Mohon tunggu...
Rahayu Setiawan
Rahayu Setiawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

membaca dan mengamati. ya jika ada waktu menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demo 4 November: Siapa Pemimpinnya?

5 November 2016   09:31 Diperbarui: 5 November 2016   09:44 4861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak habis daya melakukan aksi mengerikan, massa menuju gedung DPR/MPR. Di depan gedung mereka memaksakan kehendak untuk masuk dan menginap. Tokoh protagonist Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang sebelumnya mempersilahkan mereka untuk menginap ternyata tak terbukti. Pangdam Jaya dan Kapolda Metro dengan tegas menyatakan tidak !

Lantas siapa mereka yang menghadirkan kebencian dan kengerian melakukan sweeping, pelemparan batu, pembakaran, penjarahan ? Dan mengapa mereka tidak mematuhi sang tokoh protagonis ? Pertanyaan lanjutnya, Apakah terjadi kekeliruan dalam penentuan tokoh protagonis. Jangan-jangan mereka bukan tokoh protagonist, jangan-jangan mereka mengaku-aku sebagai tokoh protagonist.

Tokoh protagonist sebagai pembawa umat seharusnya memberikan kesejukan dan kedamaian. Tokoh protagonist seharusnya berada ditengah-tengah umatnya. Seharusnya memberikan ketauladanan. Ketika terjadi kerusuhan, penjarahan dan pembakaran. Apakah kita melihat para tokoh tersebut berada di tengah-tengah mereka ? Apakah saat penjarahan dan sweeping ada kita lihat para tokoh yang masuk berdialog dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla ?

Tidak ada satupun tokoh protagonist muncul di saat kerusuhan dan penjarahan. Memencarnya massa tanpa tokoh protagonist dapat dianggap sebagai aksi tanpa pemimpin. Aksi tanpa kepemimpinan menunjukkan aksi liar.  Aksi 4 November menjadi aksi kengerian. Tanpa sadar, sejarah akan mencatat dengan tinta tebal dalam ingatan, memperkuat memori setiap aksi keagamaan yang dilatari oleh protagonist tersebut jauh dari kedamaian. Segala upaya berkilah, kenyataan menjadi alas buktinya.

Aksi 4 November dapat dijadikan pelajaran berharga. Bahwa aksi keagamaan yang awalnya dipertontonkan kedamaian ternyata berujung kengerian. Jauh dari panji kedamaian. Jauh dari panji kesucian. Munculnya hasrat kekuasaan, nafas kebencian, hingga nafas paling berkuasa menjadi alas penggerak sebagian massa. Hal ini disebabkan tidak adanya sosok yang benar-benar sebagai panutan dan pimpinan. Sebut saja tokoh protagonis yang berada di mobil komando, dari Wakil Ketua DPR Fadli Zon, Fahri Hamzah, Habib Riziq hingga artis Ahmad Dhani. Ternyata belumlah cukup menyuarakan pulanglah kalian dalam damai, doakan agar Tuhan menyertai dan  memberkati langkah  kita !

Jawabnya dari aksi ini jika begitu banyak protagonist,maka satu drama akan berakhir dengan kesimpang siuran, kekacauan dan ketidak jelasan.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun