Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Polo Berkuda: Mitos tentang Keistimewaan Kelas Bangsawan

1 Februari 2025   16:49 Diperbarui: 1 Februari 2025   16:49 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permainan Polo di Persia. (Foto: en.wikipedia.org via historia.org)

Meski, data menunjukkan 40 persen pemain polo berasal dari negara-negara berkembang. Namun, polo berkuda sering kali dipandang sebagai olahraga elit yang hanya bisa diakses oleh kalangan bangsawan atau kaya.

Gambaran ini telah tertanam dalam banyak masyarakat melalui budaya populer dan media, sehingga menciptakan anggapan bahwa polo berkuda adalah olahraga yang hanya dimiliki oleh segelintir orang dari kelas atas.

Namun, kenyataannya jauh lebih kompleks dan beragam.

Sebagai penulis, penting bagi saya untuk menggali fakta-fakta yang menunjukkan bahwa olahraga ini semakin terbuka bagi individu dari berbagai latar belakang, termasuk mereka yang berasal dari keluarga sederhana.

Sejarah Polo Berkuda: Dari Istana ke Masyarakat Umum

Polo berkuda pertama kali dimainkan di Persia pada abad ke-6 SM, dan pada awalnya memang melibatkan kalangan bangsawan dan kerajaan sebagai bagian dari hiburan elit dan pelatihan militer.

Namun, seiring berjalannya waktu, olahraga ini menyebar ke berbagai wilayah dunia, termasuk ke Inggris pada abad ke-19. Di sana, polo mulai dimainkan oleh kalangan militer dan orang-orang dari berbagai kelas sosial.

Pada akhir abad ke-20, banyak negara mulai menyelenggarakan turnamen yang terbuka untuk lebih banyak peserta dari beragam lapisan masyarakat.

Berdasarkan penelitian oleh K. B. R. N. Sivasankaran dalam artikel "Polo: A Historical Overview" (Jurnal of Sports History, 2019), meskipun polo memiliki akar elitisisme, olahraga ini secara progresif menarik lebih banyak individu dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda, terutama setelah olahraga ini dipopulerkan di berbagai negara melalui turnamen internasional.

Permainan Polo di Persia. (Foto: en.wikipedia.org via historia.org)
Permainan Polo di Persia. (Foto: en.wikipedia.org via historia.org)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun