“Tidak semua juga bisa langsung kerja dan buka usaha, kalau dia pintar dan nilainya tinggi, melamar kerja bisa jadi langsung kerja, dan kalau punya modal bukan cuma uang, dia bisa langsung buka usaha.” kata ku sekenanya saja.
Sedikit mengerti dia lalu bercerita, sudah tiga malam ini tempatnya disinggahi mahasiswa yang cara berpakaian dan penampilannya hampir mirip dengan saya. Dengan nyegir dia berkata mungkin saya saudara dengan mereka.
Saya hanya bisa tersenyum melihat kepolosannya. Namun setelahnya, dia buat saya terpiam dengan kata-katanya. “Saya juga pingin kuliah, tapi lulus SMU saja tidak, bagaimana mau kuliah,” ceritanya sambil terus mencuci piring bekas tempat makan pengunjungnya.
Penasaran apa penyebabnya. Tanpa ditanya dia lalu melanjutkan. “Saya baru setahun di Makassar mas, orang tua hanya buruh kecil di Tegal, saya tujuh bersaudara dan saya yang paling tua, sekolah saya putus di kelas dua karena tak ada biaya, ada ajakan merantau, saya lalu jalani hingga kini,” tuturnya sambil senyum kecut.
Saya pun hanya bisa tersenyum mengikutinya. Tanpa bisa berbuat banyak dengan kondisinya. “Yang sabar saja mas, kalau ada waktu kedepan, sekolahnya dilanjutin ya, orang sukses bukan karena sekolahnya tinggi mas, tapi karena dia mau merubah nasibnya dengan kerja semampunya, sekolah itu hanya salah satu faktor, masih banyak faktor lain,” kata ku berusaha menguatkan.
Dia pun mangguk-mangguk sedikit paham, tetapi tetap dimatanya terlihat sedikit cahaya kecemburuan. Pengunjung lain kembali berdatangan, rokok ditangan pun sudah hampir habis, setelah bertanya harga saya pun bergegas meninggalkan warung tersebut.
Tetapi sebelum pergi dia menyapa untuk saya kembali lagi nantinya. Dengan terseyum saya berpaling darinya dengan satu rasa kesyukuran besar dalam hati. Saya masih bisa kuliah hingga sekarang, walau sudah masuk tahun kesekian belum juga selesai tetap ada rasa syukur dalam hati.
Pembicaraan singkat itu pula membuat saya teguh untuk menyelesaikan kuliah lebih cepat. Tak terbayangkan kedua orang tua saya yang sudah berpeluh-peluh mencari uang. Untung saya hanya lahir bersaudara dengan kesendirian, yang tidak menambah pusing orang tua.
Malam itu saya kembali kerumah dengan perasaan penuh. ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI