Pernyataan Presiden Jokowi atas aktor dibalik kerusuhan demonstrasi 4 November kini ditunggu publik. Terka menerka siapa dalangnya memakan perhatian. Satu persatu pihak yang ikut dalam agenda tersebut, memberikan pembelaan. Beranikah Jokowi membukanya ? Â
Tebar Data Intelijen
Kontroversi siapa aktor politik dibalik aksi demonstrasi 4 November sebenarnya sudah dimulai sebelum aksi ini berjalan. Jika dicermati pernyataan ini justru dimunculkan bukan oleh Presiden Jokowi. Namun, sebaliknya dimunculkan SBY, meski tidak menyebutkan secara terbuka, di Cikeas SBY yang menyatakan adanya tudingan unjuk rasa tersebut terdapat orang besar, sebuah kalangan, dan partai politik  dibaliknya. Hal ini bersumber dari data intelijen yang didapatnya.
Tindakan mantan Presiden SBY menyebarkan data intelijen yang didapatnya sebenarnya cukup menggelitik. Bagaimana tidak, data intelijen yang diungkap SBY sebenarnya adalah rahasia negara. Apalagi, rahasia negara yang yang disampaikan bukanlah di masa pemerintahan SBY justru informasi tersebut diperuntukkan Presiden Jokowi. Jika saja benar yang disampaikan berasal dari data intelijen.
Jika merunut rekam jejak, mantan Presiden SBY kerap kalai menyampaikan data intelijen. Sebut saja ketika terjadi tragedi Bom Kuningan, paska pemilihan umum 2009. SBY mengumbar data, dengan mununjukkan foto dan vidio dirinya menjadi sasaran tembak teroris, bahkan lebih lanjut SBY menyatakan terdapat keinginan sejumlah pihak yang akan menduduki KPU jika dirinya dinyatakan menang, dan pihak tersebut menginginkan agar SBY tidak terpilih kembali.
Tidak berhenti sampai disana. Kebiasaan menyampaikan data intelijen juga dilanjutkan sebelum Hari Anti Korupsi Desember 2009. Aksi itu disinyalir akan ditunggangi aktor politik. Pernyataan tersebut disampaikan SBY di hadapan kader Partai Demokrat pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) ke-3 Partai Demokrat di Jakarta Convention Center.
Dalam pidatonya SBY menyampaikan, Â Saya di tengah malam berdzikir, berdoa, bersama istri dan keluarga, mencari tahu ada apa dengan semua fitnah dan pembunuhan karakter seperti ini. Akal sehat saya mengatakan bahwa perilaku politik seperti ini paling tidak untuk jangka pendek ingin mendiskreditkan, ingin menggoyang dan kalau bisa menjatuhkan SBY dan pemerintahan.
Bahkan, SBY lebih lanjut menyampaikan juga menemukan ada pihak tertentu yang dalam jangka menengah dan panjang ingin menghalangi sepak terjang Partai Demokrat pada Pemilihan Umum 2014. Ada pihak tertentu yang ingin menghancurkan reputasi dan nama baik Partai Demokrat di muka rakyat agar pada Pemilu 2014 Partai Demokrat dilupakan dan akhirnya menderita kekalahan total.
Sang Ahli Error Lupa Diri
Mantan Presiden SBY dalam pidato di Cikeas sebelum aksi 4 November memberikan pelajaran intelijen kepada pemerintahan Jokowi dan turut serta memberikan gambaran-citra kepada rakyat Indonesia bahwa mantan Presiden SBY adalah sosok yang teliti dalam menyimpulkan data intelijen.
Menurutnya, intelijen harus akurat, jangan berkembang menjadi intelijen yang ngawur dan main tuduh. Kemudian disampaikan intelijen dulu juga tidak mudah melaporkan kepada saya sesuatu yang tidak akurat. Dulu saya tidak pernah dengan mudah menuduh ada orang-orang besar mendanai aksi-aksi unjuk rasa, ada orang besar menggerakkan unjuk rasa. Kalau dikaitkan situasi sekarang kalau ada informasi atau analisis intelijen seperti itu, saya kira berbahaya. Menuduh seseorang, menuduh sebuah kalangan, menuduh sebuah parpol, melakukan seperti itu, itu fitnah, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan.
Dari pernyataan tersebut, kiranya sejarah mencatat rekam jejak pemerintahan mantan SBY dari dua peristiwa yang disampaikan di atas terkait Bom Kuningan dan Demonstrasi 9 Desember memperingati hari Anti Korupsi. Rakyat disodorkan foto SBY yang didapat dari foto 5 tahun sebelumnya. Dan informasi penggulingan dirinya di tanggal 9 Desember ternyata hanyalah khayalan. Toh, SBY secara mulus bertahan. Adapun informasi partainya akan digembosi, juga bukan disebabkan oleh aktor politik. Namun, sebaliknya tergerus oleh prilaku koruptif sebagian elit internal Partai Demokrat sendiri.
Rakyat mencatat, dan sejarah membuktikan sebagian elit Partai Demokrat terlibat korupsi. Dari Ketua Umum Anas Urbaningrum hingga Nazarudin sang bendahara partai. Â Monumen kegagalan Hambalang yang berjarak dekat dengan Cikeas, rupanya belum cukup menjadi obat pengingat bahwa korupsilah yang menggerogoti penurunan suara Partai Demokrat. Dan korupsilah momok mematikan kemunduran bangsa ini.
Presiden Jokowi, Terus Bekerja !
Sebagian elit politik kini berlomba-lomba menuntut Presiden Jokowi untuk membuka siapa aktor politik dibalik kerusuhan aksi 4 November. Sebut saja misalnya Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Bahkan anak mantan Presiden SBY , Edhie Baskoro Yudhoyono yang sering dipanggil Ibas, Â turut meminta klarifikasi. Mungkin, Ibas sudah lupa akan sejarah rekam jejak pemerintah Presiden SBY. Â Dirinya tidak pernah meminta klarifikasi Presiden SBY saat menyampaikan hal serupa.
Bahkan ada elit politik yang menuding aktor dibalik kerusuhan aksi 4 November adalah Presiden Jokowi sendiri karena ketidak mampuannya dalam menciptakan stabilitas nasional. Seperti yand disampaikan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Arief  Poyuono.  Jadi aktor politik untuk menyebabkan unjuk rasa menjadi kisruh dan rusuh saya rasa sih tidak ada ya itu cuma bisa-bisanya presiden untuk menutupi ketidakmampuannya dalam menciptakan stabilitas nasional.
Presiden Jokowi mengerti betul kedudukannya sebagai pemimpin republik. Sebagai bangsa besar pemimpin Republik Indonesia, tidak boleh cengeng, takut, apalagi mengumbar penderitaan dirinya ke rakyat. Menjadi target pembunuhan sudah konsekuensi dari pejabat publik. Apalagi Presiden Republik Indonesia. Dirinya juga tidak perlu mengumbar rahasia negara.
Data intelejen bersifat rahasia negara. Membocorkan tentu saja mendapat sanksi hukum. Hal ini diatur dalam UU no. 17 Tahun 2011. Adapun hasil kerja intelijen- BIN baru dapat diketahui umum pada saat para penegak hukum telah mengungkapkannya (pada umumnya di media). Dari hal ini, Jokowi tahu betul. Dan sekarang rakyat menonton episode, satu demi persatu aktor mulai dibuka.
Kepolisian menangkap satu persatu aktor kerusuhan. Foto pemuda memegang pentungan ke arah polisi saat demonstrasi ditampilkan paska aksi. Setelah aksi kita juga dipertontonkan sang pemuda dengan pakaian serupa memegang bendera organisasi mahasiswa, yang tentunya foto ini sebelum aksi. Dan tentu saja didapatkan oleh intelijen yang tidak error seperti dugaan SBY.
Presiden Jokowi adalah kepala negara dari 200 juta lebih penduduk Republik Indonesia. Beragam agama, suku, bahasa, dan budaya. Republik Indonesia adalah negara besar, ribuan pulau terpapar dari Sabang hingga Marauke. Semuanya memerlukan perhatian.
Nafas kekuasaan yang semakin besar dan pemikiran picik kiranya perlu dikikis habis, seperti budaya dan prilaku koruptif, dan pungli yang sudah merajalela. Lihat saja, proyek Hambalang yang gagal total. Belum lagi 34 proyek kelistrikan yang mangkrak dan 12 diantaranya ternyata gagal total. Ditambah proyek infrastruktur yang jalan ditempat. Â Kami butuh kegesitan, kelincahan, dan ketegasan Presiden Jokowi untuk membangunnya. Cukup sudah gerak lamban, atau kita mau tertinggal itu pilihannya.
Salam Kuda…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H