Mohon tunggu...
Tri Rahayu ( Mbak Lily)
Tri Rahayu ( Mbak Lily) Mohon Tunggu... Freelancer - Frelance writer

Penulis lepas, konten creator

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Target Ramadhan: Menjaga Kesehatan Mental dengan Istiqomah Nderes (Membaca Al-Qur'an) dan Menulis

12 Maret 2024   16:18 Diperbarui: 12 Maret 2024   16:20 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
    Dokumen Pribadi

     

            

          Setelah pandemi usai, aktivitas masyarakat berjalan normal kembali. Sejak awal tahun 2023 kegiatan ekonomi sudah berjalan dengan baik. Satu hal yang patut di syukuri, kita pun leluasa untuk melaksanakan ibadah tanpa takut dan cemas akan terjangkiti virus cofid-19. Nikmat sehat untuk beribadah, adalah suatu rezeki yang sangat luar biasa dan patut kita syukuri.

        Acap kali kita menyepelekan nikmat berupa kesehatan. Karena menganggap kesehatan adalah hal lumrah yang ada dalam tiap diri manusia. Padahal jika di telisik, flash back di jaman pandemi. Manusia dengan tingkat kekebalan tubuh paling tinggi, selalu menerapkan pola hidup sehat dan makan makanan yang sehat, sesuai standart gizi yang di terapkan oleh dokter pun dapat terjangkit cofid-19.

         Cofid-19 menyerang tubuh manusia tanpa memandang kasta, status sosial juga embel-embel lainnya. Saat kekebalan tubuh lemah, manusia akan terjangkit virus, apalagi jika sebelumnya pasien memiliki riwayat komorbid. Banyak diantara mereka berpulang saat berjuang melawan komplikasi dan virus memperburuk hal itu.

        Bagaimana kita menjaga kesehatan agar dapat beribadah dengan optimal di bulan Ramadhan? Kesehatan yang penulis maksud disini tidak hanya kesehatan secara fisik saja namun juga kesehatan mental. Kesehatan mental dan fisik manusia, keduanya saling berkaitan satu sama lainnya. Acapkali kesehatan fisik kita terganggu lantaran kesehatan mental kita juga terganggu. Bagi penulis, menjaga dan memelihara kesehatan mental tak kalah penting dari menjaga kesehatan fisik. Bahkan idealnya keduanya seimbang.

         Manusia modern sangat rawan mengalami gangguan pada kesehatan mental. Overthinking, anxiety (kecemasan yang berlebihan), insecure, depresi pada tahap ringan, bahkan insomnia yang di sebabkan overthinking.

         Dari beberapa penyakit mental diatas semuanya kita anggap lumrah saja saat mengalaminya. pernah mengalaminya. Lantas, kalau itu berlanjut dan tidak bisa kita tangani dengan baik maka hal itulah yang akan menganggu kesehatan fisik. Saat manusia memikirkan masalah yang di hadapinya dan belum kunjung menemukan solusinya. Kita cenderung memikirkan masalah tersebut terus menerus, syaraf tubuh di bagian tertentu, otot tubuh pun akan mengalami ketegangan yang luar biasa.

         Di dalam dunia medis, di kenal istilah psikosomatik (kejiwabadanan) yang berarti terdapat hubungan yang erat antara jiwa dan juga badan.*

         Dalam kurun waktu tahun 2020-2022, pandemi selain memberikan efek buruk pada sektor ekonomi, sektor kesehatanlah yang juga paling terdampak. Boro-boro memikirkan penyelenggaraan ibadah, memikirkan keberlangsungan hidup saja sudah susah. Ekonomi sempat ambruk karena keterbatasan masyarakat melakukan aktivitas guna menggerakkan roda ekonomi. Sejak awal pandemi, kita benar-benar merasakan betapa kesehatan dan kebebasan melakukan aktivitas itu menjadi suatu nikmat yang sangat mahal harganya.

         Setelah pandemi usai, memasuki new normal. Kegiatan ekonomi berjalan kembali. Kian hari semakin menggeliat. Pun dengan kedatangan bulan ramadhan yang disambut dengan gegap gempita oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah kaum muslim.

                                                                                                                                       

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

         Panitia ramadhan (takmir) kembali membuka masjid untuk penyelenggaraan ibadah. Tentu saja hal ini dapat di selenggarakan setelah keluarnya keputusan resmi pemerintah tentang kehidupan new normal dan segala kebijakannya. Sedari sholat tarawih, i-tikaf, shalat subuh berjamaah bersama kultumnya, iftar ramadhan (berbuka puasa bersama dengan warga dan jamaah masjid), tadarus Al-Quran sebelum buka puasa juga setelah shalat tarawih. Menggenapi penyelenggaraan ibadah Ramadhan, panitia juga menyelenggarakan penerimaan zakat fitrah hingga acara Shalat Idul Fitri dan halal bi-halal setelahnya.

       Al-Qur'an adalah kitab yang di turunkan kepada Nabi Muhammad memiliki beberapa fungsi. Dalam paparannya. Dr. H.M Zainuddin mengemukakan fungsi Al-Quran yaitu sebagai hidayah, peringatan, syifa dan rahmat. Fungsi Al-Quran sebagai obat sakit jiwa (psikosis- neurosis) dan rahmat di jelaskan lebih lanjut dalam Qs. Al Isra: 82. Al-Quran dapat berfungsi sebagai syifa dan hidayah saat Al-Quran di baca, di renungkan dan juga diamalkan.*

        Maksud dari paparan Dr. H. M Zainuddin tersebut, Al-Quran akan berfungsi sebagai obat--- syifa, jika Al-Quran di baca, di renungkan juga di amalkan, tidak hanya sebatas pada tahap nderes (membaca) saja. Namun, di bulan Ramadhan ini sangat dianjurkan untuk memperbanyak bacaan Al-Quran. Pada tahapan selanjutnya, setelah nderes---segalanya memerlukan proses dan waktu.

       Pada suatu titik, manusia akan berada dalam keadaan tanpa daya, kehilangan pegangan hidup dan pasrah. Dalam keadaan seperti ini ajaran agamalah yang memberikan makna hidup. Makna hidup bagi seorang individu menurut Logoterapi hanya dapat dan harus di temukan sendiri. Ada tiga hal yang dapat di lakukan untuk menemukan makna hidup menurut terapi ini yakni:

        Pertama, kegiatan berkarya, bekerja, dan menciptakan juga melaksanakan tugas serta kewajiban dengan baik. Kedua, menghayati dan meyakini nilai-nilai tertentu (kebenaran, keindahan, kebajikan, keimanan dan lainnya). Ketiga, dengan mengambil sikap yang tepat untuk menghadapi keadaan yang tak dapat di dielakkan lagi.  

       Dalam menghadapi hal yang tak dapat dielakkan lagi, ibadah adalah salah satu cara untuk membuka pandangan seseorang akan nilai potensial dan makna hidup dalam diri. *

       Berkaitan dengan tiga point diatas, berkarya (dalam hal ini melakukan kegiatan produktif), meyakini nilai-nilai tertentu dalam hal ini keimanan, serta ibadah saling berkaitan satu sama lainnya. Upaya menjaga kesehatan mental tidak lepas dari berkarya dan juga beribadah.

       Penulis memilih untuk istiqomah untuk nderes Al-Quran, karena kegiatan penulis yang banyak berkutat di depan layar ponsel. Nderes Al-Quran pun tidak selalu harus memegang buku mushaf Al-Quran. Di jaman sekarang kita di mudahkan dengan adanya aplikasi Al-Quran digital.

      Selain nderes, banyak ibadah lain yang tetap penulis lakukan, namun istiqomah nderes akan penulis upayakan, lantaran sejak lama untuk menghatamkan Al-Quran dengan membaca mushaf belum kesampaian juga. Nderes dapat dilakukan di rumah atau di masjid saat menunggu buka puasa bersama jamaah masjid.

       Kedua, istiqomah menulis (berkarya) sebagai terapi. Menulis adalah aktivitas yang melibatkan kerja otak, tangan, serta indera penglihatan. Melakukan aktivitas ini dapat mengurangi waktu kita untuk overthinking, juga melamun. Kalaupun kita berpikir, tentu hal itu fokus pada tulisan.

       Diawali dari bulan Ramadhan ini, di bulan selanjutnya, semoga penulis bisa istiqomah. Dengan keberadaan Al-Quran digital dan aplikasi menulis di ponsel semua lebih mudah. Istiqomah bukanlah hal yang mudah, namun segalanya perlu di upayakan dengan semaksimal mungkin. Berpikir positif akan melapangkan segala sesuatunya.

Catatan kutipan:

*Ramayulis, Psikologi Agama dalam skripsi Susilawati, Kesehatan Mental menurut Dzakiah Darajat. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Raden Intan Lampung 2017.

*Dr. HM. Zainuddin, MA, Intelektualisme Al Quran: https:// uin. malang.ac.id.

*Ramayulis, Psikologi Agama dalam skripsi Susilawati, Kesehatan Mental menurut Dzakiah Darajat. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Raden Intan Lampung 2017. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun