Mohon tunggu...
Rahayu
Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Lambung Mangkurat

Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Komunikasi Publik Data Bencana pada Kabupaten Yogyakarta

20 Maret 2023   20:44 Diperbarui: 20 Maret 2023   21:13 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. KLASIFIKASI BENCANA ALAM
    Bencana alam ada banyak sekali jenisnya namun secara umum dibagi menjadi tiga yaitu bencana alam geologi, bencana alam meteorologi, dan bencana alam ekstraterestrial.
1.Bencana Alam Geologis
Bencana alam geologi merupakan kejadian alam ekstrem yang diakibatkan oleh berbagai fenomena geologi dan geofisika. Aktivitas tektonik di permukaan bumi dapat menjadi salah satu penyebabnya dengan demikian halnya dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaan bumi yang juga mungkin sampai di permukaan. Bencana alam geologi meliputi gempa bumi ,tsunami, letusan gunung api dan longsor.
2.Bencana Alam Meteorologi
Bencana meteorologi atau hidrometeorologi merupakan bencana alam yang berhubungan dengan iklim. Bencana ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus. Bencana alam bersifat meteorologis paling banyak terjadi di seluruh dunia seperti banjir dan kekeringan. Kekhawatiran terbesar pada masa modernisasi sekarang adalah terjadinya pemanasan global.
3.Bencana Alam Ekstrateretial
Bencana alam Ekstra-terestrial merupakan bencana alam yang terjadi di luar angkasa bencana dan luar angkasa adalah datangnya berbagai benda langit seperti asteroid atau gangguan badai matahari. Meskipun berdampak kecil dan tidak berpengaruh besar asteroid kecil tersebut berjumlah sangat banyak sehingga bisa menimbulkan untuk menabrak bumi.

2. BENCANA TANAH LONGSOR
Longsor (landslide) merupakan pergerakan masih batuan dan/atau tanah secara grafitasional yang dapat terjadi secara perlahan maupun tiba-tiba dimensi longsor sangat bervariasi, berkisar dari hanya beberapa meter saja hingga ribuan kilometer.  

Longsor dapat terjadi secara alami maupun dipicu oleh adanya ulah manusia. Jenis bencana alam akibat longsor ini merupakan jenis bencana yang cukup penting karena distribusi yang merata hampir di seluruh wilayah tanah air, dan atas dasar catatan kejadiannya, longsor secara umum selalu menempati intensitas kejadian yang paling banyak, serta dapat terjadi secara bersamaan dengan bencana alam geologi lainnya seperti gempa bumi dan letusan gunung api.

3.MANAJEMAN BENCANA ALAM

Manajemen bencana atau disebut juga sebagai penanggulangan bencana merupakan suatu bentuk rangkaian kegiatan yang dinamis, terpadu dan berkelanjutan yang dilaksanakan semenjak sebelum kejadian bencana, pada saat atau sesaat sedang kejadian bencana hingga pasca kejadian bencana. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam rangka manageman bencana meliputi:
Sebelum Kejadian Bencana

Mitigasi bencana meliputi pengumpulan dan analisis data bencana dalam rangka usaha memperkecil tingkat kerentanan dan bahaya suatu bencana.
Persiapan menghadapi kejadian bencana, meliputi prediksi kejadian bencana (pemantauan bencana), kesiapsiagaan emergency (persiapan tanda-tanda bahaya, sistem peringatan dini dan sistem evakuasi) dan sosialisasi bencana melalui media cetak maupun ceramah.

Pada saat atau sesaat setelah kejadian bencana :
Penyelamatan korban bencana, termasuk pula usaha pencarian dan evakuasi (pengungsian) korban.
- Pemberian bantuan kepada korban bencana, meliputi pemberian bantuan bahan makanan, pelayanan sosial (santunan), dan pelayanan medik.

Pasca kejadian bencana :
- Rehabilitasi lahan bencana, terutama pada lokasi-lokasi bekas pemukiman penduduk yang rusak atau bahkan hancur akibat bencana.
- Rekonstruksi atau pembangunan dan penataan kembali lahan bencana.

         Manajemen bencana merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah pusat maupun daerah bersama-sama masyarakat dalam rangka mewujudkan perlindungan yang maksimal kepada masyarakat beserta aset-aset sosial, ekonomi dan lingkungannya dari kemungkinan terjadinya bencana. 

Keikutsertaan masyarakat di dalam manajemen bencana perlu terus dijaga dan terus dikembangkan. Pengembangan keikutsertaan masyarakat sebaiknya dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat yang bermuara pada sistem manajemen bencana yang berbasis kepada kemampuan masyarakat itu sendiri dan bertumpu kepada kemampuan sumberdaya setempat (community based disaster management).

Tentunya akan lebih baik dan bijaksana apabila para pengambil keputusan baik di pemerintahan pusat maupun daerah, para pakar bencana alam, dan masyarakat semakin meningkatkan komunikasi di antara mereka, agar mekanisme transformasi manajemen bencana ke dalam pelaksanaan pembangunan maupun kehidupan sehari-hari dapat berlangsung dengan lebih baik dan lebih populer.

Tabel 1. Data Bencana Tanah Longsor di Kabupaten D.I Yogyakarta , 2018-2022

Sumber: Data penanggulangan bencana provinsi DI Yogyakarta, 2018-2022
Sumber: Data penanggulangan bencana provinsi DI Yogyakarta, 2018-2022

Tabel 2. Data Bencana Puting Beliung di Kabupaten D.I Yogyakarta , 2018-2022

Sumber: Data penanggulangan bencana provinsi DI Yogyakarta, 2018-2022
Sumber: Data penanggulangan bencana provinsi DI Yogyakarta, 2018-2022

Sumber: Data penanggulangan bencana provinsi DI Yogyakarta, 2018-2022
Sumber: Data penanggulangan bencana provinsi DI Yogyakarta, 2018-2022

Tabel 3. Data Bencana Banjir  di Kabupaten D.I Yogyakarta , 2018-2022

Sumber: Data penanggulangan bencana provinsi DI Yogyakarta, 2018-2022
Sumber: Data penanggulangan bencana provinsi DI Yogyakarta, 2018-2022

Sumber: Data penanggulangan bencana provinsi DI Yogyakarta, 2018-2022
Sumber: Data penanggulangan bencana provinsi DI Yogyakarta, 2018-2022

 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang rawan terhadap bencana tanah longsor, banyak ditemukan topografi berbukit-bukit dengan curah hujan yang tinggi.Curah hujan yang tinggi berkisar 2000-2500 mm/tahun. untuk jenis tanahnya mayoritas terdiri dari litosol, regosol dan grumusol yang relatif peka terhadap longsor. Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan tropis basah. Tanah longsor adalah salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan maupun percampuran keduanya yang menuruni lereng akibat terganggunya kestabilan tanah. 

Bencana tanah longsor selain mengakibatkan berubahnya bentuk lahan, hilangnya lapisan permukaan tanah yang subur, juga menimbulkan kerugian dari segi material dan korban jiwa. Kerugian material akibat bencana tanah longsor di Indonesia tergolong cukup tinggi, setiap tahunnya kerugian material akibat bencana tanah longsor.

 Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta menyambut frekuensi kejadian tanah longsor di Kabupaten Yogyakarta ini mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir periode 2018 sampai 2022. 

Berdasarkan data BPBD DIY, bencana tanah longsor di daerah ini tercatat 147 kali kejadian selama 2018, kemudian meningkat menjadi 506 kejadian pada 2019, 475 kejadian pada 2020, 351 kejadian pada 2021, dan melonjak 707 kejadian pada 2022. Sehingga secara akumulatif, dalam kurun 2018-2022, bencana longsor telah terjadi sebanyak 2.186 kali di DIY dengan jumlah kejadian terbanyak di Kabupaten Kulonprogo yang mencapai 1.068, diikuti Bantul 488, Gunungkidul 389, Sleman 149, dan Kota Jogja 116 kejadian.

BPBD membeberkan sepanjang tahun 2022 tercatat sedikitnya ada 1.817 kejadian bencana. Angka ini belum termasuk laporan kejadian seperti kecelakaan sungai, bunuh diri dan lainnya yang dilaporkan ke BPBD DIY. Dari 1.817 kejadian bencana 2022 lalu, didominasi 762 kejadian gempa yang tidak terasa disusul bencana hidrometeorologi berupa tanah longsor sebanyak 707 kejadian. 

Dampak bencana selama 2022 di DI Yogyakarta antara lain 2.347 rumah rusak, 1.054 pohon tumbang, 532 infrastruktur rusak, 417 bangunan terendam, 276 jaringan listrik, telepon, internet rusak, 148 tempat usaha, 126 kendaraan rusak, 91 fasilitas umum, 77 kandang ternak, dan 6.624 jiwa terdampak yang terparah yaitu 66 orang meninggal dunia.

KESIMPULAN
Pada Tabel 1, 2, dan 3 merupakan bencana yang akan dilakukan analisis untuk mengetahui apakah bencana tersebut semakin sering setiap tahunnya atau berkurang dan hasilnya adalah Tabel 1. Data bencana tanah longsor di Yogyakarta tahun 2018 merupakan tahun paling banyak yang mengalami longsor yaitu sebanyak 117 kali, mulai menurun pada tahun 2019 sebanyak 58 kali, pada 2020 juga mengalami penurunan sebanyak 47 kali, tetapi pada tahun 2021 mengalami kenaikan sebesar 49 kali, dan kemudian mengalami penurunan drastis pada tahun 2022 sebanyak 4 kali.

Tabel 2. Data bencana Puting Beliung di Yogyakarta tahun 2018 adalah tahun yang paling banyak mengalami bencana puting beliung sebanyak 90 kali kejadian, tetapi pada tahun 2019 hingga 2021 tidak ada tanda tanda puting beliung, yang kemudian pada tahun 2022 kembali terjadi bencana puting beliung sebanyak 18 kali kejadian.

Tabel 3. Data bencana Banjir di Yogyakarta tahun 2018 merupakan tahun yang mengalami bencana banjir paling besar sekitar 215 kali kejadian, kemudian turun drastis pada tahun 2019 sebanyak 4 kali kejadian, Tetapi kembali terjadi banjir pada tahun 2020 yang besar pula sekitar 72 kali kejadian. Kemudian, terjadi penurunan menjadi 46 kali kejadian pada tahun 2021. Dan kembali turun drastis pada tahun 2022 menjadi 7 kali kejadian saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun