Mohon tunggu...
Rahayu Setiawan
Rahayu Setiawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

membaca dan mengamati. ya jika ada waktu menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demo 4 November: Siapa Pemimpinnya?

5 November 2016   09:31 Diperbarui: 5 November 2016   09:44 4861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bung Karno hanya membutuhkan waktu 10 menit menyerukan massa yang berkumpul di Lapangan Ikada untuk membubarkan diri dengan tertib. Bambu runcing melawan langit, jiwa raga memompa semangat siap berkorban untuk Republik Indonesia yang baru saja lahir. Namun, seruan pemimpin adalah kesatuan gerak, mereka sadar dan mengikuti dengan tertib. 

Protagonis, Antagonis, Titragonis

Aksi 4 November bak drama telenovela, penuh drama mengharu biru, begitu banyak media menyiarkan hingga tak satupun hak siar dimonopoli bak siaran langsung persidangan Jessica.  Dari stasiun TV berita seperti Kompas TV, Metro TV, TV One, Berita Satu hingga stasiun TV full sinetron India ingin turut serta. Tapi  stasiun TV belumlah cukup.

Stasiun radio juga ingin turut andil, disetiap lagu yang terdengar diselipkan informasi drama telenovela ini.  Hingga media sosial baik whatsapp, bbm, twitter, instagram, hingga line ataupun facebook turut serta. Mungkin ini satu-satunya drama telenovela yang mampu mengalahkan telenovela India yang sedang marak. Drama ini menyita sebagian besar relung dunia informasi kita. 

 Bagi pecinta drama ini, tentu tak mau ketinggalan tiap episode yang ditampilkan.  Alur cerita bahkan dimulai sebelum momentum tanggal 4 November. Prolog dimulai ketika Ahok sang tokoh antagonis, melakukan kunjungan ke Pulau Seribu mengucapkan kalimat yang dianggap menistakan agama Islam. Prolog berjalan dengan tempo lamban. Hingga Buni Yani sang tokoh protagonis, menampilkan video dengan prolog yang tidak lengkap, hingga membuat sebagian Titragonis bermunculan titik api kecil di siang yang panas.

Kemudian cerita mulai berjalan dalam tempo yang cepat. Secepat hembusan angin meniup api kecil dan mulai membesar. Anehnya, semakin api besar Tokoh Protagonis Buni Yani justru meredup, menghilang perlahan. Justru semakin banyak tokoh yang bermunculan, entah sebagai protagonis atau titragonis siapa yang tau.

Sebagai sebuah alur cerita aksi 4 November , tiap tokoh memiliki perannya. Tokoh protagonis selayaknya menampilkan ketokohan yang heroik, membawa misi kebenaran, melawan kejahatan, dan berhiaskan kesejukan dan kedamaian.  Jika tujuan utama adalah mengusung kebenaran mengawal kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok maka panji-panji kebenaran, kesejukan dan kedamaian harus menjadi tiang utama.

Nihil Pemimpin

Pada pagi hari kita dipertontonkan sejumlah umat mengecat jalanan seputar HI, Tugu Tani, Hingga Istana Negara menjadi lautan putih, lambang kedamaian dan kesejukan serta kesucian bak Merah dan Putih warna bendera Republik Indonesia.

Meski demikian Tokoh Protagonis yang berada di mobil komando satu persatu menyampaikan monolog dan dialog dengan para pendegar di atas mobil komando.  Ada yang melantuntan syair kedamaian dan kesejukan. Namun, turut pula didengarkan kalimat yang membuat hati pendengar tak nyaman.

Satu persatu menampilkan peran yang berbeda. Satu persatu tokoh protagonis menjadi samar. Mana yang protagonis mana yang titragonis. Kesamaran makin meruncing manakala kita dihadirkan tokoh protagonis menghadap istana dan menyepakati membubarkan massa serta pengusutan atas kasus Ahok akan dilakukan percepatan dan memakan waktu dua minggu.

Massa bertahan di Istana, bahkan kerusuhan terjadi.  Drama kedamaian, kesejukan, dan kesucian yang dipertontonkan pagi hari menjadi kengerian. Sampah yang tadinya dipertontonkan diangkut dan dibersihkan berubah menjadi 70 ton sampah hanya berada di sekitar Istana, hingga Bunderan HI belum lagi di Monas, berserakan. Dua mobil Brimob hangus terbakar, mobil keamanan lain hancur.  Taman-taman yang sebelumnya tertata rapih berantakan.  Sejarah kelam aksi berbuah momentum mengerikan dengan sweeping serta penjarahan toko di Luar Batang. Terimakasih kepada pihak kemanan yang dengan sigap memadamkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun