"An-dini........Ka-mu?" Tuding Bu Sartika.
Bu Andini mengendikkan bahunya.Â
"Bapak-bapak ini dari satuan mana. Anda sekalian datang kemari? A-pa, a-da ma-salah apa?" Ucap Bu Sartika gagap. Ia kalang kabut. Kakinya tremor, ia mendadak panik.
"Kami datang kemari atas laporan dari Pak Hidayat."
Bak di sambar petir, Bu Sartika mendengarnya. Pak Hidayat  selalu ia berikan tender dari perusahaannya. Tapi mengapa justru pria itu melaporkannya ke polisi.
Tak lama kemudian, Pak Hidayat masuk ke dalam bersama dengan seorang pria yang di dorong dengan kursi roda oleh kedua tangan Pak Hidayat sendiri.
"Ka-mu? Kembalikan semua tenderku sekarang!" Tuding Bu Sartika pada Pak Hidayat dengan berapi-api.
Wajah pria yang awalnya tertunduk justru menengadah setelah mendengar teriakan Bu Sartika.
Bu Sartika tak bisa berkutik. Ia jelas melihat wajah Pak Bintang yang malam itu di dorong oleh Pak Salman keluar dari mobil. Mobil yang di kemudikan Pak Salman menabrak jembatan setelahnya.
"Sartika, harusnya malam itu kamu nggak kabur! Kamu sadar apa akibat kecerobohanmu malam itu?"
Ghea yang mendengar ribut-ribut pun keluar dari dalam. Ia kaget melihat keberadaan Pak Bintang juga Pak Hidayat. Pasalnya di malam  naas itu, Pak Hidayatlah yang menelfon Ghea mengabari kalau papanya berpulang.