Meski, data menunjukkan 40 persen pemain polo berasal dari negara-negara berkembang. Namun, polo berkuda sering kali dipandang sebagai olahraga elit yang hanya bisa diakses oleh kalangan bangsawan atau kaya.
Gambaran ini telah tertanam dalam banyak masyarakat melalui budaya populer dan media, sehingga menciptakan anggapan bahwa polo berkuda adalah olahraga yang hanya dimiliki oleh segelintir orang dari kelas atas.
Namun, kenyataannya jauh lebih kompleks dan beragam.
Sebagai penulis, penting bagi saya untuk menggali fakta-fakta yang menunjukkan bahwa olahraga ini semakin terbuka bagi individu dari berbagai latar belakang, termasuk mereka yang berasal dari keluarga sederhana.
Sejarah Polo Berkuda: Dari Istana ke Masyarakat Umum
Polo berkuda pertama kali dimainkan di Persia pada abad ke-6 SM, dan pada awalnya memang melibatkan kalangan bangsawan dan kerajaan sebagai bagian dari hiburan elit dan pelatihan militer.
Namun, seiring berjalannya waktu, olahraga ini menyebar ke berbagai wilayah dunia, termasuk ke Inggris pada abad ke-19. Di sana, polo mulai dimainkan oleh kalangan militer dan orang-orang dari berbagai kelas sosial.
Pada akhir abad ke-20, banyak negara mulai menyelenggarakan turnamen yang terbuka untuk lebih banyak peserta dari beragam lapisan masyarakat.
Berdasarkan penelitian oleh K. B. R. N. Sivasankaran dalam artikel "Polo: A Historical Overview" (Jurnal of Sports History, 2019), meskipun polo memiliki akar elitisisme, olahraga ini secara progresif menarik lebih banyak individu dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda, terutama setelah olahraga ini dipopulerkan di berbagai negara melalui turnamen internasional.
Aksesibilitas dalam Dunia Polo Berkuda
Zaman bergerak. Dunia sudah berganti rupa. Pada abad ke-21, anggapan bahwa polo hanya untuk orang kaya semakin tidak relevan.
Banyak akademi polo dan klub-klub di seluruh dunia menawarkan program pelatihan yang lebih terjangkau bagi mereka yang ingin memasuki dunia polo.
Beberapa klub bahkan memiliki program pembinaan untuk anak-anak dari keluarga dengan pendapatan rendah, memberikan kesempatan untuk berlatih tanpa harus memiliki kuda sendiri.
Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh National Polo Association (2020) menunjukkan bahwa sekitar 25 persen pemain polo di Amerika Serikat berasal dari keluarga yang tidak kaya.
Mereka memperoleh pelatihan serta kesempatan untuk berkompetisi melalui berbagai program beasiswa dan sponsorship yang ditawarkan oleh klub-klub polo.
Polo Berkuda di Indonesia
Penelitian National Polo Association (2020) selaras dengan sejarah perkembangan polo berkuda di Nusantara.
Batavia Polo Club berdiri sejak tahun 1937 menandai dimulainya sejarah polo di Indonesia. Mengambil lokasi di daerah Lapangan Banteng, Jakarta. Pendiri perkumpulan tersebut adalah seorang Belanda
Di era modern, tokoh yang memperkenalkan kembali olahraga polo berkuda adalah Hashim Djojohadikusumo, adik dari Presiden Prabowo Subianto.
Tahun 1992 berdiri Jakarta Polo and Equestrian Club (JPEC) di Bukit Sentul Selatan. Di tahun yang sama, Indonesia menjadi anggota Federation of International Polo (FIP) dengan Hashim sebagai Ketua Asosiasi Polo Indonesia.
Pada tahun 2005, Prabowo Subianto mendirikan Nusantara Polo Club. Klub ini mewakili Indonesia untuk pertama kalinya dalam turnamen Kings Cup 2006 di Thailand dan meraih peringkat ketiga di bawah Malaysia dan Jordan.
Nusantara Polo Club banyak membina atlit polo potensial dari kalangan keluarga sederhana untuk berkiprah di tim nasional polo Indonesia.
Bulan Desember 2007 tim nasional polo Indonesia berpartisipasi di ajang turnamen polo SEA GAMES 2007 Thailand.
Kisah Sukses Pemain Polo dari Latar Belakang Sederhana
Banyak contoh pemain polo profesional yang datang dari latar belakang sederhana. Salah satunya adalah Nacho Figueras, seorang pemain polo asal Argentina yang dikenal di seluruh dunia.
Figueras lahir di keluarga dengan kondisi ekonomi menengah, dan ia memulai karier polo-nya dari usia muda di kampung halamannya di Argentina.
Kini, ia adalah salah satu pemain polo terkaya dan paling terkenal di dunia, membuktikan bahwa olahraga ini tidak hanya milik bangsawan atau orang kaya.
Dalam penelitian Polo Beyond the Elite: A Case Study of Nacho Figueras' Rise yang diterbitkan dalam Sports and Society Journal (2021), dijelaskan bagaimana berbagai latar belakang sosial ekonomi tidak menjadi penghalang dalam meraih kesuksesan dalam polo.
Figueras adalah contoh nyata dari potensi yang bisa dimiliki oleh siapa saja yang memiliki ketekunan dan kesempatan untuk berlatih.
Perubahan dalam Dunia Polo Berkuda
Secara keseluruhan, perubahan dalam cara klub-klub polo beroperasi, serta semakin terbukanya kesempatan bagi berbagai kalangan, telah mengubah wajah olahraga ini.
Dalam banyak kasus, asosiasi polo internasional juga berkomitmen untuk mengurangi biaya dan meningkatkan keterlibatan dari negara-negara yang sebelumnya tidak memiliki tradisi polo kuat.
Salah satu inisiatif yang berkembang adalah penciptaan turnamen untuk pemula dan amatir, yang membuka kesempatan bagi orang-orang dari berbagai latar belakang untuk belajar dan bersaing.
Sebagai contoh, dalam laporan oleh World Polo Foundation pada 2022, sekitar 40 persen pemain polo yang berkompetisi dalam turnamen tingkat pemula berasal dari negara-negara berkembang, yang sebelumnya tidak banyak terwakili dalam dunia polo.
Ini menunjukkan bahwa polo berkuda semakin diterima dan diminati oleh beragam kalangan.
Polo Berkuda untuk Semua
Meski awalnya memang melibatkan kalangan bangsawan dan Kerajaan, namun pandangan yang menyatakan bahwa polo hanya untuk kalangan bangsawan kini semakin usang.
Melalui perubahan dalam struktur organisasi, peluang beasiswa, dan popularitas yang berkembang di kalangan masyarakat umum, polo berkuda telah membuka pintu untuk siapa saja yang ingin berpartisipasi dalam olahraga ini, terlepas dari latar belakang sosial ekonomi mereka.
Hal ini menggambarkan betapa dinamisnya dunia polo dan bagaimana olahraga ini kini lebih inklusif.
Realitas polo berkuda ini idealnya harus dikembangkan dengan tepat, agar dapat menghapus stereotip elitis dan membuka lebih banyak peluang bagi mereka yang memiliki bakat dan minat, namun tidak datang dari latar belakang bangsawan atau kaya.
Dengan artikel ini, diharapkan pembaca dapat lebih memahami bahwa polo berkuda bukanlah olahraga yang hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu, tetapi juga merupakan olahraga yang dapat diakses oleh semua orang.*
Referensi:
Sivasankaran, K. B. R. N. (2019). "Polo: A Historical Overview," Journal of Sports History.
National Polo Association (2020). "Polo Participation Trends in the United States."
Figueras, Nacho. (2021). "Polo Beyond the Elite: A Case Study of Nacho Figueras' Rise," Sports and Society Journal.
World Polo Foundation (2022). "Polo Participation in Emerging Nations."
Sitompul, Martin. (2017). Asal Olahraga Polo. https://historia.id/olahraga/articles/asal-olahraga-polo-PzMV8/page/1. Historia.id.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI