jalan!”. Alhasil semua peserta upacara bubar padahal upacara belum usai.

Pesan film: Kondisi yang berat seperti apa pun bisa kita lewati dengan baik asal memiliki tekad sekeras baja.

Bahasa: Indonesia dengan teks Bahasa Inggris.

Karya: Rumahku Film Kabupaten Garut, Jawa Barat

5. Opor Operan

Sinopsis: Berawal dari seorang ibu membagi-bagikan opor ke tetangga sebagai sebuah tradisi hari lebaran. Opor yang dikirim ke tetangga ternyata dikirim lagi ke tetangga lain. Opor pemberian diakui sebagai opor buatan sendiri hanya demi keinginan agar terkesan rajin memasak. Tetangga yang menerima opor mengirimkan lagi opor yang dia terima ke tetangga lain dan mengatakan kalau itu opor buatan sendiri. Demikianlah seterusnya dan akhirnya menu masakan sampai ke ibu pemasak opor yang sebenarnya.

Pesan film: Sepandai-pandainya kita menutupi kekurangan pasti akan terlihat juga. Jadi, tidak perlu melakukan manipulasi, lebih tenang dan nyaman menjalankan hidup jujur dan apa adanya.

Bahasa: Sunda dengan teks Bahasa Indonesia.

Karya: Sebelas Sinema Pictures, Bandung, Jawa Barat

Berikut 5 finalis film pendek kategori pelajar yang terpilih:

1. Samin

Sinopsis: mengisahkan kepahlawanan tokoh Samin Suresentiko salah seorang warga desa yang teguh melawan ketidakadilan penjajah Belanda tanpa kekerasan. Samin memiliki kebiasaan aneh di mata orang awam yang ternyata sebagai taktik melindungi diri. “Sikap aneh” tersebutlah yang dijadikan bahan olok-olokan untuk keturunan Samin. Meskipun demikian nama Samin tetap saja adalah sebuah nama yang harum.

Pesan film: Baik tidaknya perbuatan kita di masa kini bukan hanya berdampak pada hidup kita sekarang tetapi sampai kepada semua keturunan kita kelak.

Bahasa: Jawa dengan teks Bahasa Indonesia.

Karya:  Sanggar Seni Sekar Tanjung

2. Coblosan

Sinopsis: Suasana pemilihan kepala desa dari tahap kampanye sampai waktu memilih ternyata benar-benar penuh suasana persaingan negatif antar kedua calon. Praktek money politic yang disebarkan oleh pihak penguasa lama ternyata mampu menggoyahkan ketulusan niat warga yang menginginkan perubahan. Nyatalah kalau uang memegang peranan penting dalam jabatan. Akhirnya yang terjadi memang pemimpin yang memiliki uanglah yang kembali berkuasa sehingga jangankan kemajuan, perubahan saja sulit terjadi.  

Pesan film: Film ini menggambarkan sulitnya membuat suatu perubahan karena bukan hanya pemimpin yang haus akan uang namun masyarakat juga mudah dibeli. Jika ingin suatu perubahan, semua lapisan masyarakat harus berubah dari atas sampai ke bawah.

Bahasa: Jawa dengan teks Bahasa Indonesia.

Karya: SMK Kurasari Purbalingga, Jawa Tengah

3. Kotak Pusaka

Sinopsis: Film yang mengisahkan seorang anak remaja yang berusaha mempertahankan kotak kecil pemberian sang paman. Saking mencintai kotak itu, dia berlari terburu-buru sampai tidak menyadari kalau sudah banyak mengganggu orang lain seperti anak yang sedang bermain kelereng, ibu yang sedang menjempur pakaian, bahkan tak sengaja menyenggol seseorang dan membuatnya tercebur ke kali. Saat melewati hutan harus berhadapan dengan tiga remaja yang berusaha merebut kotak tersebut. Terjadilah perkelahian walau remaja itu berhasil mempertahankan kotak pusakanya. Akhirnya diketahuilah kalau isi kotak pusaka tersebut “hanya” sebuah kacu pramuka biasa.  

Pesan film: Saat menjaga sebuah amanah, tanpa sadar kita sering kali harus bersinggungan dengan kepentingan orang lain atau bahkan rela mempertaruhkan nyawa kita.

Bahasa: Bahasa Indonesia.

Karya: SMK 51 Jakarta

4. Ali-Ali Setan

Sinopsis: film ini menceritakan tentang keteguhan seorang ketua kelas SD yang sangat ingin mempertahankan peraturan di sekolah kalau siswa tidak boleh memakai cincin batu akik. Ketua kelas tadi bahkan berani membuang cincin batu akik temannya ke kolam karena keinginan menjunjung tinggi peraturan sekolah. Hal ini menjadi dilema karena guru mereka ternyata demam batu akik dan bahkan memakai dua cincin. Akhirnya dengan diam-diam batu akik pak guru dibuang juga oleh sang sang ketua kelas.

Pesan film: Salah satu kesalahan yang dimiliki orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya adalah mengharapkan anak-anak melakukan perbuatan baik padahal dia sendiri memberikan contoh yang buruk.  

Bahasa: Jawa dengan teks Bahasa Indonesia

Karya: SMK YPLP Perwira Purbalingga

5. Surya (The School Gangs)

Sinopsis: Menonjolkan penampilan kemampuan bela diri seorang anak remaja yang memiliki idelisme. Bagi sang remaja, kelebihan yang dia miliki tidak boleh digunakan untuk merugikan orang lain seperti memeras dan merampok, sebaliknya ilmu beladiri haruslah untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Ternyata kali ini dia berhadapan dengan sekelompok geng yang “istimewa”. Kelompok ini suka melakukan pemerasan demi menghidupi anak-anak yatim piatu yang diasuh.

Pesan film: Setiap orang memiliki cara hidup yang unik dan tak terbayangkan. Ada yang terlihat buruk seperti geng yang suka memeras ternyata memiliki kelebihan suka mengasuh anak miskin.

Bahasa: Indonesia

Karya: SMK Muhammadiyah 1 Temanggung, Jawa Tengah.

Riuh, tawa, dan tepuk tangan para penikmat film menutup kesepuluh film finalis yang luar biasa. Menggeloranya tepuk tangan menggambarkan betapa menghiburnya film-film pendek tersebut. Setelah menikmati film durasi pendek, para penonton diberi kesempatan bertanya kepada filmmaker dan para dewan juri. Ada banyak pertanyaan yang muncul dan demikian penulis berkesempatan mengajukan dua pertanyaan. Pertanyaan pertama diajukan kepada para dewan juri. Penulis mengatakan kalau semua film yang ditampilkan sangat bagus lalu kriteria apa yang digunakan oleh para dewan juri saat menentukan film yang akan menjadi pemenang karena penulis membayangkan betapa sulit memilih yang terbaik diantara yang sama-sama baik. Penulis penasaran apakah dewan juri menilai film terbaik dari tampilan film yang enak dilihat, ide cerita, atau jangan-jangan suara terbanyak dewan juri.

Angga Dwimas Sasongko selaku salah satu juri menjawab ada beberapa kriteria yang dijadikan juri sebagai patokan dalam mencari pemenang diantaranya orisinalitas, konten, dan pesan yang disampaikan. Angga Sasongko menambahkan kalau beliau sangat menghargai film yang bisa menggali kekuatan sendiri seperti film “Surya (The School Gangs)” atau film “Coblosan” yang luar biasa karena ternyata anak remaja sudah bisa berbicara tentang money politic. Selain itu sutradara tersebut mengatakan film “Samin” luar biasa karena bisa menggunakan film sebagai media untuk mematahkan stigma negatif. Intinya, menurut Angga Sasongko, film yang bagus adalah film yang mampu menonjolkan sisi strength yang dimiliki.

Penulis juga bertanya kepada filmmakerNilep” karena penulis tidak bisa menemukan keterkaitan antara film tersebut dengan tema FFPI 2015, “INDONESIAKU, KEBANGGAANKU”. Penulis hanya menemukan unsur bahasa daerah selain itu tidak ada nilai budaya lain yang ditonjolkan film. Kembali sang dewan juri Angga Sasongko menjawab pertanyaan saya. Angga Sasongko mengatakan kalau dewan juri pasti memilih karya yang bertemakan nasionalisme. Namun beliau mendefenisikan nasionalisme tidak terbatas pada acara pengibaran bendera atau orasi kemerdekaan. Justru filmmaker “Nilep” berhasil mengangkat nilai kejujuran karena di negeri ini tidak mudah mencari sosok yang jujur. Inilah yang sedang ditekankan oleh filmmaker “Nilep”. Berikutnya sineas film, “Bubar, jalan!” menyampaikan kepada seluruh penonton kalau cerita dalam film tersebut terinsipirasi dari pengalaman nyata sutradara yang gagal menjadi pemimpin upacara. Film yang terbanyak menyertakan anak-anak ini awalnya memang kesulitan mengorganisir semua anak namun akhirya mampu dikelola dengan baik sehingga menghasilkan film yang luar biasa.

Akhirnya tibalah saat yang paling ditunggu-tunggu yaitu pengumuman pemenang dan pemberian hadiah.

Pemenang Kategori Umum/Mahasiswa:

1. Juara pertama film “Bubar, Jalan!” dengan hadiah berupa uang delapan juta Rupiah & kamera Go Pro.

2. Juara kedua film “Ojo Sok-Sokan” dengan hadiah berupa uang sebesar lima juta lima ratus ribu Rupiah & voucher menginap di Hotel Santika

3. Juara ketiga film “Opor Operan” dengan hadiah berupa uang sebesar empat juta Rupiah & voucher menginap di Hotel Santika.

Pemenang Kategori Pelajar:

1. Juara pertama film “Surya (The School Gangs)” dengan hadiah berupa uang tunai sebesar enam juta Rupiah & kamera Go Pro.

2. Juara kedua film “Coblosan” dengan hadiah berupa uang sebesar empat juta lima ratus ribu Rupiah & voucher menginap di Hotel Santika.

3. Juara ketiga film “Samin” dengan hadiah berupa uang tiga juta Rupiah & voucher menginap di Hotel Santika.

Usai pengumuman pemenang Sutradara Angga Sasongko mengajak para pemenang kategori pelajar untuk magang di film yang sedang beliau garap. Beliau mengatakan kalau film kategori pelajar ini mengingatkan pada masa awal memulai karier di dunia perfilman sehingga Angga Sasongko ingin para sineas muda terus mengembangkan bakat dengan maksimal saat praktek langsung di film yang dia garap. Berikutnya Direktur Utama Kompas TV Bapak Bimo Setiawan memberikan ucapan selamat kepada seluruh finalis dan pemenang. Beliau berpesan agar jangan berhenti berkarya untuk memproduksi film terbaik anak bangsa. Bapak Bimo Setiawan juga mengatakan baru saja bertemu Menteri Kominfo yang menyampaikan dukungan bagi perkembangan perfilman Indonesia salah satunya dengan cara menyediakan handset seharga kurang dari satu juta Rupiah sehingga karya-karya anak muda lebih mudah diakses dan memiliki tempat di hati bangsa.

Terakhir untuk menghibur semua penikmat film, FFPI 2015 menghadirkan Dzawin Stand up Comedy 4. Komika asal Bogor yang pernah menimba ilmu di pesantren ini, berhasil menghibur semua penonton dengan cerita lucu khas anak pesantren. Demikianlah liputan acara malam penganugerahan FFPI 2015. Semoga Kompas TV tetap setia berperan memajukan dunia perfilman Indonesia. Saran saya FFPI berikutnya hadiahnya sebaiknya memberi kesempatan magang bukan hanya untuk kategori pelajar namun juga mahasiswa/umum. Bagaimana pun pasti ada hal yang bisa dipelajari untuk mengembangkan bakat para sineas muda tanah air. Masukan untuk filmmaker semoga bisa lebih berani menghadirkan adegan ekstrim. Tidak hanya terbatas pada memecahkan kaca jendela namun lebih berani misalkan menampilkan adegan meledaknya pesawat karena cuaca buruk supaya lebih menggemparkan dunia perfilman Tanah Air Indonesia.

 

Salam,

Rahayu Damanik

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun