Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Septiana Ika, Generasi Muda Peduli Anak Jalanan

25 Januari 2016   12:53 Diperbarui: 25 Januari 2016   23:02 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi- Pengajar Harus Kreatif sehingga Anak Tidak Bosan "]

[/caption]Saya sudah singgung sebelumnya berdasarkan pengalaman saya membuka usaha day care. Bukanlah perkara mudah merawat dan mengasuh anak-anak yang penuh limpahan kasih sayang orang tua. Apalagi mengasuh anak-anak jalanan yang kurang kasih sayang dan akrab dengan kehidupan yang tampaknya tidak adil pada mereka. Anak-anak jalanan ini sangat sulit didekati. Cara pendekatan yang dilakukan sangat berbeda dengan cara penjangkauan terhadap anak sekolah pada umumnya.

Septi menyadari bila mereka tidak didekati maka pasti enggan diajak belajar. Itulah sebabnya Septi berusaha memikirkan teknik pendekatan yang bisa meluluhkan hati anak jalanan. Anak jalanan terbiasa hidup keras dan pasti berpengaruh dengan cara mereka berinteraksi dengan siapa saja. Butuh teknik khusus menghadapi karakter mereka. Septi dan para relawan di SSC berusaha agar mereka bisa diterima di lingkungan anak jalanan; mencoba menjadi bagian dalam hidup mereka. Septi menekankan sikap persaudaraan dan persahabatan karena anak jalanan sangat sulit berkenalan dan percaya kepada orang baru. Intinya saat menjalin relasi awal maka harus sering bersama dan bercengkrama dengan para anak jalanan.

Anak jalanan ini tidak akan cukup diajak sekali untuk mau belajar. Jadi, Septi dan relawan lain sering kali menyambangi lokasi anak jalanan mengamen atau berjualan. Awalnya mereka mengobrol biasa tentang aktivitas sehari-hari kemudian saat anak jalanan sudah tampak mulai menyukai relawan barulah mereka diajak ikut belajar. Anak jalanan bisa merasakan ketulusan hati Septi dan relawan lain, kebaikan inilah yang menyentuh hati anak jalanan sehingga hubungan bisa terjalin dengan harmonis.

Meskipun perjuangan awal mendekati anak jalanan sudah bisa diatasi namun kesulitan yang dihadapi tidak berhenti sampai di situ. Anak jalanan bukan hanya sulit didekati namun juga susah sekali diajak belajar. Dulu banyak anak-anak yang keluar masuk dan tidak mau ikut belajar. Betapa sulit membuat mereka betah belajar. Sekolah gratis yang disediakan untuk mereka sama sekali tidak dimanfaatkan dengan baik karena tidak paham akan arti dan pentingnya belajar. Bila mereka mengamen di jalan otomatis mendapat ribuan rupiah. Septi sering mendengar penuturan mereka, “Sudah bisa cari uang, mengapa harus belajar?” Inilah sebabnya kebiasaan mereka di jalanan sulit untuk dihilangkan.

Anak-anak tersebut terlanjur berpikir kalau meminta-minta merupakan cara instan dalam mendapatkan uang. Anak jalanan banyak yang terjun mengamen atau memulung (kaleng atau bekas gelas air mineral) karena diminta orang tua mereka membantu mencari uang untuk makan sehari-hari. Jadi, bila anak jalanan tersebut memiliki orang tua maka Septi dan kawan-kawan harus berusaha meyakinkan para orang tua supaya memberikan ijin belajar bagi anak-anaknya.

Saat penulis menanyakan kepada Septi apa terobosan yang dia kerjakan selama tiga tahun menjadi relawan. Septi mengatakan kalau selama ini dia dengan tekun mengerjakan semua program yang sudah ada di SSC. Septi mengatakan mempertahankan dan mengembangkan apa yang sudah ada jauh lebih sulit daripada meraih sesuatu yang baru. Septi selama ini fokus membuat adik-adik mengerti mengapa harus belajar dan membuat mereka nyaman sehingga selalu rutin belajar. Kini Septi dan para relawan SSC bisa bersyukur karena akhirnya dengan semangat dan niat yang baik adik-adik mau belajar.

Saya menanyakan kepada Septi apakah anak-anak tersebut diberikan makan siang atau uang jajan dengan harapan agar mereka bisa tetap stay. Apalagi mengingat mereka sudah terbiasa mencari uang. Membayangkan tanpa motivasi dari dalam diri sendiri, betapa sulitnya mengajak mereka belajar tanpa iming-iming. Septi mengatakan sangat berbahaya menjanjikan makanan atau uang jajan karena nantinya mereka datang hanya karena uang bukan karena keinginan untuk belajar. Setpi menyadari sulitnya membangun motivasi belajar anak jalanan, di sinilah harus ada usaha keras, kreativitas, dan inovasi agar anak-anak tetap semangat belajar. Terkadang Septi dan relawan pengajar mengadakan cerdas cermat atau kuis, barulah yang juara diberikan hadiah. Adik-adik jalanan sangat bersemangat bila diadakan kompetisi. Terkadang, anak jalanan ini ditanyakan mereka ingin belajar apa. Septi tidak menyangkal pernah membawa camilan atau minuman namun itu sifatnya tidak wajib.

Bila ada donatur yang berbaik hati, bisa juga para relawan memberikan makanan dan minuman namun hanya sesekali tergantung ada tidaknya dana. Cara jitu andalan Septi dan relawan membuat anak jalanan nyaman adalah dengan memperbanyak interaksi sehingga semua anak merasa diperhatikan. Intinya memang tidak mudah mendekati anak jalanan namun bila relawan terus memberikan kasih sayang maka anak-anak tersebut akan bisa bersemangat untuk tetap hidup dan terus maju supaya kelak bisa seperti kakak relawan. Jadi, tidak ada cara pendekatan yang lebih efektif daripada rajin datang dan membawa cinta yang tulus. Kalau dulu, anak yang datang terus berganti karena tidak ada yang bisa bertahan belajar, kini malah adik-adik jalanan tersebut yang datang sendiri ke kelas. Sungguh luar biasa bukan?

Ternyata Septi dan pengurus SSC tidak hanya menghadapi kesulitan bagaimana melakukan pendekatan dan memotivasi anak jalan untuk belajar. Namun ada kesulitan lain yaitu menghadapi rasa jenuh dan bosan para relawan pengajar. Saya menceritakan pengalaman susahnya mencari pengasuh yang sayang anak apalagi bila karyawan tersebut belum menikah. Sudah diberikan penghasilan yang terbaik tetap saja pengasuh anak di tempat saya keluar masuk. Awal melamar sebagai pengasuh di day care mengaku menyukai anak kecil namun ternyata tidak sabaran juga.

Septi sependapat dengan saya memang sulit mencari orang yang menyukai anak kecil apalagi tanpa bayaran sama sekali. Bahkan pengalaman Septi, meskipun seseorang latar belakang pendidikannya kesehatan, tidak mudah bertahan mengasuh anak. Syukurlah Septi sangat mencintai anak kecil entah bagaimana bisa begitu, Septi tidak bisa menjelaskan mungkin sama seperti saya yang tidak bisa menjelaskan mengapa menyukai dunia tulis-menulis. Bagi Septi, adik-adik jalanan selalu menyenangkan dan membuatnya bahagia. Inilah yang membuatnya terus mampu bertahan mengabdi sejak tiga tahun yang lalu walau tanpa imbalan materi sama sekali.

Bila relawan gagal menumbuhkan kasih sayang di dalam hati pasti tidak bertahan lama menjadi pengajar. Septi harus memikirkan cara bagaimana agar relawan bisa bertahan. Bila relawan lama harus diganti dengan yang baru, anak jalanan harus adaptasi lagi. Septi dan pengurus lain perlu memikirkan cara andal yang membuat para relawan bisa berkomitmen dan bertahan mengajar anak jalanan. Salah satu yang dilakukan adalah mengadakan apresiasi bagi relawan yang sudah sangat mendukung dan memberikan grading bagi mereka. Relawan pengajar juga diberikan pemahaman sederhana tentang karakteristik anak jalanan sehingga bisa mengajar dengan cara yang menyenangkan. Hal demikian akan membuat anak akan merasa nyaman untuk belajar dan berekspresi sesuai bakatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun