Mohon tunggu...
Rahayu Setiawan
Rahayu Setiawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

membaca dan mengamati. ya jika ada waktu menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Harga Daging Sapi Menanjak, Kapal Ternak Jokowi Belum Mampu Mengerem Harga Sapi

21 Januari 2016   23:22 Diperbarui: 22 Januari 2016   16:07 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi - kapal ternak (Kompas) 

Belum genap dua bulan deru kapal ternak melaju, harga daping sapi tetap tinggi. Meski efisien menekan biaya distribusi. Namun keberadaannya mubazir, dua kali melaju kosong tanpa ternak. Bayang kelangkaan nyata, sejumlah pedagang mogok. Sementara jurus mumpuni pejabat pemerintah saling lempar tanggung jawab justru meninggalkan solusi.

Kelangkaan Daging Sapi

Kuartal III 2015 menjadi periode kelangkaan daging sapi di sejumlah daerah. Bahkan, Jokowi harus turun tangan langsung dengan memberikan peringatan agar jangan main-main dengan pengadaan daging sapi, pengusaha feedloter menjadi tersangka dan pihak Kepolisian segera bertindak melakukan inspeksi ke sejumlah feedloter yang kini kasusnya belum selesai.

Kelangkaan daging sapi di sejumlah daerah sebenarnya disebabkan Indonesia belum mencapai swasembada daging. Seperti dilansir beberapa media. Indonesia mengalami defisit daging sapi sebanyak 237,89 ribu ton daging sapi pada tahun 2015 atau setara dengan 1,39 juta ekor sapi hidup. Perhitungan itu didasarkan pada tingkat konsumsi daging sapi tahun ini sebesar 2,6 kilogram (kg) per kapita per tahun dengan jumlah penduduk 255.461.700 jiwa. Artinya, kebutuhan daging sapi tahun ini mencapai 653.982 ton atau setara 3.843.787 sapi hidup, namun kemampuan lokal hanya 2.445.577 sapi hidup.

Untuk menutupi defisit itu, ditetapkan pasokan daging sapi asal impor berupa 773.149 sapi hidup dan 83,26 ribu ton daging beku. Angka itu dengan asumsi proporsi pemenuhan kebutuhan impor sebanyak 65 persen berupa sapi hidup dan 35 persen berupa daging beku.

Kapal ternak menjadi salah satu solusi untuk memperlancar pasokan sapi potong. Sejarah peternakan mencatat, KM Camara Nusantara 1 merupakan satu-satunya kapal ternak yang pertama dibuat dan dimiliki putra-putri Indonesia. Dalam tahun ini lima kapal serupa akan diproduksi lagi. Presiden Jokowi berharap kapal pengangkut ternak mampu menormalkan harga daging sapi.

Seperti dilansir beberapa media spesifikasi teknis kapal ternak Camara Nusantara 1 memiliki dimensi panjang kapal 69.78 meter, lebar kapal 13.60 meter, tinggi kapal 4.30 meter. Kapasitas angkut 450- 500 ekor sapi.Dengan daya tampung tersebut, dan jarak tempuh perjalanan sekitar 2 minggu sekali, maka diperkirakan satu kapal ternak mampu mengangkut sapi asal NTT sebanyak 1.000 ekor per bulan. Jika pada tahun ini rencana pembangunan kapal terealisasi semua, di penghujung tahun 2016, daya angkut maksimal semua kapal ternak sebanyak 6.000 ekor sapi per bulan.

Menurut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dengan beroperasinya kapal ternak ini, biaya distribusi sapi dari NTT ke Jakarta menjadi semakin efisien. Biaya distribusi per ekor sapi yang semula sekitar Rp 1,8 juta rupiah dapat diturunkan menjadi Rp 320.000. Selain itu, dengan adanya kapal ternak, diskenariokan harga daging sapi di Jakarta bisa turun dari Rp 120.000 ekor menjadi berada pada kisaran harga Rp 75.000.

Kelangkaan Masih Terjadi!

Rantai distribusi yang semakin efisien dengan keberadaan kapal ternak tentu saja belum cukup sebagai obat mujarab mensuplai kebutuhan daging sapi. Disebabkan kapal ternak hanyalah salah satu bagian dari sistem agribisnis, yakni subsistem jasa layanan pendukung. Ibarat sebuah organ tubuh, kapal ternak hanyalah salah satu organ. Agar tubuh dapat berjalan dibutuhkan bantuan dari organ lainnya.

Adapun subsistem agribisnis lainnya adalah (1) Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, benih atau bibit, alat dan mesin pertanian, dan lain sebagainya. (2) Subsistem usahatani (on-farm agribusiness) yang di masa lalu disebut sistem pertanian primer; (3) Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik dalam bentuk yang siap untuk dimasak atau siap saji (ready to cook/ready to used) atau siap untuk dikonsumsi (ready to eat) beserta kegiatan perdagangannya di pasar domestik dan internasional.

Sedangkan agar keempat subsistem agribisnis tersebut dapat berjalan dengan selaras dibutuhkan perencanaan, pengorganisasian,pengarahan dan pengimplementasian dan fungsi pengawasan dan pengendalain dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan produk pertanian dan keuntungan yang maksimal atau sering disebut dengan manajemen agribisnis.

Berdasarkan hal tersebut, mencermati pemberitaan media di mana terdapat keluhan dari pengusaha, yakni Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Feedloter Indonesia (Apfindo), Joni Liano, bahwa kapal ternak membuat ongkos distribusi sapi ‎lokal menjadi lebih efisien. Namun, keberadaan kapal ternak ini bakal mubazir karena populasi sapi lokal masih belum memadai. Tentulah tidak tepat. Sebab hanya memandang satu subsistem tanpa memandang subsistem lain secara keseluruhan.

Sementara itu, terkait dengan dua kali kapal ternak melaju dengan keadaan kosong menandakan belum selarasnya manajemen internal antar lintas sektor kementerian dan pemerintah daerah. Terbukti dalam beberapa media dilansir, Kementerian Perhubungan menyalahkan belum siapnya Kementerian Pertanian dan Kepala Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Provinsi DKI Jakarta menilai belum ada kerja sama antara pihaknya dan Kementerian Pertanian soal pengangkutan sapi dari Nusa Tenggara Timur menggunakan kapal ternak. Meskipun Kementerian Pertanian dalam beberapa pemberitaan menyatakan telah mengajak seluruh stakeholders untuk bersama membantu pengadaan daging sapi. Dalam praktiknya, entah siapa yang benar?

Mimpi Swasembada Daging

Dalam kenyataannya keinginan berswasembada daging sapi sudah dimulai sejak 1999. Bahkan, selama era reformasi keinginan tersebut terkesan hanya menjadi pepesan kosong! Tercatat program swasembada daging sapi telah dirancang tiga kali, yaitu pada tahun 2005, 2010, dan 2011. Serta dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014 disebutkan ada empat target utama yang akan dicapai maupun dipertahankan, salah satu di antaranya adalah Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan (Kementan, 2010). Swasembada daging sapi termasuk dalam target yang ingin dicapai pada tahun 2014.

Kini pemerintahan Jokowi kembali menargetkan Swasembada daging sapi di tahun 2019. Apakah akan tercapai, kiranya boleh saja berharap dan berkeinginan, toh tidak ada yang melarang. Namun, jika memperhatikan dinamika politik saat ini di mana antarinstansi pemerintah saling melempar tanggung jawab dan belum sinerginya antara pemerintah pusat dan daerah kiranya sulit tercapai.

Meskipun demikian pemerintahan Jokowi patut juga mendapatkan point positif. Setidaknya elemen terpenting dari pencapaian swasembada daging sapi adalah adanya kemauan politik yang kuat dari pemerintahan. Kapal ternak kini sudah melaju, meskipun perlahan dan tersendat, “LAYAR TELAH DIKIBARKAN PANTANG SURUT KAPAL KEMBALI” terus melaju dan mulai berbenah untuk mencapai swasembada daging sapi yang telah diidamkan.

Salam. 

sumber foto:
http://www.aktual.com/pemerintah-harus-cari-solusi-atasi-kelangkaan-daging/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun