Pergerakan manusia dalam jumlah yang besar, mengingatkan kita pada peristiwa invasi Normandia 1944 memerangi Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Dalam perjalanan ke arah selatan, pejuang Bandung, hanya dalam tempo sekitar tujuh jam, operasi bumihangus kota dilangsungkan. Diawali dengan pembakaran Indisch Restaurant di utara alun-alun Kota Bandung pada pukul 21.00 WIB.
Kemudian aksi pembakaran berlanjut pada bangunan-bangunan penting lainnya mulai dari Ujungberung hingga wilayah Cimahi. Ribuan rumah penduduk yang dibakar memicu gelombang api besar. Sebuah pengorbanan demi mempertahankan kemerdekaan.
Menjelang tengah malam, Bandung telah kosong dan menjadi puing-puing. Semua bangunan habis dilahap si jago merah. Ludes terbakar.
Dalam waktu tujuh jam yang penuh emosi, rumah-rumah dibakar dan bangunan penting diledakkan untuk mencegah Sekutu menjadikan Bandung sebagai markas militer.
Makna dan Warisan Sejarah
Tanggal 26 Maret 1946, dari atas puncak Gunung Leutik, sekitar Pameungpeuk, Garut. Seorang wartawan muda bernama Atje Bastaman menjadi saksi kobaran api yang melahap habis kota Bandung mulai dari Cicadas hingga ke Cimindi.
Dipenuhi dengan semangat yang menyala-nyala itu, Atje menuangkannya ke dalam tajuk berita yang kemudian masyhur dikenang orang dengan nama "Bandoeng Laoetan Api".
Peristiwa Bandung Lautan Api bukan hanya sebuah tragedi; ia adalah simbol keberanian dan pengorbanan. Dalam setiap kobaran api yang membakar kota, tersimpan harapan akan kemerdekaan yang hakiki.
Peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan diharapkan dapat terus dikenang oleh generasi mendatang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!