Mohon tunggu...
Rahayu Dewi Puspitasari
Rahayu Dewi Puspitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa D-3 Keperawatan Universitas Airlangga

content creator

Selanjutnya

Tutup

Healthy

From FOMO to JOMO: Mencari Keseimbangan dalam Era Keterhubungan yang Konstan

24 Mei 2023   18:34 Diperbarui: 24 Mei 2023   18:45 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era digital yang terus berkembang, di mana keterhubungan konstan melalui media sosial dan teknologi telah menjadi norma, kita seringkali mengalami FOMO (Fear of Missing Out), rasa takut yang timbul ketika kita merasa terlewatkan atau tidak terlibat dalam aktivitas atau pengalaman yang sedang terjadi di sekitar kita. Namun, saat ini muncul juga sebuah konsep yang dikenal sebagai JOMO (Joy of Missing Out), yang mengajak kita untuk mencari keseimbangan dan kebahagiaan dalam melupakan kegiatan yang tidak penting dan fokus pada diri sendiri serta momen yang bermakna. 

Berbicara tentang FOMO dan JOMO, dari kalangan masyarakat pastinya memiliki pro dan kontra terhadap hal tersebut, banyak yang beranggapan bahwa FOMO dapat mendorong individu untuk tetap terhubung dengan teman, keluarga, dan masyarakat. Hal ini dapat
meningkatkan keterlibatan sosial dan memperluas jaringan. FOMO juga dapat mendorong individu untuk mencoba hal-hal baru, menghadiri acara, atau melakukan kegiatan yang mungkin mereka lewatkan jika tidak merasakan tekanan FOMO. namun disisi buruknya banyak yang menganggap bahwa FOMO dapat mendorong individu untuk mencari validasi dari orang lain, yang dapat mengarah pada ketergantungan pada pengakuan sosial dan mengabaikan kebutuhan dan kepuasan pribadi. selain itu, FOMO juga seringkali berhubungan dengan kecemasan, ketidakpuasan, dan perasaan kurangnya yang dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan emosional individu.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, muncul lah trend JOMO yang memungkinkan individu untuk fokus pada momen yang bermakna dan menikmati ketenangan dalam melepaskan diri dari tekanan sosial. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional. Masyarakat juga berpendapat bahwa JOMO adalah cara untuk menghindari perbandingan sosial dan tekanan untuk selalu terlibat dalam segala hal, individu dapat mengurangi tingkat stres dan kecemasan yang seringkali muncul akibat FOMO. Namun dalam era keterhubungan yang konstan, terhubung dengan informasi aktual dan penting juga menjadi hal yang penting. Dalam upaya untuk mencapai JOMO, ada kemungkinan kehilangan informasi atau perkembangan yang dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Masyarakat menilai bahwa JOMO dapat membatasi keterlibatan sosial dan mengakibatkan rasa terisolasi atau kehilangan ikatan dengan orang lain. Perlu diingat bahwa pendapat pro dan kontra terhadap FOMO dan JOMO dapat bervariasi tergantung pada pengalaman, nilai-nilai, dan preferensi individu. Keseimbangan yang tepat harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kesejahteraan masing-masing individu. Artikel ini akan mengeksplorasi perjalanan dari FOMO ke JOMO dan pentingnya mencari keseimbangan dalam era keterhubungan yang konstan.

Menerapkan JOMO dalam kehidupan sehari-hari dapat memiliki dampak yang positif. Pertama, JOMO membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan yang disebabkan oleh perasaan FOMO. Dengan menerima bahwa tidak perlu terlibat dalam setiap momen atau kejadian, kita dapat merasa lebih bebas dan tenang. Kita dapat fokus pada pengalaman yang kita pilih dengan sengaja dan tidak merasa tertekan oleh keharusan untuk terlibat dalam segala hal.

Kedua, JOMO memungkinkan kita untuk mengalami hubungan sosial yang lebih bermakna. Dengan mengurangi ketergantungan pada media sosial dan perangkat digital, kita dapat memberikan perhatian penuh kepada orang-orang di sekitar kita. Kita dapat mengembangkan hubungan yang lebih dalam, membangun koneksi yang lebih kuat, dan mengalami momen nyata yang lebih berarti. JOMO membantu kita menghargai nilai interaksi sosial langsung dan memperkuat ikatan dengan orang-orang terdekat.

Ketiga, JOMO memberi kita kesempatan untuk merenung dan mengembangkan diri. Dengan menciptakan ruang untuk momen ketenangan dan ketiadaan keterhubungan, kita dapat memperkuat kesejahteraan mental kita. Kita dapat menghabiskan waktu untuk aktivitas yang mendukung pertumbuhan pribadi, seperti membaca, bermeditasi, atau menjalani hobi yang kita sukai. JOMO memungkinkan kita untuk mengisi waktu dengan kegiatan yang memberikan kebahagiaan dan memberdayakan diri sendiri.

Dalam mencari keseimbangan antara FOMO dan JOMO, ada beberapa langkah yang dapat kita ambil:

1. Sadari pengaruh media sosial


Seringkali, apa yang kita lihat di media sosial hanyalah potongan kecil dari kehidupan orang lain dan dapat menciptakan persepsi yang tidak realistis. Sadarilah pengaruh media sosial pada suasana hati dan kesejahteraan kita. Berlatihlah untuk mengenali ketika kita mulai merasa cemas atau tidak puas karena membandingkan diri dengan orang lain, dan ambil langkah-langkah untuk mengurangi paparan yang berlebihan terhadap media sosial jika diperlukan.


2. Tetapkan batasan dan prioritas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun