Mohon tunggu...
Rahayu Setiawan
Rahayu Setiawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

membaca dan mengamati. ya jika ada waktu menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemerintahan Jokowi, Lemah Menghadapi Akrobatik Harga Pangan?

18 Agustus 2015   00:23 Diperbarui: 18 Agustus 2015   02:43 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kejanggalan tersebut bahkan dituding Jokowi disebabkan oleh adanya beberapa oknum yang memanfaatkan situasi, bahkan tanpa segan Jokowi menyampaikan,  jika ada yang bermain-main dengan harga pasar, akan saya kejar.

Ternyata situasi ini kembali berulang. Daging sapi langka di pasaran. Para pedagang daging- mayoritas di DKI dan Jawa Barat melakukan mogok dagang akibat harga daging yang melonjak tinggi. Jokowi lagi-lagi menuding ada mafia di balik peristiwa ini. Benar saja, dengan operasi pasar yang dilakukan Bulog serta rencana pemerintah akan melakukan impor daging sapi, serta kerja aparat Kepolisian yang mendatangi feedloater, aksi mogok pedagang tidak berlangsung lama. Para feedloater kembali menurunkan harga di ambang batas normal.

Belum berhenti sampai disitu, ternyata aksi ini diikuti oleh mogoknya para pedagang ayam mayoritas di Jawa Barat (Bogor, Depok dan Kerawang). Harga daging ayam untuk daerah Bogor melonjak Rp 40.000/kg dari harga normal sebesar Rp 30.000/kg.

Terkait melonjaknya harga tersebut seperti dilansir dari berbagai sumber Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) menyatakan penyebab lonjakan harga daging ayam sangat berbeda dengan kasus lonjakan harga daging sapi. Pasokan atau stok daging ayam dari peternak normal atau cukup, namun harga justru di pasar naik.

Para peternak justru tidak menikmati kenaikan harga ayam di pasar, karena harga di tingkat peternak stabil atau tetap. Bahkan sudah setahun lebih para peternak rugi karena harga jual ayam dari peternak lebih rendah dari biaya pemeliharaannya. Ini hanya trik mereka (pedagang) yang selalu mau untung besar, menekan harga ayam hidup di bawah HPP (Harga Pokok Produksi) Peternak yang sudah rugi lebih dari setahun.

Tindak Tegas Mafia Pangan

Sebenarnya mencari untung melalui perdagangan adalah hal lumrah. Namun, harus melalui cara yang wajar. Tindakan menghentikan stok agar terjadi gejolak harga pangan di pasaran, mengoplos beras, menekan peternak, melakukan perdangan illegal adalah tindakan menyalahi aturan.

Pemerintah melalui aparat keamanan perlu melakukan tindakan tegas. Operasi pasar dan memperketat perbatasan agar menghentikan praktik illegal penyeludupan harus terus dilakukan selain itu fungsi aparat intelejen perlu terus diperkuat mengingat masalah pangan adalah hal yang patut diwaspadai. Pasalnya, tindakan akobratik harga pangan yang terus berulang dan cenderung bervariasi dari satu produk ke produk lain menunjukkan lemahnya koordinasi antar lintas sektor di pemerintahan.

Ketika beras dapat diatasi, berlanjut cabai, kemudian bawang, kemudian daging sapi, disusul daging ayam, entah besok apalagi harga yang berakrobat. Ibarat gentong yang bocor, satu persatu kebocoran ditambal, kemudian muncul lagi. Masalahnya, pemerintah seperti penampung air yang bocor dan pembuka kebocoran asik membuka satu persatu plester.

Namun, semua juga tidak dapat ditimpakan pada mafia pangan. Pemerintah harus segera melaju kencang, konsisten melakukan program pangan yang telah ditetapkan, bangun infrastruktur, perkuat peran Bulog tidak saja menstabilkan harga beras. Tindakan Bulog yang akan melakukan impor sapi dan operasi pasar terbukti mempengaruhi psikologi pedangan nakal , perkuat pertanian berbasis rakyat, serta jalankan reforma agraria.  

Jangan sampai rakyat bangun di pagi hari dan mendapatkan bukan saja beras yang naik, melainkan untuk mendapatkannya juga tidak ada di pasar.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun