Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berkompromi dengan Ketidaksempurnaan

15 Desember 2015   12:07 Diperbarui: 19 Desember 2015   11:13 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi-Menerima Kekurangan Pasangan(Shutterstock)"][/caption]Mendapatkan pasangan sempurna mungkin idaman setiap insan. Bila membeli pakaian dan menemukan ada sedikit bagian yang rusak pasti kita tidak mau menerima apalagi bila berkaitan dengan pasangan yang akan mendampingi seumur hidup. Hak seseorang bila ingin mencari pasangan sempurna dan tiada cela. Tetapi sebenarnya adakah pasangan yang perfect? Bagaimana kriteria pasangan yang sempurna itu?

Sebelum menikah, banyak yang sudah menyadari kekurangan pasangan, namun saat itu tidak terlalu dipermasalahkan. Setelah menikah sekian lama, kekurangan yang dulunya biasa saja kini berubah menjadi sesuatu yang benar-benar mengganggu. Saat pacaran seorang kekasih mungkin sering menyanyikan lagu Andra and The Backbone yang liriknya: Kau begitu sempurna, Dimataku kau begitu indah, kau membuat diriku akan s'lalu memujamu

Bila ada yang menentang hubungan dengan kekasih, maka mati-matian akan membelanya dan tetap mengatakan orang yang dicintainya begitu sempurna. Apa pun yang dikatakan orang lain tentang kekurangan pasangan tidak dipedulikan sama sekali.

Bila sedang jatuh cinta, orang yang kita sayang kelihatan sangat sempurna. Namun setelah menikah mata kita terbuka lebar sehingga kekurangan pasangan semakin nyata. Apalagi sudah tinggal satu atap dan satu kasur. Tidak ada yang bisa ditutup-tutupi lagi. Sifat dasar manusia yang sangat mudah mengingat kesalahan dan gampang melupakan kebaikan pasangan mengakibatkan sering terjadi percekcokan akibat hobi baru yang suka mencari-cari kesalahan pasangan.

Menikahi pasangan yang tampak sempurna tidak menjamin kebahagiaan. Artis-artis kurang apa lagi? Harta banyak, tubuh seksi, tenar, namun ternyata bisa bercerai juga. Artinya memang setiap orang pasti memiliki kekurangan atau nobody's perfect! Bila suatu saat kita sudah yakin menjalin hubungan dengan seseorang, pasti ada saja alasan yang membuat kita tidak betah. Lebih baik fokus kepada kelebihan pasangan dan ikhlas menerima dia apa adanya. Membandingkan-bandingkan hanya akan membuat kita tidak pernah puas dan terus ingin mencari yang lebih sempurna lagi. Itulah sebabnya mengapa sebuah penelitian menyimpulkan kalau seseorang bercerai pada pernikahan pertama maka kemungkinan besar akan bercerai juga pada pernikahan kedua.

Pembaca mungkin pernah mendengar kisah tentang seorang pria yang cukup tampan asal Tiongkok bernama Jian Feng. Dia menikahi seorang wanita yang sangat rupawan. Semua mata menilai pernikahan mereka sempurna karena seorang pria tampan bersanding dengan wanita cantik. Kenikmatan pernikahan akhirnya hancur saat sang istri melahirkan seorang puteri yang menurut suami sangat buruk rupa, saking jeleknya suami sampai ngeri melihat sang anak.

Suami bingung mengapa puteri mungil tersebut tidak mirip dengan dirinya atau istri. Akhirnya, dia menuduh kalau pasangannya tersebut telah berselingkuh. Sang istri tentu tidak terima dinilai macam-macam oleh suami, akhirnya mereka pun melakukan tes DNA. Hasil pengujian membuktikan kalau anak kecil yang buruk rupa memang benar anak biologis Jian Feng dan istrinya. Dimana letak kesalahannya? Mengapa anak mereka sama sekali tidak mirip kedua orang tuanya?

Akhirnya sang istri pun mengaku kalau sebelum bertemu sang suami, dia pernah melakukan operasi plastik di Korea Selatan dengan biaya yang sangat mahal namun sepadan dengan hasil yang dia dapatkan. Suaminya merasa tertipu dan tetap tidak bisa menerima. Akhirnya sang istri digugat cerai dan cerita manis pernikahan kini hanya tinggal kenangan. Kisah tersebut mengajarkan kalau selalu mencari kesempurnaan maka ujung-ujungnya hanya kekecewaan yang didapatkan.

Bila ada kekurangan pasangan sebaiknya diskusikan dan cari solusinya bersama-sama. Bila kekurangan pasangan bersifat fisik, doronglah pasangan untuk mengembangkan karakter positif. Tidak perlu memaksanya mengubah hal yang bersifat hanya sementara. Bagaimana bila kekurangan pasangan tetap tidak bisa dihilangkan? Tulislah dengan jujur kekurangan yang ada pada diri kita sehingga bisa menyadari kalau diri kita juga tidak sempurna. Hal ini membuat kita lebih mampu menerima kekurangan pasangan. Kemudian, pikirkan kelebihan pasangan yang bisa melengkapi kekurangan kita.

Cobalah berpikir dari sudut pandang pasangan. Pasti dia juga kesulitan menghadapi kekurangan kita. Bagaimana kalau dia juga menuntut kita untuk sempurna, sanggupkah kita memenuhi permintaannya? Jadi, rahasia kebahagiaan adalah bila kita senantiasa bersyukur atas pasangan dan tidak menuntut sesuatu yang berlebihan padanya. Seburuk apa pun pasangan, dia adalah orang yang kita pilih dulu untuk mendampingi kita di kala susah dan senang. Inilah saatnya cinta diuji bila kita berani menerima segala kekurangannya. Bukankah cinta sejati itu tidak bersyarat? Jangan pusing mencari seorang yang sempurna untuk dicintai. Lebih baik memikirkan bagaimana caranya mencintai pasangan yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna! Adakah Bapak Ibu yang ingin berbagi? Thanks for sharing :-)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun