Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

12) Sebuah Pelajaran Telak

18 Juni 2010   13:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:27 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menepati janji itu penting, tapi banyak orang suka ingkar janji dan cenderung menganggapnya enteng. Penyebabnya bisa jadi mereka tidak menerima konsekwensi atau akibat dari tindakan tak terpuji itu. Sementara itu orang yang dipecundangi tidak merasa perlu memberikan pelajaran.

Sebuah pelajaran apa salahnya. Dan saya merasa itu perlu diberikan ketika seseorang membuat janji hanya untuk kemudian membatalkannya secara sepihak. . Orang itu janji mau menyewa panstup (semacam baskom bercagak) untuk keperluan prasmanan sebuah acara pesta. Tiba waktunya barang itu tidak jadi diambilnya, tanpa pemberitahuan apa-apa malah. Pada hal beberapa saat sebelum itu dia masih sempat SMS dua kali untuk tidak meminjamkan barang itu ke orang lain. Padahal benar, di saat yang sama ada orang lain mau menyewa peralatan itu, tidak jadi karena sudah dibooking orang dimaksud.

Sangat mengecewakan!

Di lain waktu aku membuat dia harus menelan kekecewaan yang sama. Aku melakukan hal tersebut dengan alasan yang sudah disiapkan. Waktu itu dia kembali janji memerlukan barang tersebut, dan saya iyakan saja. Begitu tiba waktu dia datang sendiri menjemput panstupnya, aku mengatakan sudah dipinjam orang lain.

“Bukankah saya yang sudah duluan meminjamnya?” suaranya tidak senang.

“Benar, tapi apa jaminannya kau benar benar akan jadi meminjamnya? Bukankah waktu itu kau sendiri telah menyalahi perjanjian!”

. . . . . . . . . . . . . . . .* * *. . . . . . . . . . . . . . .

Pembalasan ternyata harus lebih ‘kejam’ dari perbuatan. Di lain waktu dia menyuruh orang meminjam bawang sewaan tersebut, aku tidak memberikannya. Kubuat alasan barang itu sedang dipinjam seseorang. Esoknya dia mengetahui alasan itu sebenarnya tidak ada, lalu menyambangiku.

“Aku kan meminjam barang itu langsung pada saatnya, kenapa kamu tidak bersedia meminjamkan. Jangan bilang kalau seseorang telah meminjamnya. Orang itu kawan saya, dan dia tidak merasa meminjam panstup dari kamu kemarin.”

Apa boleh buat, ada kata-kata yang ‘tepat’ untuk itu.

“Lain kali kalau mau meminjam barang itu sekarang, pakainya kemarin; baru aku percaya!”

. . . . . . . . . . . . . . . . * * *. . . . . . . . . . . . . . . .

Sarkartis memang! Semoga hal itu tidak sampai terjadi. Asal tahu saja episode terakhir tadi hanyalah khayalan obssesiku, mengimbangi kekecewaan dan keinginan untuk memberikan pelajaran yang telak kepada seseorang yang ingkar janji.

By : Rahayu Winnet

NB : Sedikit tips dalam melakukan perjanjian bisnis sewaan:

· Kalau harus membatalkan janji, usahakan berani memberitahukan secepatnya. Itu konsekwensi yang harus dipikul untuk tidak terlalu mengecewakan pihak lain.

· Kalau karena bisa mendapatkan sewa harga lebih murah di tempat penyewaan lain, beda harga tidak harus mengalahkan nilai sebuah kepercayaan yang sudah diambil.

· Point di atas bukan berarti tidak perlu berpikir efisiensi biaya. Silakan mengecek lebih dulu kisaran harga sewa sebuah barang pinjaman, setelah itu pastikan jadi dengan peminjaman yang mana.

· Upayakan adanya sistim uang panjar untuk jaminan jadi sebuah peminjaman.

· Akhirnya, ingat: sekali lancung ke ujian, tahun depan semoga tidak ada ujian (nasional) lagi. Hehehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun