Batu punya wisata edukasi, Kabupaten Malang punya wisata alam unggulan, bagaimana dengan kota Malang Sendiri?
Kian hari kota Malang terasa kian padat dan penuh. Â Kemacetan mengular di beberapa tempat, bahkan hampir setiap weekend jalur Surabaya-Malang bisa dipastikan akan mengalami kemacetan panjang. Â Rata-rata kemacetan disebabkan oleh meningkatnya jumlah pengunjung yang akan menuju kota Batu melalui Malang. Yeah.. tak bisa dipungkiri memang jika Kota Malang acap menjadi kota transit saja bagi para wisatawan yang ingin menikmati liburan di kota Batu. Â
Diterima atau tidak pada kenyataannya masih banyak wisatawan yang belum melihat potensi wisata di kota yang dikenal sebagai kota bunga. Â Hal ini tentu menjadi PR tersendiri bagi stake holder pariwisata dan masyarakat kota Malang pada umumnya. Â Padahal sesungguhnya kota ini memiliki potensi wisata yang tidak bisa dipandang remeh jika dikelola dengan profesional dan sesuai rulenya. Nilai-nilai sejarah yang masih kental terjaga menjadi salah satu poin penting dalam menggaet wisatawan mancanegara maupun domestik.
     7 Penulis Buku 17 Kampung Tematik
Rupanya 7 blogger kompasiana Malang cukup jeli melihat peluang tersebut. Â Berangkat dari sadar wisata dan harapan ingin membantu mengangkat potensi wisata kota Pendidikan ini, ketujuhnya mengajukan penawaran kerjasama dengan dinas terkait untuk mengangkat potensi tersebut lewat sebuah buku yang mengambil tema Kampung Tematik. Â
Gayung bersambut.  Ide para blogger ini didukung penuh oleh Kasi  Pemasaran Pariwisata Disbudpar kota Malang, Bapak Agung H Buana,SE, M.SE.  Bekerjasama dengan BOLANG, disusunlah sebuah buku yang mengangkat 17 kampung tematik terpilih sekaligus menggali nilai-nilai sejarah yang pernah melekat.
Siapakah 7 blogger yang menjadi kontributor buku tersebut? Â Mereka adalah para penulis di Kompasiana yang sudah menulis ribuan artikel menarik dan menjadi headline, di antaranya Hery Suprianto, Erny Kusumawati, Selamet Hariadi, Satriya Nugraha,SP., Himam Miladi , M. Yunus, dan Abdul Malik. Â Ketujuh penulis tersebut berharap kiranya buku ini nantinya dapat membantu para wisatawan dalam menyusun itinary saat akan berkunjung ke Malang sekaligus mengenalkan potensi wisata Malang pada dunia. Â
Hal tersebut disampaikan para penulis saat mempresentasikan isi dari buku tersebut pada hari Sabtu, 21 April 2018 di hadapan para pengelola jasa travel, perwakilan Disbudpar, Perwakilan Local Guide Malang dan Batu, Perwakilan Akademisi, Perwakilan UKM, perwakilan dari masing-masing kampung tematik dan para undangan lain yang hadir di Ballroom Malang Strudel.
Pada kesempatan kali ini Pak Agung H. Buana mengatakan,"Buku ini adalah proyek pertama Disbudpar dengan Bolang dan kedepannya akan dilakukan terus dengan melibatkan lebih banyak unsur baik masyarakat maupun Local Guide. Â Para Local Guide akan bertugas melakukan tagging pada tempat-tempat wisata untuk membantu wisatawan agar tidak tersesat. Bukan itu saja, MLG dan Batu Local Guide juga melakukan promosi dengan menuliskan review baik dalam bahasa Indonesia maupun Inggris.
Buku tersebut berisi informasi penting terkait 17 kampung tematik yang diulas beserta poin-poin yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kampung tersebut. Â Harapannya pengunjung saat mendatangi lokasi tidak akan merasa kecewa atau dibohongi jika mendapatkan masih adanya kekurangan dari lokasi yang perlu diperbaiki. Adapun 17 kampung yang dimaksud adalah :
- Padepokan Janti
- Kampung Sumbersari
- Kampung Sanan
- Kampung Ornamen Celaket
- Kampung Topeng
- Kampung Tridi
- Kampung Gribig Madyopuro
- Kampung Bambu Mewek
- Kampung Lampion
- KampungBiru
- Kampung Kramat Kasin
- Kampung Kayutangan
- kampung Polowijen
- Kampung Warna-warni
- Kampung Putih
- Kampung Keramik Dinoyo
- Kampung 3G
Tentu setiap lokasi memiliki keunikan dan daya tarik sendiri contohnya kampung warna-warni yang menjadi viral karena keelokan warna-warninya dan mural yang ada di setiap rumah. Â Bahkan sejak dibangunnya jembatan kaca, nama kampung yang dulunya hanya pemukiman kumuh di bantaran sungai ini kini semakin harum dan menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi kota Malang. Â
Tidak kalah uniknya adalah Kampung Sumbersari yang ternyata adalah basis perjuangan Slamet Riyadi di Zaman kolonial. Tidak banyak yang tau bahwa kampung ini merupakan salahsatu tempat bersejarah dan memiliki sebuah museum putih yang berisikan berbagai peninggalan para pasukan yang dipimpin Selamet Riyadi kala itu. Â Tertarik untuk mengetahui isi buku ini? Anda bisa menghubungi komunitas Blogger Kompasiana Malang untuk pemesanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H