Konsentrasi tertinggi pada logam Pb (4,48 - 5,76 ppm) pada biota dari perairan Semarang dan di perairan Tegal (0,53 -- 3,055 ppm). Sedangkan logam Cu yang terdapat dalam biota di perairan Semarang (0,03 - 0,177 ppm) dan di perairan Tegal (0,131 -- 0,197).
Pemiskinan Struktural dan Marginalisasi
Kondisi nelayan dan masyarakat pesisir di Indonesia bukanlah hasil dari ketidakmampuan individu atau kegagalan dalam mencari pekerjaan, melainkan akibat dari pemiskinan struktural yang disebabkan oleh dinamika pergerakan modal dan kebijakan pembangunan yang bias kelas.
Dalam perspektif kritis, proses ini disebut sebagai eksploitasi---yaitu ketika nilai tambah yang dihasilkan oleh kerja nelayan tidak kembali kepada mereka dalam bentuk upah yang adil atau akses yang setara terhadap sumber daya.
Nelayan miskin juga sering kali dimarginalkan dalam proses pengambilan keputusan, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Mereka tidak memiliki suara yang cukup untuk mempengaruhi kebijakan yang mempengaruhi hidup mereka.
Bahkan dalam forum-forum yang diadakan untuk membahas masalah perikanan, suara mereka sering tenggelam oleh kepentingan kelompok-kelompok yang lebih berkuasa.
Nelayan miskin di Indonesia sangat bergantung pada hasil laut sebagai satu-satunya sumber mata pencaharian utama.
Namun, ketergantungan ini membawa mereka pada ketidakpastian yang besar. Beberapa faktor yang mengarah pada ketidakpastian tersebut selain perubahan iklim dan kerusakan ekosistem laut adalah persaingan dengan industri perikanan besar.
Praktik ekspansi industri perikanan dengan menggunakan kapal besar dan alat tangkap modern yang mampu menangkap ikan dalam jumlah besar, mengancam mata pencaharian nelayan tradisional yang hanya mengandalkan perahu kecil dan alat tangkap sederhana.
Dengan kata lain, nelayan harus bersaing dengan kekuatan pasar yang dikuasai oleh korporasi besar, yang memiliki modal dan teknologi yang jauh lebih canggih.