Mohon tunggu...
Ancha Hardiansya
Ancha Hardiansya Mohon Tunggu... Freelance Journalist -

Kau ciptakan malam, tapi kubuat lampu, Kau ciptakan lempung, tapi kubentuk cepu, Kau ciptakan gurun, hutan dan gunung, kuhasilkan taman, sawah dan kebun...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Strategi Pasar "Ghost Protocol"

18 Desember 2011   12:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:06 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Keluarlah dari rumah Anda untuk mencari kehidupan yang lebih baik"

Ada benarnya kata-kata diatas, tidak akan ada yang kita peroleh jika terus menerus berdiam diri dalam rumah. Di daerah asalku, orang-orangnya dikenal sebagai perantau. Merantau jauh ke daerah bahkan ke negara lain di dunia untuk mencari hal-hal yang lebih baik untuk kehidupan dan perubahan nasib. Mungkin sebagian dari Anda kenal dengan keuletan perantau dan pedagang suku Bugis, yang hampir saja di setiap daerah ada dan terkenal.

Tapi bukan itu inti pembahasannya kini. Seperti judul di atas "Strategi Pasar Ghost Protocol", itulah inti permasalahannya. Mungkin banyak yang bertanya, apa itu Ghost Protocol, semacam strategi baru dalam dunia bisnis kah? atau nama ilmu lain dalam keilmuan marketing. Ghost Protocol adalah judul seri film Mission Imposible ke-4 yang kini telah bisa disaksikan di bioskop Indonesia.

Secara keseluruhan saya katakan inilah film action terbaik sepanjang 2011 ini yang dikeluarkan Hollywod. Misi mustahil yang diperangkan oleh tim IMF (Impossible Missions Force) yang digawani Tom Cruise (Ethan Hunt) Simon Pegg (Benji Dunn) Paula Patton ( Jane Carter) dan Jeremy Rener (William Brandt) adalah sebuah cerita yang mustahil terjadi tapi tetap berasa realistis yang manusiawi.

Ditengah tingginya tensi perfilman Hollywod yang selalu menghadirkan action panas, Mission Imposible 4 yang disutradarai Brad Bird, sang pengarah film animasi terkenal dunia, sebut saja hasil karyanya The Iron Giant, The Incredibles, dan Rattatoulie hadir dengan strategi baru. Setidaknya ada dua strategi pasar yang digunakan produser JJ Abrams untuk mendongkrak penjualan film seharga Rp1,2 triliun lebih ini. Yakni :


  • Menjual Asia


Akhir-akhir ini sineas Hollywod banyak yang melirik potensi Asia. Sebenarnya sudah sejak dulu hal ini dilakukan orang-orang Hollywod dalam membuat film. Namun baru kali ini saya melihat ada misi yang lebih jauh dibawa oleh sineas Hollywod dalam mengambil lokasi gambar sebuah film. Dalam Mission Imposible 4 Ghost Protocol ini, ada dua negara Asia yang dijadikan tempat syutingnya, Uni Emiral Arab Dubai dan Mumbai India.

Dengan mengambil lokasi di dua tempat tersebut secara otomatis akan membuat film ini minimal akan laris terjual. Bahkan negara-negara disekitar kedua negara inipun akan kebanjiran order pemutaran film. Pilihan untuk membuat film di India dan menggunakan salah seorang actor kawakan India Anil Kapoor adalah strategi yang jitu. Disatu sisi, apa yang dilakukan JJ Abrams ini untuk menekan laju film Bollywod yang kini menjadi ancaman Hollywod.

Jumlah penduduk India yang banyak menjadi salah satu faktor. Padahal jika ditelaah lebih jauh lagi, Indonesia jauh lebih bisa dijadikan tempat syuting film ini. Namun ternyata tidak demikian pertimbangan untuk mengambil lokasi syuting. India dan Indonesia hampir-hampir sama dalam hal kebudayaan, bahkan film India di Indonesia sudah menjadi sarapan pagi dan mendapat tempat dihati penonton. Sementara sebaliknya, tidak demikian. Dan banyak pertimbangan lain yang digunakan JJ Abrams sehingga mengambil lokasi di India.

Selain itu Dubai menjadi daya tarik sendiri. The New City di Asia ini selalu menjadi daya tarik siapa saja. Berdirinya gedung tertinggi di dunia di sana adalah daya jual yang tinggi. Dan Brad Bird melihat itu sebagai jualan yang mahal. Mengambil lokasi syuting di Burj Khalifa, aksi nekat Tom Cruise yang memanjat gedung ini menggunakan alat seadanya adalah adegan yang menegangkan, ibarat Spiderman tanpa jaring laba-laba.

Janji untuk melihat lebih dalam gedung setinggi 1 kilometer ini juga dijual dalam film ini. Dan benar, dengan dijadikannya Burj Khalifa sebagai syuting Mission Imposible, rasa penasaran akan isi gedung termahal di dunia ini pun bisa terobati walau hanya secuil. Setidaknya inilah yang saya rasakan dengan menyaksikan film ini. Mission Imposible berhasil menarik rasa penasaran ketinggian Burj Khalifa kepada masyarakat dunia.

Kecenderungan Hollywod untuk 'keluar rumah' (tidak melulu membuat film di Amerika dan sekitarnya) adalah satu langkah maju. Mereka sadar, para penikmat film di Amerika banyak yang penasaran akan daerah lain di dunia dan sedikit bosan dengan film yang Amerika melulu. Ini adalah strategi jitu yang digunakan Brad Bird untuk mengobati rasa penasaran pecinta film di benuanya bahkan di benua lain yang selama ini jarang ditempati.


  • Penggunaan teknologi IMAX


Seperti film-film sebelumnya, Mission Imposible selalu menjual kemajuan teknologi dalam setiap aksinya. Jika anda penikmat aksi-aksi itu, mungkin akan sedikit kecewa karena di film ini hampir tidak digunakan peralatan super canggih tersebut. Walau sama sekali tidak meninggalkan itu namun penggunaanya lebih diminimkan. Plot cerita dalam film ini sedikit lebih fleksibel dengan mengedepankan kerjasama tim.

Tapi diluar aksi minimnya penggunaan teknologi, film ini adalah film pertama di dunia yang menggunakan teknologi IMAX. Penggunaan kamera IMAX untuk mengambil gambar, terutama aksi yang dilakukan Tom Cruise di Burj Khalifa memberikan sensasi baru bagi pencinta film. Mungkin bagi anda teknologi 3D saat ini sudah biasa, IMAX adalah solusi lain untuk mendapatkan sensasi dalam menonton film.

Sayangnya, penggunaan teknologi IMAX dalam Mission Imposible ini belum sepenuhnya bisa dinikmati di Indonesia. Karena pemasangan alat IMAX di jajaran Cinemax 21 baru akan direalisasikan di Mei 2012 mendatang. Sehingga penggunaan teknologi IMAX dalam film ini hanya dirasa sedikit berbeda dengan film-film lain.

Sedikit penjelasan akan penggunaan kamera IMAX ini. Gambar yang dihasilkan jauh lebih besar, sehingga memungkinkan penonton menyaksikan sensasi berbeda. Untuk penerapannya pun harus disesuaikan dengan pemasangan layar yang besar. Gambar yang dihasilkan nantinya akan terasa dekat dengan mata penonton walau sebenarnya tidak menggunakan kacamata tiga dimensi.

***

Itulah strategi pasar yang digunakan Bad Robot Production untuk melariskan film action penutup tahun ini. Tentu semua yang dilakukan awak film telah didasari oleh penelitian dan perencanaan yang matang. Tidak heran, sepakan sejak diresmikan di Amerika, film ini langsung merajadi Box Ofice. Dan film ini pun menjadi inti sari dari sekuel Mission Imposible sepanjang karirnya mewarnai perfilman Hollywod.

Saya hanya merindukan perfilman Indonesia bisa melakukan terobosan yang jauh lebih baik. Walau sedikit prihatin melihat aksi film-film Indonesia belakangan ini sedikit merosot dalam jumlah penonton. Terobosan dan gebrakan serta srategi pasar dalam menjual film harus lebih kreatif dilakukan sineas Indonesia. Saya selalu menaruh harapan akan kebangkitan tahap kedua perfilman Indonesia, semoga saja jauh lebih baik.

Salam dari Makassar


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun