Sungai Mahakam merupakan tulang punggung kehidupan bagi masyarakat Samarinda dan
sekitarnya. Sungai ini tidak hanya menjadi sumber air dan jalur transportasi, tetapi juga menopang
berbagai aspek ekosistem. Namun, kondisi lingkungan di kawasan pinggiran Sungai Mahakam
kini menghadapi sejumlah persoalan yang memengaruhi kesehatan masyarakat serta keberlanjutan
lingkungan.
Salah satu isu utama adalah pencemaran air. Limbah domestik maupun industri sering dibuang
langsung ke sungai tanpa melalui proses pengolahan yang memadai. Hal ini menyebabkan kualitas
air di Sungai Mahakam menurun drastis, yang pada gilirannya dapat memicu berbagai penyakit
seperti diare, kolera, dan gangguan kulit. Selain itu, aktivitas pertambangan di sekitar sungai
menyumbang tingkat sedimentasi yang tinggi, mengurangi kemampuan alami sungai untuk
membersihkan diri.
Polusi udara di wilayah sekitar sungai juga menjadi perhatian penting. Pembakaran sampah
secara terbuka dan emisi dari kapal-kapal menambah buruknya kualitas udara. Warga yang tinggal
di kawasan tersebut kerap mengalami gangguan kesehatan saluran pernapasan, terutama anak-anak
dan lanjut usia.
Masalah lain adalah sanitasi yang kurang memadai. Banyak pemukiman di pinggiran sungai
tidak memiliki akses ke fasilitas sanitasi yang layak, sehingga limbah manusia sering dibuang
langsung ke sungai. Kondisi ini meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular seperti
hepatitis dan infeksi parasit.
Untuk mengatasi berbagai tantangan ini, diperlukan pendekatan yang menyeluruh dan kerja
sama dari berbagai pihak. Pertama, pengelolaan limbah harus ditingkatkan dengan menyediakan
fasilitas pengolahan limbah domestik dan industri yang memadai. Pembangunan instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) di daerah padat penduduk, terutama sepanjang aliran Sungai
Mahakam, menjadi langkah penting untuk mencegah pencemaran lebih lanjut.
Kedua, program edukasi perlu digalakkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya menjaga kebersihan sungai. Kampanye seperti pengurangan penggunaan plastik sekali
pakai, membuang sampah pada tempatnya, serta penerapan praktik sanitasi yang sehat dapat
membantu mengubah perilaku masyarakat secara bertahap.
Ketiga, upaya reboisasi dan pelestarian hutan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS)
Mahakam harus diprioritaskan. Kehadiran hutan riparian, yaitu hutan di sekitar tepi sungai,
berperan penting dalam mengurangi erosi, sedimentasi, dan menjaga kualitas air sungai.
Keempat, pemerintah perlu meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas industri dan
tambang di sekitar sungai. Regulasi yang ketat serta penegakan hukum yang konsisten harus
diterapkan untuk memastikan perusahaan bertanggung jawab atas dampak lingkungan yang
ditimbulkan. Selain itu, penerapan teknologi ramah lingkungan dalam operasional tambang perlu
diwajibkan.
Kesehatan lingkungan di kawasan pinggiran Sungai Mahakam mencerminkan bagaimana
manusia menjaga hubungan harmonis dengan alam. Dengan mengatasi pencemaran, memperbaiki
sistem sanitasi, dan melindungi ekosistem sungai, kualitas hidup masyarakat dapat meningkat
secara signifikan. Kerja sama yang erat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta
merupakan kunci untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan di sepanjang
Sungai Mahakam. Melalui langkah-langkah yang tepat, sungai ini dapat terus menjadi sumber
kehidupan yang berharga bagi generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H