Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Minat: Petunjuk Paling Penting Menemukan Bakat Terpendam

5 Januari 2016   08:23 Diperbarui: 6 Januari 2016   08:04 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi-Setiap Insan Memiliki Bakat (Shutterstock)"][/caption]Banyak yang bingung bagaimana mencari/menemukan passion dan bakat terpendamnya. Termasuk saya sendiri yang sangat sulit menemukan apa bakat dan minat saya. Saya menempuh pendidikan S1 di Fakultas Ilmu Keperawatan namun akhirnya kerja di bank adalah salah satu bukti kesulitan saya menemukan jati diri. Selengkapnya bisa dibaca di artikel berjudul, "Anies Baswedan: Perlakukan Anak seperti Benih bukan Kertas Putih"

Berdasarkan pengalaman pribadi saya membuktikan kalau ketertarikan adalah petunjuk paling penting dalam perjalanan menemukan panggilan hidup kita. Ketertarikan adalah keinginan hati untuk lebih dapat mengetahui dan mempelajari akan sesuatu hal. Ketertarikan ini ibarat tenaga yang akan mengantarkan kita sampai pada tujuan.

Tanpa ketertarikan terhadap suatu pekerjaan maka perjalanan kita tidak akan berharga. Jika Pembaca memiliki keinginan yang kuat terhadap sesuatu hal, maka berikan perhatian yang khusus. Siapa tahu hal itu sebagai tanda kalau di sanalah tersembunyi bakat terpendam. Ingatlah sesuatu yang paling Anda nikmati mungkin hal itu berupa satu topik yang pasti tidak akan dilewatkan begitu saja. Arah pembicaraan selalu saja ujung-ujungnya mengarah ke tadi. Bisa saja bakat terpendam Bapak/Ibu berkaitan dengan topik tadi.

Sewaktu saya kuliah, saya suka memberi nasihat kepada teman-teman saya tentang bagaimana menjalani hubungan ideal antara cowok dengan cewek. Padahal status saya hampir tidak pernah punya pacar dan bahkan bisa dikatakan kelamaan jomblo. Teman-teman saya pun menjuluki saya NATO (No Action Talk Only) saking saya suka berbicara tentang topik cinta sementara saya sendiri sama sekali tidak punya pacar.

Bahkan saya suka mengumpulkan artikel tentang karakter cowok dari majalah. Saya tertarik mempelajari bagaimana sebenarnya agar hubungan wanita dan pria bisa berjalan dengan mulus. Saya tidak menyangka ternyata setelah menikah saya semakin tertarik membahas mengenai hubungan suami istri sehingga saya pun membuat fanpage Facebook: Unconditional Love to My Husband.

Saat kecil, saya suka menulis dongeng anak-anak. Semua dongeng saya tulis di kertas lalu saya kumpulkan seperti sebuah kliping. Agar sedikit lebih rapi, kliping saya beri sampul dari kalender bekas sehingga wujudnya mirip buku yang bersampul. Mungkin ada sekitar sepuluh dongeng dalam satu kliping, semuanya ditulis dengan tulisan tangan sendiri.

Tidak lupa saya menulis "KUMPULAN DONGENG ANAK" di bagian depan sampul. Saya kemudian menjual kliping tersebut ke penjual buku bekas yang berada di salah satu sudut emperan pasar tradisional Kabanjahe (kota kecil tempat saya dilahirkan). Saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar sekitar kelas empat atau lima, namun demi menjual hasil tulisan, saya rela berjalan kaki sendirian dari rumah ke pasar yang jaraknya hampir satu jam dengan berjalan kaki.

Setelah sampai di pasar, saya mengutarakan niat menjual bundelan yang sudah distaples ke penjual buku bekas. Saya tidak bisa mendefenisikan bagaimana raut mukanya, mungkin ingin menolak hasil karya saya karena jika dia mau membeli, nanti siapa yang akan tertarik membelinya kembali? Tetapi syukurlah si bapak penjual mau menerima, dia membayar seratus lima puluh rupiah, setara dengan uang jajan sehari yang diberikan mama kepada saya setiap pagi. Saya senang bukan main dan kembali pulang berjalan kaki sambil tersenyum bahagia, bukan karena uangnya namun karena ada yang mau menghargai hasil karya saya.

Setiap orang pasti memiliki bakat, Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan flash back ke masa kecil, adakah satu minat yang sangat kita nikmati? Saya pernah membagikan pengalaman saya ini dan seorang teman berkomentar, "Wah menarik Ayu, jadi coba mengingat kembali waktu masa kecil adakah hobi yang kunikmati ya?" Saya menjawab teman tersebut kalau hobi itu biasanya sangat kita ingat saking berkesannya.

Banyak kegiatan masa kecil yang kita lupa, tetapi khusus minat yang saya maksudkan di sini, bisa kita ingat sampai hal yang mendetail. Seperti sampai ingat jumlah uang yang dikasih si bapak penjual buku bekas; seratus lima puluh rupiah padahal itu sudah sekitar dua puluh tahun yang lalu.

Minat yang saya maksud juga bukan hobi biasa, tetapi sesuatu yang rela kita perjuangkan walau tahu imbalan yang bakal diterima tidak seberapa. Contohnya, saya rela jalan kaki pulang pergi demi menjual hasil tulisan tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun