Mohon tunggu...
Rahardyan Harveyoga
Rahardyan Harveyoga Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UPN "Veteran" Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Upaya Pemerintah Indonesia Membuka Investasi Hijau dalam Forum G20 2022

7 Oktober 2022   19:21 Diperbarui: 7 Oktober 2022   19:36 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Forum G20 yang diselenggarakan pada tahun 2022 merupakan ajang untuk berkumpulnya 19 Negara dengan ekonomi besar untuk membahas isu-isu yang menjadi urgensi yang menjadi atensi dunia. 

G20 memiliki posisi strategis dalam meningkatkan perekonomian negara. Anggota G20 sendiri merupakan representasi dari 80 persen perekonomian dunia, 75 persen perdagangan internasional, dan 60 persen populasi dunia. 

Forum ini dilakukan setiap tahunya. Kebetulan tahun ini dilakukan di Bali 15-16 November 2022. Tahun ini pula Indonesia menjadi ketua dari G20. Tema dari forum tahun 2022 adalah “Recover Together Recover Stronger". Alasan pembuatan tema ini mengandung makna perbaikan perekonomian dunia yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 2020-2021. 

Indonesia memiliki kesempatan untuk melakukan diplomasi ekonomi multilateral. Upaya ini adalah untuk memperbaiki kondisi ekonomi pasca pandemi yang mengalami defisit. Indonesia akan mengupayakan instrumen keuangan yang merupakan upaya pengembangan sumber-sumber pembiayaan untuk mengatasi perubahan iklim dan menangani risiko transisi menuju ekonomi rendah karbon. 

Investasi hijau yang sudah dicanangkan sejak 2015, perlu dimaksimalkan. Hal ini dikarenakan adanya ketimpangan Investasi Hijau antara negara maju dan berkembang di G20. Hal ini dikarenakan,  harga jual beli kredit karbon (carbon credit) berasal dari proyek-proyek hijau yang bersumber dari negara maju diklaim jauh lebih mahal dibandingkan dari negara berkembang.  

Forum G20 ini diharapkan menjadi ajang untuk menunjukan ekonomi hijau yang terus berkembang setiap tahunya, satu dekade terakhir telah mencapai USD859 miliar atau sekitar Rp12.264 triliun pada tahun lalu.  

Dan bisa membuat negara berkembang yang ada dalam forum ini bisa meningkatkan peluang ekonomi hijau. Mengingat investasi adalah hal yang penting khususnya di negara berkembang. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh Meksiko, India, Afrika Selatan dan Indonesia untuk mengupayakan Investasi Hijau.

Indonesia sendiri, merupakan salah satu ladang investasi asing yang memiliki sumber daya alam yang besar. Hal ini dapat dikembangkan, karena Indonesia memiliki banyak hutan yang bisa menjadi "alat" untuk investor mengimplimentasikan bentuk investasinya. dengan pengelolaan hutan yang baik dari pemerintah, maka dapat mempermudah Investor menerapkan Investasi berbasis ramah lingkungan di Indonesia.  

Green Invesment adalah suatu kegiatan penanaman modal yang berfokus kepada perusahaan atau proses investasi yang baik untuk lingkungan sekitar serta penemuan sumber energi. 

Pengembangan green invesment ini juga akan berdampak bagi perkembangan perekonomian negara. Indonesia memiliki potensi untuk mengejar pemulihan hijau; laporan ini menunjukkan bahwa hanya 4% dari total dana stimulus yang telah dialokasikan untuk sektor hijau.

 Untuk meningkatkan persentase ini, Indonesia harus memprioritaskan  pengeluaran dan realokasi pengeluaran fiskal dari sektor intensif bahan bakar fosil menuju aset, proyek, dan pengeluaran yang hijau dan berkelanjutan. Pengejaran tujuan iklim tidak perlu membatasi pencapaian ekonomi, tetapi menawarkan kesempatan untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. 

Misalnya, ADB memiliki menghitung bahwa investasi $ 172 miliar dalam lima karbon rendah dan hijau sektor (transportasi perkotaan berkelanjutan, transisi energi bersih, sirkular) ekonomi, pertanian, dan lautan) dapat menciptakan hingga 30 juta pekerjaan langsung di Asia Tenggara pada tahun 2030. Indonesia dapat menangkap banyak dari potensi ini.

Peluang Indonesia

Menurut data UNDP, Indonesia merupakan negara terbesar ketiga pelepas karbon, dengan lebih dari 80 persen emisi nasional berasal dari perubahan tata guna lahan, terutama deforestasi. 

Bagi Indonesia, hutan bukan hanya terkait dengan cadangan karbon namun lebih dari itu adalah kekayaan akan keanekaragaman hayati. Hutan Indonesia merupakan rumah dari hampir 30 ribu spesies tumbuhan. Kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia terbesar kedua di dunia setelah Brazil. 

Jika biota laut diikutsertakan, Indonesia diklaim sebagai negara yang paling kaya keanekaragaman hayati. Sayangnya, ketika biodiversitas Indonesia menjadi komoditas penting di mata dunia, perlindungan terhadap keanekaragaman hayati masih lemah. Banyak biota Indonesia diambil tanpa sepengetahuan pihak terkait.

Perubahan iklim yang menjadi tantangan Indonesia, karena Indonesia sendiri merupakan penyumbang konsumsi terbanyak, serta salah satu negara yang menghadapi resiko perubahan iklim dunia. Dalam mengevaluasi elemen kunci dari kebijakan pertumbuhan hijau, desain paket kebijakan akan bervariasi sesuai dengan kondisi masing-masing negara dan tingkat pembangunan, pertimbangan ekonomi politik dan preferensi sosial.

Dalam laporan Green and Decent Job dari International Trade Union Confederation (ITUC), Indonesia menempati urutan ketiga negara paling potensial menciptakan lapangan kerja di bidang ekonomi hijau, setelah Amerika Serikat dan Brazil.  

Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa Indonesia akan membangun kawasan industri hijau di Kalimantan Utara. Kawasan industri hijau ini akan menjadi yang terbesar di dunia dan akan memanfaatkan energi hijau untuk menggerakkan industri. Kawasan industri tersebut akan menjadi Industri Hijau, hal ini akan terealisasi pada 2023.  Proyek ini diharapkan akan membantu transisi energi fosil ke energi terbarukan.

Pemerintah Indonesia akan berupaya dalam mewujudkan ekonomi hijau dalam Forum G20 November 2022 di Bali. Hal ini dibenarkan oleh Febrio Kacaribu Ketua Kebijakan Fiskal, Kementrian Keuangan mengatakan “Sesuai dengan tema Kepresidenan G20 tahun ini “pulih bersama, pulihkan lebih kuat”, Indonesia berharap Pertemuan G20 ini dapat mendorong pemulihan ekonomi dunia dan menemukan solusi untuk pemulihan yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan. 

Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia telah menempatkan enam agenda prioritas pada jalur keuangan yang akan dibahas selama masa kepresidenan kita di G20. Salah satu prioritas tersebut adalah keuangan berkelanjutan. 

Prioritas ini terkait erat dengan pembangunan infrastruktur yang selalu menjadi tujuan jangka panjang untuk mendukung pencapaian pertumbuhan yang inklusif, berkelanjutan, dan tangguh. 

Di masa pasca-pandemi, investasi infrastruktur memainkan peran penting dalam pemulihan ekonomi”.  Dapat disimpulkan bahwa dalam forum G20, Indonesia dapat memanfaatkan peran sebagai tuan rumah sekaligus inisiator penerapan Investasi Hijau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun