Mohon tunggu...
Rahayu Setiawan
Rahayu Setiawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

membaca dan mengamati. ya jika ada waktu menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demo 4 November, Membaca Kembali Sejarah Rapat Raksasa Lapangan Ikada

30 Oktober 2016   00:29 Diperbarui: 30 Oktober 2016   08:44 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencapaian perubahan sosial terlaksana jika prasyarat perubahan terpenuhi. Kekuatan internal perubahan adalah hal pokok perubahan. Indonesia mampu merdeka bukan saja disebabkan kekalahan Jepang atas Sekutu, melainkan kekuatan pokok rakyat yang saat itu bersatu padu mengusir penjajah.

Demo 4 November oleh sebagian kompasianer, mungkin dianggap sebagai demo terbesar sepanjang sejarah, lebih besar daripada demo suharto ! Namun, kiranya kompasianer tersebut alpa sejarah.

Sejarah mencatat, Rapat raksasa di Lapangan IKADA, 19 September 1945 yang lakukan komite van actie (komite aksi menteng 31) menggerakkan kekuatan pemuda di lingkar Ibu Kota Propinsi, berduyun-duyun berdatangan, dua ratus ribu bahkan hingga tiga ratus ribu, bersatu padu bersiap menerima perintah dari Bung Karno, pertemuan antara pemimpin dengan rakyatnya sebagai perwujudan rakyat Indonesia mendukung penuh kemerdekaan 19 Agustus 1945. Dan menunjukkan rakyat Indonesia siap menghadapi apa saja yang berani merenggut kemerdekaan.  Adalah gerakan yang terukur, terencana, satu tujuan dan terpimpin.

Lantas, untuk menilai apakah demonstrasi ini mampu memberikan “kengerian” khayalan sejumlah kompasianer seperti  akan berujung pada kejatuhan Jokowi. Setidaknya kalau demo berlangsung damai, Jokowi akan di-Gus Dur-kan. Kalau berlangsung brutal maka Jokowi akan di-Soeharto-kan.Perlu beranjak dari kamar tidur dan bangun dari mimpi dan memperhatikan prasayarat yang diperlukan untuk melakukan perubahan yang diinginkan.

Mari Memeriksa

Demo 4 November dilakukan oleh Gerakan Nasional Pembela Fatwa MUI (GNPF-MUI) yang didalamnya terdapat beberapa organisasi massa sebut saja misalnya yang sangat gencar diberitakan adalah FPI. Seberapa jauh kekuatan FPI dapat menjadi motor penggerak untuk kejatuhan pemerintahan Jokowi ?

Sebagai organisasi massa Islam tentu kekuatan FPI baik dari segi jumlah jauh jika dibandingkan dengan dua kekuatan organisasi massa Islam seperti NU dan Muhammadiyah.  Misalnya sejauh mana cabang FPI di seluruh wilayah Indonesia akan menggunakan kekuatan massa melakukan aksi serupa seperti di pusat kekuasaan Jakarta, tentu tidaklah sama. Tetapi apakah akan merata  ? sekali lagi tidak.

Tentu tidak dapat disama ratakan antara jumlah dengan kualitas gerakan.  Bagaimana dengan kualitasnya ?  Untuk hal yang satu ini. bisa saja kita memperhatikan sejauh mana organisasi massa melahirkan kader yang terbaik duduk dalam pemerintahan. Sebaran saat ini tentu saja menunjukkan kader NU dan Muhammadiyah mengisi sejumlah pos penting kekuasaan Republik Indonesia, latas FPI tentu saja Anda yang menilainya.

Meskipun demikian kekuatan FPI saat melakukan demonstrasi juga turut didukung oleh organsisi massa lainnya yang bisa saja memiliki keterikatan dengan partai politik. Sebab, seperti aksi sebelumnya tercatat diikuti oleh Amien Rais sebagai elit Muhammadiyah turut dan elit partai politik Habiburokhman dari Partai Gerinda.

Boleh saja mereka mengikuti, bahkan andaikata demo 4 November, yang katanya juga akan diikuti oleh Fadli Zon dan Fahri Hamzah belum menunjukkan kekuatan yang nyata. Untuk menjatuhkan pemerintahan bukan saja diperlukan keterlibatan segelintir elit parlemen, sebaliknya diperlukan keterlibatan segala lapisan rakyat.

Lantas bagaimana dengan kondisi parlemen ? Saat ini justru menunjukkan kekuatan mayoritas parlemen bergerak mendukung pemerintah  Jokowi demikian juga kabinetnya. Kita dapat melihat Ibu Susi gegap gempita memberangus pencoleng ikan, Ibu Sri Mulyani bergerak mempercepat gerak laju perekonomian. Sementara,  Bapak Basuki Hadimuljono kita dapat melihat beliau trengginas mengejar ketertinggalan proyek infrastruktur yang selama ini mati suri !

Kepemimpinan yang kuat.

Saat Rapat Raksasa IKADA sejarah mencatat Ir.Sukarno memiliki kemampuan kepemimpinan yang kuat. Daya kekuatan ini bukan diukur dari kedudukannya saja, melainkan yang terpenting adalah keseragaman tindakan rakyat. Hanya dibutuhkan 10 menit bagi Ir.Sukarno menyampaikan kepada ratusan ribu rakyat untuk mempercayai kepemimpinan nasional, mereka bergerak dengan hati yang sama, hasrat yang sama dan kepercayaan mengikuti perintah pemimpinnya. Kesatuan gerak inilah yang terpenting. Lantas bagaimana dengan demo 4 November ?

Saya menilai akan terjadi kebingungan, antara siapa memimpin siapa dalam demo 4 November. Manakala motor gerakan FPI Habib Riziq melakukan audiensi dengan Fadli Zon yang notabene berkedudukan sebgai Ketua DPR, menjadi pertanyaan,  dalam hal apa motor penggerak melakukan pertemuan dengan Ketua DPR ? Meskipun dalam sejumlah pernyataan disebutkan bahwa membahas demo serta meminta mengawal tuntutan penuntutan kasus di kepolisian.  Namun dalam tataran gerak aksi ketika elit ini berkumpul, lantas siapa memimpin siapa ?  

Sementara itu, tujuan demo 4 November juga mulai bercabang di sejumlah elit tersebut. Sebut saja Tengku Zulkarnain yang serta merta menyatakan dalam video yang beredar akan turut menjatuhkan pemerintahan Jokowi demikian juga dengan MS Kaban yang menyatakan Jika ekses unjuk rasa berimplikasi ke Presiden itu taqdir.

Keterpaduan tujuan bergerak adalah hal utama. Dalam tuntutan, apakah menyasar mengawal kepolisian dalam mengusut AHOK atau mau menjatuhkan pemerintahan JOKOWI ?  Dua hal ini saja jauh berbeda. Belum lagi ketidaksamaan tujuan atara mereka sendiri justru menunjukkan setting agenda yang membuat kita dapat menilai sejauh mana kualitas gerak yang akan dihasilkan.

Dari kuantitas, kualitas, kepemimpinan, tujuan gerak sudah diperiksa menunjukkan jika motor penggerak demo 4 November mampu menjatuhkan pemerintahan Jokowi adalah hal yang jauh dari kenyataan. Justru kita dapat melihat elit mereka saling menjual agenda masing-masing. Mau mengawal tuntutan terhadap ahok di kepolisian atau menjatuhkan jokowi ?


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun