Konsep Blue Economy merupakan salah satu strategi penting dalam perkembangan perekonomian maritim di suatu negara. Blue economy atau ekonomi biru mencangkup pengelolaan sumber daya alam yang berada di laut yang menghasilkan kelestarian lingkungan berkelanjutan. Acuan dalam ekonomi biru ini adalah permanfaatan dan pengelolaan sumberdaya laut untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.Â
Ekonomi biru merupakan salah satu upaya untuk menjamin kelangsungan kelestarian sumber daya alam serta perekonomian di pesisir laut serta mendorong pertumbuhan ekonomi di pesisir melalui industri perikanan dan kelautan. Indonesia merupakan negara maritim yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan. Bedasarkan data dari World Bank (2021) di tahun 2015, sektor-sektor yang terdiri dari perikanan, pariwisata laut, energi dan manufaktur kelautan (produksi kapal, pembuatan garam) memiliki potensi keuntungan yang lebih besar bila dikelola dengan baik.Â
Estimasi OECD menunjukan bahwa sektor berbasis laut di Indonesia berkontribusi sekitar USD 31,7 Miliar (harga konstan 2010) terhadap nilai global Indonesia tahun 2015. Estimasi tersebut dibuat bedasarkan esensi yang dapat dibandingkan secara internasional dan berfokus kepada 6 sektor berbasis laut.Â
Indonesia sendiri memiliki sektor perikanan terbesar kedua di dunia atau dengan nilai sebesar  USD 27 Miliar terhadap PDB dan menyediakan 7 juta pekerjaan dan lebih dari 50 persen kebutuhan hewani negara (World Bank 2010). Dengan permanfaatan potensi industri perikanan Indonesia, maka Perikanan Indonesia berpotensi menjadi yang terbesar di dunia, baik dalam perikanan tangkap maupunbudidaya perikanan, dan dapat dikembangkan lebih lanjut dengan potensi produksi berkelanjutan sebesar sekitar 67 juta ton per tahun.
Tantangan dalam pengembangan ekonomi biru di Indonesia  ini adalah, Bedasarkan data Bapennas 2021, pada sektor energi terbarukan menjadi penyebab rendahnya kontribusi energi terbarukan di Indonesia. Kurangnya investasi dalam energi terbarukan menandakan ketidakpercayaan investor terhadap sektor ini. Para investor kecewa karena kurangnya insentif yang diberikan pemerintah melalui peraturan yang ada dan situasi politik akibat pemilu dan  transisi pemerintahan.Â
Dilansir dari portal informasi indonesia, Pemerintah telah menyiapkan 5 strategi untuk mengoptimalkan potensi ekonomi biru di Indonesia. Antara lain, perluasan area konservasi laut sebanyak 30 persen yang ditargetkan tercapai pada 2045, penangkapan ikan terukur (PIT) yang berbasis kuota di enam zona penangkapan ikan dari wilayah barat sampai timur Indonesia, KKP telah menetapkan lima unggulan komoditas yang terus dikembangkan yaitu udang, lobster, kepiting, rumput laut, dan ikan nila di sejumlah wilayah strategis Indonesia dan pengembangan wilayah pesisir dan pengurangan sampah plastik di laut.Â
Indonesia juga tengah membangun kemitraan strategis dengan negara lain untuk mendukung permanfaatan dan kerjasama ekonomi biru. Saat ini, Indonesia tergabung dalam deklarasi internasional dalam bentuk kerjasama multilateral untuk mendukung permanfaatan ekonomi biru.Â
Peran Indonesia dalam praktik bersama ASEAN dalam mengembangkan praktik IUU Fishing ke dalam rantai pasokan. Indonesia menjadi negara pertama dan satu-satunya di ASEAN yang berbagi data sistem pemantauan kapal (VMS) dengan global fishing watch sebuah platform yang berupaya meningkatkan transparansi aktivitas penangkapan ikan di seluruh dunia.Â
Pengembangan pesisir laut telah dilakukan oleh Indonesia melalui prioritas yang bersifat penelitian. Melalui penelitian berbasis tata kelola laut contohnya studi mengenai dampak sampah laut menjadikan pengembangan ekonomi biru membutuhkan riset yang kuat untuk mempercepat keamanan maritim. Ketahanan laut masa depan perlu dilakukan demi menjaga kelangsungan hidup kelautan nasional.Â
Potensi kontribusi sektor pendukung ekonomi biru Indonesia sangat berlimpah. Kegiatan permanfaatan perikanan sebagai industri ekonomi biru bisa dikembangkan di masa yang akan datang. Namun, Indonesia belum sepenuhnya mampu untuk permanfaatan energi terbarukan, bioekonomi dan bioteknologi secara optimal.Â