Mohon tunggu...
Ancha Hardiansya
Ancha Hardiansya Mohon Tunggu... Freelance Journalist -

Kau ciptakan malam, tapi kubuat lampu, Kau ciptakan lempung, tapi kubentuk cepu, Kau ciptakan gurun, hutan dan gunung, kuhasilkan taman, sawah dan kebun...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Saya dari Tegal dan Ingin Kuliah'

15 April 2011   08:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:47 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gaya berpakaian dan sesekali ada cekikikan khas lelaki sedikit menyimpang, menambah yakin diriku, entah pria bertindik disebelah ku juga berpikir sama atau tidak. Yang jelas dua orang dari Jakarta tadi sudah pasti tidak berpikir demikian, karena meraka lebih dulu meninggalkan tempat itu.

Makan ku sudah datang. Sebatang rokok yang menemani menunggu juga sudah habis. Bihun goreng spesial, telah didepan mata. Setelah menambahkan bumbu sana sini, makanan dilahap oleh perut yang lapar.

Alhamdullah, sudah kenyang kembali. Pria berpakaian hitam-hitam yang mengingatkan ku pada acara kematian itu, telah lebih dulu meninggalkan tempat. Tinggal dua pemuda tadi yang masih tinggal.

Ku ambil kembali bungkusan rokok dan menghirupnya dalam. Kata teman-teman se perokokan ku, penjajahan tersadis di dunia ini adalah ketika setelah makan dan tak ada rokok. Entah mengapa otak saya malah mengiyakan saja, ungkapan konyol itu.

Dua orang itu juga sudah akan berangkat. Saya masih asik dengan isapan rokok. Tiba-tiba kata-katanya merekatkan pikiran-pikiran liar selama duduk disana. “Saya ke rumah Rian dulu, minum ballo, mau ikut?,” ajak pemuda yang pegang blackberry.

“Akh, tidak lagi deh, begituan sudah saya tinggalkan, tinggal dua, rokok dan sex yang belum saya lupakan,” kata pemuda yang satunya sambil mengedipkan mata dan merangkul pinggang temannya dan beranjak ke atas motor metik miliknya.

Wow, ternyata oh ternyata. Masih sedikit tak habis pikir, saya tetap duduk dan cengir-cengir sendiri. Sambil merampungkan kenikmatan pada penjajahan terparah bagi manusia perokok.

“Mas kuliah yah?” tanya pemuda yang dari wajahnya kemungkinan masih duduk dibangku SMU sambil merapikan  piring tempat tamu-tamunya makan tadi. Sambil senyum, saya balik dan berkata iya.

“Enak yo mas kuliah?” lanjutnya bertanya. Bingung juga mau jawab apa, karna dibangku kuliah ada enaknya ada tidaknya juga. Saya jawab saja, biasa saja. Tak sampai disitu, dia malah bertanya sesuatu yang tak pernah saya pikir selama ini.

“Kalau kuliah, lulus bisa langsung kerja yo, atau langsung bisa punya usaha?”

Sejenak ku terdiam. Ini sungguh satu pertanyaan yang orang tua saya saja pun belum sempat tanyakan. Logak Jawanya yang kental terus terniang. Sedikit tersenyum, lalu kujawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun