[caption id="attachment_108668" align="aligncenter" width="300" caption="Sedangkan dengan dia Dea kalah/menang apalagi saya (google gambar malas cari yang lain)"][/caption]
..Bukan bermaksud membanggakan diri (bangga juga sih emang bikin kenyang?) saya suka bercanda memanfaatkan kepintaran Dea dalam beberapa hal. Itu ketika saya kalau ditantang seseorang main tennis meja(waktu itu), adu kecepatan rubik kemarin, dan sekarang kalau ada yang mencoba kemampuan saya bermain catur.
..Untuk ketiga hal itu, misalnya main catur; saya tawarkan dulu kepada orang tersebut:
..“Lawan dulu anak saya Dea, baru mau coba dengan bapaknya!”
..Gampang saja, hanya ada dua jawaban setelah itu. Pertama kalau dia kalah, maksudnya orang itu; Deanya menang. Saya tinggal berucap:
..“Sedangkan dengan anak saya kalah apalagi dengan bapaknya!?”
..Kedua, yang ini sedihnya; ketahuan dah belang saya. Karena kalau dia menang, Deanya kalah; ucapannya hampir sama, cuma:
..“Sedangkan Dea kalah, apalagi saya!”
..By : Cucak
NB: Saya cuma gantian Dea. Di lain waktu Deanya yang suka memamerkan hasil kepintaran bapaknya(pintar nih yee, padahal bawaannya suka telmi). Itu ketika ada pembeli yang berdecak kagum, bagaimana pintu kios sini bisa terbuka secara otomatis dengan trik sederhana. Satu sentakan senar, pintunya terbuka. Lantas sebuah blek berdentang di belakang, pertanda pintu terbuka kalau sampai lupa ditutup. Gitu deh, cucakruwanya. Bye.
Eh, lupa menarik satu sentakan senar yang lain buat menutup pintu tadi; biar blek tadi berhenti berbunyi. Bising jadinya. Soalnya saat ini lagi dengar topic tuyul dari Ustad Nur Maulana(Trans TV). Nah, sempurna sudah kicau cucaknya. Hahihuhehohahaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H