Bagaimana dengan beberapa pekerja yang tetap bekerja di pabrik, beberapa kuli atau pekerja berat, katakanlah tukang batu, tukang gendong di pasar?
Di saat hari-hari biasa saja pekerjaan mereka sudah berat. Jika mereka tidak berpuasa lantas pergi ke warung makan yang ada di pasar atau di tempat lainnya. Adanya himbauan agar para pedagang menutup lapak di jam pagi agaknya merepotkan para penguasa rejeki tersebut.Â
    Belakang muncul himbauan kalau rumah makan boleh beroperasi, di jam normal.Â
   Selain kepentingan saudara-saudara kita yang mengais rezeki dengan tenaga ekstra membanting tulang seperti kuli panggul dan lainnya tersebut. Kita juga perlu berpikir, kenyataan kita hidup berdampingan dengan umat agama lain.Â
   Tentu saja di kehidupan keseharian mereka juga beraktivitas seperti biasa, memasak, butuh sarapan sebelum ke kantor dan sebagainya.Â
   Alangkah bijaknya, seandainya himbauan warung makan boleh beroperasi di jam normal tidak dicabut kedepannya. Namun, dari segi etika mungkin perlu di beri sekat. Sehingga pemandangan pengunjung yang sedang menikmati makanan juga tidak serta Merta bisa disaksikan banyak orang.Â
   Bukankah dengan hal demikian juga mereka bertindak toleran kepada orang yang sedang berpuasa.Â
   Menjelang lebaran Idul Fitri inipun kita juga masih akan menjumpai masalah penentuan awal 1 Syawal. Baik pemerintah maupun Muhammadiyah di beberapa tempat di seluruh Indonesia, keduanya akan menyelenggarakan Sholat Id dengan persiapan matang.Â
   Hemat penulis, alangkah baiknya jika pemerintah desa atau pamong membantu pelaksanaan ibadah sholat Id baik versi Pemerintah maupun Muhammadiyah. Tentu saja praktek kegiatan ini tidak mudah karena melibatkan banyak pihak.Â
   Pelaksanaan ibadah bagi pemeluk agama di Indonesia sendiri telah dijamin oleh UUD 1945. Dengan demikian, masyarakat memiliki hak untuk menjalankan ibadah sesuai kepercayaan masing-masing individu.Â
   Cerita lain riil di masyarakat adalah masalah ucapan selamat hari Raya idul Fitri dari teman atau kolega non muslim. Lagi-lagi, menurut asumsi penulis. Hal itu bukan ramah yang perlu diperdebatkan lagi.Â
   Indonesia adalah negara yang majemuk, keragaman akan memberikan dampak pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Sudah saatnya kita memandang kedepan dalam kehidupan beragama. Bagaimana kehidupan bangsa Indonesia yang beragam ini bisa aman dan damai.Â