Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Humor

92) Anekdot: "Tergantung Pribadi Masing-masing"

2 Januari 2011   07:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:02 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

. . . Pada satu ketika, dan itu sudah lama; saya mulai begitu memperhatikan bagaimana kalimat ini suka muncul:

. . . “Ah, itu sih kembali ke pribadi yang bersangkutan.”

. . . “Pilihannya tergantung kita pribadi.”

. . . “Sesulit-sulitnya keadaan, kitalah yang menentukan. . .”

. . . “Hidup adalah pilihan, kita harus menentukan yang mana. . .”

. . . Dan kata-kata lain yang intinya masih seRT dan seRW dengan prinsip hidup tersebut di atas.

. . . Mungkin saya orang yang pesimis, atau jadi korban dari suatu keadaan. Mungkin juga karena terlalu seringnya berempati pada ketidakberdayaan orang lain dalam menghadapi situasinya yang sangat sulit. Sehingga jadi mempertanyakan validnya motto atau sembohyan di atas tepatnya pada situasi yang bagaimana?

. . . Saya bawa saja pada suatu contoh. Ketika itu saya menyayangkan kegagalan sistem dalam satu komunitas. Misalkan saja seorang Guru Bahasa Inggris menurut saya tidak berhasil dengan target pencapaiannya. Orang sekritis kita mungkin akan melihat ada berbagai hal yang bisa menjadi faktor penyebab. Tapi bagaimana kalau langsung diserobot:

. . . “Ah, itu tergantung siapa dulu muridnya. Buktinya tuh ada si Gunadi yang pintar ngomong bahasa Inggris. . .!”

. . . “ Selain dia, siapa lagi?” karena persoalannya ada begitu banyak murid yang gagal dalam pelajaran tersebut.

. . . Kalau hanya ada satu dua orang yang berbeda lebih baik, bukankah kita perlu memahami ada apa dengan yang banyak? Kita tentunya berbicara lebih jauh dari sekedar membanggakan satu dua pribadi yang ‘berhasil’. Boleh jadi yang sedikit itu sudah pintar sebelumnya, jadi tidak dipintarkan dalam sistem (pengajaran) tersebut.

. . . Ah, sudahlah ! Bicara tentang ini akan diperjelas dalam tulisan-tulisan berikutnya.

. . . Tapi sebelum pamit dari kelas itu, telinga saya sempat memperhatikan Guru ‘bahasa asing’ itu bertanya kepada muridnya yang paling pintar tadi, siGunadi.

. . . “Gun, coba apa artinya I don’t know?”

. . . “Saya tidak tahu, pak!!” jawab si Gunadi lantang.

. . . Bagus! Lalu guru itu bertanya kepada murid lain yang rata-rata bodoh. Kali ini pertanyaan diajukan kepada siUpin, murid yang paling bodoh bahasa Inggrisnya di kelas itu:

. . . “Kamu, Upin ! Apa artinya I go to school?”

[caption id="attachment_81274" align="alignright" width="300" caption="si Gunadi yang pintar saja tidak tahu, apalagi saya yang sudah dianggap bego gini(google gambar)"]

12939566001740443496
12939566001740443496
[/caption]

. . . “Apalagi saya, pak !!”

. . . Becanda by : Rahayu/Fajar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun