Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

138). "Blog Ini Untuk Sementara Dikapling, Lahannya Mau Saya Bajak Dulu"

24 April 2011   22:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:26 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_103026" align="aligncenter" width="300" caption=""][/caption]

Hahaha, ada apa dengan saya, lapak sendiri mau dibajak. Dibajak boleh diartikan mau digemburkan untuk dipakai bercocok tanam, boleh juga maknanya disandera, untuk keperluan sendiri.
Terus apa tidak mau menerima pecangkul(tamu) yang datang? Silahkan, tak ada yang larang. Lagian tamu yang mau datang cuma satu dua, sayang dah campur nyesal kalau ditolak.
Perkenankan saya mau coba satu hal. Ini juga timbul dari pikiran bingung. Mau dikemanakan seabreg ide dan konsep yang muncul di kepala, tapi tidak tersalurkan hanya oleh karena beberapa hal. Harus bagus seperti apa, ditujukan untuk siapa, disajikan bagaimana, bermanfaat apa tidak?

Ide ini juga timbul setelah membaca tulisan sahabat di seputar ini, Ada tips melancarkan “buang air” yang lagi macet (hahaha, maksudnya inspirasi). Juga sahabat santun dengan sarannya “tulislah kalau rasa tidak tenang”. Lahan ini mau saya bajak dulu semau saya, semampu saya, dengan cara saya. Saya pingin bicara bebas, dengan gaya apa saja, di tengah malam, di kala resah, pokoknya mulai menulis dan berhenti kapan saja. Lantas suka-suka saya mau merubahnya, ralat sana edit sini tanpa aturan yang membatasinya.
Apa tak mau didikte orang lain. Silakan, cara ini juga sintesa konsep saya dan pikiran dari tulisan orang lain. Jadi tak ada larangan mau datang dengan cara apa, komentarkah, kritik, terlebih saran. Saya sudah belajar untuk tidak alergi dengan apa saja yang datang dari siapa saja kalau itu bermaksud baik dan bisa saya kompromikan dengan apa yang saya pikir benar. Jadi tidak ada masalah, bukan?
Intinya saya mau mencoba menulis, merubahnya dan kalau perlu menghapusnya. contohnya tulisan ini, sewaktu-waktu bias berubah. Liat saja, mau nulis bisa malah muncul bias. (Ada apa dengan sistim word computer saya, kadang harus ikut kosa katanya?)
Begitu juga kalau tulisannya lagi mandek, saya tidak perlu risih untuk tidak menyelesaikannya, seperti ini, ini tidak selesai tapi saya mau pamit dulu dan sampai ketemu kalau ada yang hendak mau dikata, …….
By : Fajrin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun