Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Andri Kristian seorang Guru di Pedalaman Papua (Tanpa Listrik, Sinyal Telepon, & Koneksi Internet)

26 Januari 2016   12:39 Diperbarui: 26 Januari 2016   18:57 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sulitnya Akses Menuju Mbua"]

[/caption]Bila Andri Kristian mengajar Bahasa Inggris, siswa lebih mengerti bila dipraktekkan. Misalkan untuk mengajarkan “Open the door” Andri Kristian harus sambil mempraktikkannya. Andri Kristian menilai, sebenarnya masyarakat Mbua membutuhkan sekolah praktik bukan sekedar mengajarkan teori. Alangkah baiknya bila di sekolah, masyarakat diajarkan praktik cara bertani, mengenai listrik, dan praktik kesehatan. Hal ini akan sangat membantu masyarakat Mbua.

[caption caption="Anak-anak Mbua Berfoto di Depan Honai"]

[/caption]Siswa Andri Kristian di Mbua memiliki antusiasme yang tinggi dalam belajar. Terkadang mereka datang ke sekolah sambil membawa anak dan meskipun usia sudah lanjut tetap semangat belajar menulis dan membaca. Artinya masyarakat Papua pada umumnya dan Mbua pada khusunya punya keinginan yang tinggi untuk maju.

Andri Kristian tidak hanya mengajar di sekolah namun sebelum dan setelah jam sekolah beliau pergi ke Honai masyarakat (rumah adat yang sangat kecil dan pengap karena dapur tempat memasak juga di dalam Honai). Beliau mengunjungi Honai untuk mengajar menulis, membaca, dan berhitung. Andri Kristian fokus kepada anak yang memiliki potensi lebih dalam menangkap pelajaran sehingga kelak anak-anak tersebut bisa dikaderisasi untuk mengajar teman-temannya menulis dan membaca.

Andri Kristian merasa kalau masyarakat Mbua sangat baik dan perhatian. Masyarakat tersebut sering berbagi dalam keterbatasan. Mereka bahkan orang yang sangat menghargai pemberian. Andri Kristian merasa sangat dibutuhkan di sini dan inilah yang membuatnya tidak bisa meninggalkan Mbua. Masyarakat Mbua atau pedalaman lain sering menanam ubi atau betatas. Sebelum Andri Kristian berangkat mengajar, beliau sering disuguhi ubi yang sudah dibakar maupun direbus sebagai sarapan. Hal ini benar-benar membuat hati beliau tersentuh. Ditambah lagi dengan peristiwa meninggalnya 47 orang balita (Oktober 2015-Desember 2015) di Distrik Mbua karena serangan virus mematikan. Balita yang tidak atau terlambat diimunisasi itu membuat hati Andri Kristian berduka. Beliau menarik kesimpulan kalau Mbua bukan hanya tertinggal dalam hal pendidikan tetapi juga dalam masalah kesehatan.

[caption caption="Berfoto sebelum Ujian Akhir "]

[/caption]Andri Kristian sungguh membutuhkan relawan guru, tenaga kesehatan, relawan pertanian, dan relawan di bidang listrik dan pertukangan untuk membantu memajukan masyarakat Mbua. Betapa masyarakat juga membutuhkan obat-obatan, buku tulis, alat tulis, alat musik, buku pelajaran, pakaian, bibit tanaman obat, atau bibit sayuran.

[caption caption="SMPN 2 Mbua"]

[/caption]Andri Kristian percaya, kualitas sebuah sekolah ada di tangan guru. Bila pengajar rajin, masyarakat Papua termasuk Mbua berpotensi untuk sukses karena kemauan yang sangat tinggi dalam menuntut ilmu. Gedung sekolah di Mbua cukup bagus, sayangnya guru dinas hanya hadir sekali dalam minggu atau sekali dalam sebulan menjelang ujian akhir. Padahal sudah disediakan rumah untuk guru yang cukup bagus untuk ukuran daerah terpencil seperti Mbua, namun sayangnya rumah "mewah" tersebut kosong karena ketiadaan guru. Inilah sebabnya Andri Kristian merasa yakin kalau guru relawan lokal yang juga penduduk asli Mbua adalah orang yang menjadi tulang punggung pendidikan di Mbua. Menurut beliau para relawan tersebut perlu diberikan pengajaran dan pelatihan sehingga bisa membantu mengentaskan buta huruf warga Mbua dan berperan aktif memajukan masyarakat.

[caption caption="Mengarahkan Siswa Belajar"]

[/caption]Ada satu kejanggalan yang terjadi di Mbua. Nilai ujian akhir siswa Mbua cukup tinggi mencapai nilai 7 atau 8 padahal guru dinas sangat jarang hadir dan para siswa belum lancar menulis dan membaca dalam Bahasa Indonesia. Malah ada guru yang tidak pernah datang sama sekali tetapi nilai rapor para siswa sangat tinggi-tinggi. Andri Kristian memberi masukan kepada pemerintah agar sedapat mungkin buku pelajaran di sekolah menggunakan bahasa daerah sehingga lebih mudah dipahami siswa.

Masyarakat Papua pedalaman terlanjur menganggap sekolah hanya sebagai tempat mencetak ijazah. Kelak ijazah dgunakan untuk mencalonkan diri sebagai Kepala Distrik atau Pegawai Negeri Sipil. Andri Kristian sangat terusik dengan hal ini karena proses pendidikan yang tidak bermutu pasti akan menghasilkan kualitas SDM yang rendah. Inilah yang menjadi tantangan Andri Kristian untuk mengubah mind set masyarakat, sehingga beliau tekun menyambangi Honai warga Mbua untuk mengajar baca tulis. Beberapa guru lokal yang berjasa di Mbua diantaranya: Bapak Nataniel Tabuni, Bapak Zakaria Wirege, Bapak Petrus Tabuni, Bapak Demetus Tabuni, Bapak  Lanias Gwijangge, dan Utnabek Lokbere. Orang-orang ini adalah relawan warga Mbua yang sangat memperhatikan dan bersemangat mengajar di sekolah-sekolah Mbua.

Ijazah asli tetapi palsu banyak diperjualbelikan di Papua. Asli karena blankonya milik negara tetapi palsu karena nama yang tercantum tidak terdaftar di dinas pendidikan. Siapa yang memiliki wewenang untuk mendapatkan blanko ijazah negara yang asli? Perjuangan pendidikan di Papua pedalaman tidak mudah ditambah lagi harus berani melawan arus yang berusaha mencari keuntungan dengan menjual ijazah demi kepentingan pribadi. Andri Kristian memiliki tantangan yang sangat tinggi dalam membenahi dunia pendidikan. Hanya satu keprihatinan Andri Kristian, beliau tidak ingin terjadi lost generation di bumi Papua yang merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta. Saya menilai, Andri Kristian layak dicalonkan sebagai salah seorang pahlawan yang peduli kepada generasi bangsa.

 

Salam,

 

Rahayu Setiawati Damanik

 

 

Sumber Gambar: Dokpri Andri Kristian

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun