Mohon tunggu...
Rahayu Anniza
Rahayu Anniza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akhlak Mulia Seorang Dai

27 Mei 2024   22:32 Diperbarui: 27 Mei 2024   22:32 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Syamsul Yakin Dan Rahayu Anniza 

Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidauatullah Jakarta

Akhlak merupakan respons alami yang timbul dari seseorang. Akhlak seorang dai adalah respons alami yang muncul ketika berinteraksi dengan mad'u (orang yang diajak). Mad'u memiliki beragam perilaku, ada yang menyenangkan, ada yang menarik, dan ada pula yang menantang bagi seorang dai.

Namun Allah menegaskan bahwa seorang dai dapat menunjukkan kelembutan saat berinteraksi dengan mad'u, tak peduli dalam kondisi apapun. Allah memastikan, "Maka dengan rahmat Allah, kamu menjadi lemah lembut terhadap mereka" (QS. Ali Imran/3: 159).

Dalam sejarah dakwah Nabi, ayat ini merupakan jaminan Allah kepada Nabi bahwa tidak peduli bagaimana respons mad'u terhadap dakwah beliau, Allah akan menjaga agar hati Nabi tetap lembut. Hal ini juga berlaku bagi para dai saat ini, bahwa Allah akan memberikan kelembutan hati kepada mereka dalam menghadapi respons dari orang yang diajak.

Kenyataannya, dalam catatan sejarah, Nabi Muhammad saw. memperlakukan orang-orang kafir dari Mekah dengan penuh kelembutan. Nabi melihat mad'u sebagai subjek dakwah dan sesama manusia yang perlu dipulihkan ke jalan kebenaran. Meskipun mereka melakukan pelanggaran seberat apapun, Nabi tetap bersikap lemah lembut terhadap mereka, bahkan saat mereka mencoba melakukan upaya boikot.

Di Mekah, Nabi. mengalami boikot ekonomi di mana para musuh mengumumkan barang-barang yang dibeli oleh Nabi agar tidak dijual, dan barang-barang yang dijual oleh Nabi agar tidak dibeli. Hal ini terjadi meskipun mata pencaharian utama masyarakat Mekah adalah berdagang, dan Mekah dikenal sebagai kota perdagangan yang ramai.

Sebagai seorang dai, Nabi Muhammad saw. merespons situasi tersebut dengan akhlak yang mulia. Allah menegaskan, "Dan jika kamu bersikap keras dan kasar, tentu mereka akan menjauh dari sekelilingmu, maka maafkanlah mereka" (QS. Ali Imran/3: 159).

Hingga saat ini, terdapat dua akhlak yang dianjurkan bagi seorang dai berdasarkan petunjuk al-Qur'an, yaitu kelembutan dan kemurahan hati. Mengenai kemurahan hati, Allah menjanjikan, "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat, maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim" (QS. al-Syura/42: 40).

Akhlak berikutnya yang harus dimiliki oleh seorang dai adalah memintakan ampunan bagi mad'u yang telah melakukan dosa besar kepada Allah. Hal ini dinyatakan dalam potongan ayat, "Mohonkanlah ampunan bagi mereka" (QS. Ali Imran/3: 159).

Ketika berdakwah di masyarakat Thaif, Nabi Muhammad saw. diperlakukan dengan zalim oleh penduduk setempat. Melihat hal tersebut, malaikat menawarkan, "Hai Muhammad, jika kamu menginginkan, aku dapat menimpakan dua gunung besar, al-Akhsyabain (dua gunung besar yang ada di kiri dan Masjidil Haram)." Namun, Rasulullah saw. menjawab, "Tidak, namun aku berharap agar Allah menghasilkan dari keturunan mereka orang-orang yang beribadah kepada-Nya semata, tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun" (HR. Bukhari).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun