Mohon tunggu...
Tri Rahayu ( Mbak Lily)
Tri Rahayu ( Mbak Lily) Mohon Tunggu... Freelancer - Frelance writer

Penulis lepas, konten creator

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Emak Ingin Naik Haji: Belajar Kebesaran Hati dan Kesabaran dari Emak

1 April 2024   16:00 Diperbarui: 1 April 2024   16:02 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

      Salah satu film yang berkesan bagi penulis  dan membuka kesadaran  tentang arti penting dan makna hidup adalah film Emak Ingin Naik Haji. Film ini adalah film lawas yang dibintangi  oleh Reza Rahardian bersama Aty Cancer Zein.

       Emak Ingin Naik Haji adalah film yang diangkat dari cerpen karya Asma Nadia. Asma Nadia sendiri adalah penulis buku yang karyanya selalu best seller dan sering diangkat menjadi cerita film. Emak Ingin Naik Haji di sutradarai oleh Aditya Gumai. Pemain lain yang mendukung film ini adalah Didi Petet, Nina L Karim, dan juga Henidar Amroe. Bisa dibilang film ini meskipun tahun pembuatannya adalah 14 tahun lalu, namun film ini dibintangi oleh pemain-pemain yang mumpuni dalam berakting. 

      Mengulik film Reza bersama Aty Cancer, film ini merupakan film religi yang mengantarkan Reza meraih Piala Citra untuk kategori Pemeran Utama Pria Terbaik, begitupun juga dengan Aty Cancer Zein yang juga membawa pulang piala Citra kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik. 

      Melansir dari laman Wikipedia, film ini bercerita tentang Emak yang diperankan oleh Aty Cancer Zein yang sudah berumur. Ia memiliki kesabaran hati yang luar biasa, selain itu Emak adalah pribadi yang tulus juga sangat taat beribadah. Di dalam ruang tamu rumahnya dipajang figura foto Ka'bah dalam ukuran yang cukup besar. 


     Sebagaimana, umat muslim lainnya, Emak sangat ingin naik haji. Namun, usia beliau sudah lanjut, dan Emak tidak memiliki biaya. Kehidupan Emak sehari-hari ditopang oleh hasil jualan kuenya juga uang pemberian Zein dari hasil jual lukisan. Beliau hanya tinggal berdua dengan Zein setelah suaminya dan anak laki-laki beliau (kakak Zien meninggal).


      Meskipun usia sudah lanjut, Emak tetap mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk di tabung ke bank. Kehidupan Zein sendiri di penuhi oleh drama karena mantan isterinya, Siti masih saja mengusiknya.

      Satu scene yang paling membuat penulis terharu adalah ucapan Emak.
"Zein anugerah terbesar dalam hidup Emak. "

       Emak masih membesarkan hati Zein setelah  kecelakaan parah yang dialaminya. Ia menasehati Zein untuk berlatih berjalan.  Setelah kecelakaan yang dialaminya, Zein mengalami frustasi dan merasa menjadi orang yang tak berguna.


      Bagaimanapun keadaan seorang anak, seorang ibu tetap  berusaha membesarkan hati anaknya. Kehidupan mereka  jauh dari kata cukup, namun Emak masih saja suka berbagi dan legowo dengan segala ujian hidupnya. Seperti halnya  saat tau kalau uang tabungan yang ia kumpulkan ternyata di minta oleh mantan menantunya untuk pengobatan cucunya. Padahal sisanya dipakai oleh suami mantan menantunya untuk membayar utang kantornya.


     Kali ini penulis ingin mengulik tentang kebesaran hati Emak, meskipun anaknya telah mengalami kegagalan dalam pernikahan, kehidupan mereka cukup sederhana, ditambah lagi Zein yang berusaha untuk melakukan tindakan kurang terpuji karena ingin mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan hidup dan memberikan uang untuk Emaknya naik haji, namun Emak berbesar hati.

       Begitupula saat orang yang menabrak Zein datang meminta maaf karena sudah lalai dan membuat anaknya koma.
Orang lain mungkin justru naik pitam, mencaci bahkan menghujat. Namun, Emak masih tetap sabar mendengarkan cerita dari pelaku yang sudah menabrak putranya.


     Emak adalah sosok sabar dan berjiwa besar. Dari sikapnya itulah, orang lain justru respek dan mengakui kesalahannya. Apakah hal itu membuat seseorang menyadari kesalahannya atau tobat? Ya, meskipun secara tidak langsung. 

      Kebesaran hati Emak yang secara tidak langsung menguatkan Zein. Secara tidak langsung, Emak lah yang mengarahkan hidup Zein agar ia bertahan dalam kesulitan hidupnya. Bisa dibayangkan, kalau seorang Emak justru menjadi sosok yang arogan, sulit untuk berlapang dada dan berbesar hati menerima segala kekurangan sang anak.

Sumber gambar: Indonesian Film Centre
Sumber gambar: Indonesian Film Centre


      Jika dicermati sepintas, bukan perkara taubat yang di paparkan dalam film ini melainkan film tentang kebesaran hati dan kepasrahan Emak, dari kebesaran hatinya yang menerima segala cobaan hidup dan menjalaninya dengan sabar. Ia justru tak menyangka akan mendapat solusi dari kesulitan dan justru mendapatkan impiannya yaitu naik haji bersama Zein. 


     Ibadah haji merupakan  salah satu rukun Islam. Hukumnya wajib bagi seseorang yang mampu. Emak sendiri meskipun hidup sederhana, namun ia menabung untuk memenuhi panggilan ke tanah suci.


     Dalam scene (setelah Zein belajar berjalan dan berjalan menggunakan tongkat). Mereka berjalan bersama ke dekat tepian pantai.

Zein.          : Mak, Kita ke Mekah naik       

                      perahu saja ya.

Emak.       : Jangan di pikirin kalau sampai

                      Emak nggak bisa naik haji

                      Kalau Mak keburu diambil Allah

                      tapi belum sempat naik haji,                              Mak Iklas kok.
                      Raga Mak mungkin nggak                                   mampu untuk ngelewatin                                   samudera yang luas ke tanah                             suci. Tapi Mak Yakin Allah pasti                       tahu. Hati Emak sudah lama ada                       di situ.


Zein.           : Zein mencium tangan                                           Emaknya sambil menangis.

       Kebesaran hati Emaklah yang membuat orang-orang di sekitarnya menyadari kesalahannya. 

       Allah sendiri Maha Pemberi Maaf dan Maha Pemurah bagi hambaNya yang  menyadari kesalahannya dan berusaha memperbaiki kesalahannya. 

      Kenyataannya, berbesar hati dan berpasrah seperti yang dilakukan Emak bukanlah hal yang mudah untuk di praktekkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun