Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Mana Menemukan Kebahagiaan?

28 Desember 2015   14:21 Diperbarui: 4 Januari 2016   17:48 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi-Sulitnya Mencari Kebahagiaan (Shutterstock)"][/caption]Bila ditanya tentang tujuan hidup, orang sering mengatakan ingin bahagia. Tetapi apa sebenarnya arti kebahagiaan itu dan dimana menemukannya? Keinginan untuk bahagia sering tidak terwujud karena seseorang hanya mengharapkan kebahagiaan tanpa pernah mengetahui arti dan cara untuk mendapatkannya. Ada yang mengatakan kalau ingin bahagia harus kuliah tinggi-tinggi, memiliki uang yang banyak, menikah dengan istri yang cantik, mempunyai anak yang lucu-lucu, dan lain sebagainya. Benarkah demikian? Kebahagiaan memang menjadi sesuatu yang paling dicari sekaligus paling sulit dipahami.

Pertama-tama seseorang perlu mendefenisikan kebahagiaan dari kaca mata pribadinya. Ada yang mengatakan bahagia adalah bila didampingi oleh orang yang dicintai. Sisanya berpendapat akan senang bila memiliki materi berlimpah. Lalu bagaimana bila suatu saat orang yang dikasihi meninggal dunia atau harta tiba-tiba habis, apakah dia tidak bisa menikmati bahagia lagi? Artinya, bila ukuran kebahagiaan dilekatkan dengan harta maka seseorang tidak akan pernah bahagia karena materi bisa berubah dan hilang kapan saja. Apalagi manusia yang pada dasarnya tidak pernah puas terhadap jumlah hartanya sehingga kahausan akan materi akan menyebabkannya ingin lagi dan lagi. Demikian juga bila kita menggantungkan kebahagiaan pada orang lain maka kelak saat dia pergi, kita akan hancur dan merasa tidak bisa menikmati kebahagiaan lagi.

Lalu dimanakah bisa menemukan kebahagiaan? Apakah kebahagiaan hanya bisa diduga-duga? Orang miskin mengira kalau kenikmatan terletak pada kekayaan. Orang sakit beranggapan kebahagiaan bisa diperoleh bila sudah sehat. Orang yang tidak sekolah menilai kebahagiaan sama dengan pendidikan yang tinggi. Orang biasa menyangka kebahagiaan sama dengan ketenaran. Para jomblo berasumsi kebahagiaan datang bila memiliki kekasih. Ada yang menduga bahagia bisa dicari dengan shopping, karokean, atau makan coklat. Saat belanja-belanja mungkin bisa bahagia sesaat, namun setelah selesai shopping mengapa kebahagiaannya tiba-tiba lenyap? Masih banyak anggapan tentang kebahagiaan yang terlihat begitu nikmat sehingga semua orang berusaha mengejarnya demi mencari sebuah kebahagiaan.

Seseorang yang mencari kebahagiaan tidak akan pernah menemukannya karena kebahagiaan itu diciptakan bukan ditemukan. Artinya, kebahagiaan tidak perlu dicari atau dikejar. Kebahagiaan bukanlah karena keberadaan seseorang di dekat kita atau tentang sesuatu yang kita miliki. Kebahagiaan adalah suatu keadaan yang tercipta di dalam hati dan pikiran seseorang. Inilah sebabnya mengapa seseorang yang mencari-cari kebahagiaan selalu pulang dengan tangan kosong karena kebahagiaan ada di dalam dirinya sendiri.

Misalnya seseorang ditraktir temannya makan karena ada sedikit kenaikan gaji. Temannya mentraktir makan di warung belakang kantor. Bagaimana dia menilai traktiran tersebut? Bila yang ditraktir menerima apa adanya makanan yang ada di hadapannya dengan ucapan syukur maka dia sangat bahagia menikmatinya karena berpikir syukur banget sudah bisa ditraktir. Sebaliknya bila pikirannya mengharapkan lebih, misalkan makan di tempat yang lebih mewah karena kenaikan gaji temannya yang dia anggap lumayan besar maka makanan tersebut akan menjadi tidak enak bahkan menimbulkan rasa kesal kepada temannya yang dianggap sangat pelit. Lalu apakah bila dia ditraktir makan di restoran mewah dia bisa bahagia? Belum tentu, bisa saja tetap masih ada yang kurang. Artinya, kebahagiaan itu berbicara tentang sudut pandang. Seseorang yang pandai bersyukur pasti bisa menikmati setiap hal dalam hidupnya dan kenikmatan tersebut menimbulkan perasaan bahagia. Sebaliknya orang yang suka mengeluh maka keadaan apa pun tidak bisa membuatnya bahagia.

Walau seseorang mendapatkan seluruh isi dunia tetapi tidak pernah bersyukur, masih suka membanding-bandingkan, selalu merasa kurang maka percuma semua yang diperolehnya itu karena sesungguhnya dia tidak pernah merasakan kebahagiaan. Inilah sebabnya mengapa seseorang sulit menemukan kebahagiaan karena mereka percaya kalau kebahagiaan itu melekat pada ketenaran, harta, atau kekuasaan. Memang benar ketenaran, harta, kekuasaan bisa menimbulkan kebahagiaan namun sifatnya hanya sementara. Setelah seseorang berhasil mendapatkan semuanya dia akan cepat merasa “sudah biasa” dan terus saja mencari kebahagiaan baru yang perlu dikejar. Akhirnya hidupnya habis mengejar keinginan demi keinginan tanpa sempat menikmati kebahagiaannya sendiri.

Kebahagiaan itu tidak perlu dicari jauh-jauh karena sebenarnya bisa ditemukan di dalam hati kita. Kebahagian tidak ditentukan oleh orang lain atau materi yang kita miliki tetapi kebahagiaan ditentukan diri manusia itu sendiri. Persoalannya hanyalah apakah dia mau memilih bahagia atau tidak?! Tingkat kebahagiaan berbanding lurus dengan hati yang penuh syukur karena bersyukur menimbulkan sensasi kenikmatan yang mengagumkan. Sebaliknya lalai bersyukur dan suka mengeluh hanya menimbulkan kesusahan karena beban pikiran negatif yang menghimpit.

Bersyukur tampaknya mudah saat kondisi sedang baik-baik saja. Lalu mungkinkah seseorang bisa bersyukur dan berbahagia bila kondisi serba memprihatinkan seperti sedang menghadapi masalah, terbaring sakit, tidak lulus ujian, atau ditinggal pacar? Bukankah wajar seseorang akan mengeluh dan tidak bahagia bila sedang bermasalah? Bersyukurlah bukan hanya atas kondisi positif namun juga negatif karena seseorang yang memandang permasalahan hidup sebagai beban, akan sulit merasakan kebahagiaan. Seseorang bisa tetap bersyukur asalkan bisa berpikir kalau dibalik setiap masalah pasti ada hal baik yang bisa dipelajari dan menjadikannya lebih dewasa. Masalah itu ibarat pasir yang “dilemparkan” kepada kita, memang sakit apalagi bila terkena mata. Alih-alih mengeluh, lebih baik bersyukur dan mengumpulkannya menjadi bahan bangunan.

Bersyukurlah walaupun sedang sakit karena kondisi terbaring lemah membuat kita lebih bisa menghargai kesehatan. Daripada kesal dipertemukan dengan orang paling menyebalkan sedunia lebih baik bersyukur karena setidaknya dia mengajarkan kita tentang karakter yang harus dihindari. Alih-alih menggerutu atas masalah di kantor lebih baik bersyukur. Bersyukur menimbulkan antusiasme dan ketekunan memecahkan masalah sehingga lebih besar kemungkinan mendapat promosi. Daripada mengutuk gaji yang masih terlalu kecil lebih baik bersyukur karena bisa menimbulkan ketulusan hati dan totalitas dalam bekerja akibatnya bisa mendapat kepercayaan dan kompensasi penghasilan yang lebih besar.

Mengeluh tidak menyelesaikan masalah, hanya mendatangkan lebih [caption caption="Ilustrasi-Sulitnya Mencari Kebahagiaan (Shutterstock)"][/caption]banyak situasi yang tidak diinginkan. Sementara bersyukur bisa mendatangkan lebih banyak kondisi yang diimpikan. Lama-lama kita akan terbiasa bersyukur dalam setiap situasi. Kebahagiaan kita menjadi stabil dan tidak naik-turun tergantung keadaan baik-buruk. Sesungguhnya kehidupan kita sudah bahagia namun tidak ada rasa syukur membuat kita sengsara. Tetaplah bersyukur dalam setiap situasi maka kita akan bahagia. Kebahagiaan memang bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya tidak berarti tanpa adanya kebahagiaan di hati.

Sebagai penutup izinkanlah saya menulis sepotong lirik lagu D’Masiv:

 

Syukuri apa yang ada

Hidup adalah anugerah

Tetap jalani hidup ini

Melakukan yang terbaik

 

 

Salam inspirasi,

Rahayu Setiawati Damanik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun