Fidel Castro pun diadili. Lalu berpidato. La historia me absolver. "Hukumlah aku. Tidak masalah. Sejarah akan membebaskan ku!". Kuba manusia pemberani.
Menjelma sebagai lawan abadi imperium Washington sampai ajal menjemput. Api anti kolonialisme dan imperialisme menyala-nyala di setiap dada kaum Barbudos.
Setelah serangan Moncada, Castro ditangkap namun kemudian dibebaskan. Ia melanjutkan perjuangan dengan membentuk basis di Sierra Maestra.
Tiba waktunya. 1 Januari 1959. 66 tahun yang lalu. Ingatan yang tak pernah hilang. Ketika jutaan manusia menyemut, berdesakan turun ke jalan. Bendera merah hitam Movimiento 26 de Julio berkibaran.
Fidel Castro, komandan perang tertinggi Kuba, kemudian Raul Castro datang dari wilayah tempur Oriente, Che Guevara dari teritori Pinar del Rio, Juan Almeida wilayah Santa Clara. Satu per satu manusia-manusia pemberani itu memasuki Havana.
Tak ketinggalan Ramiro Valdes yang bertugas di bidang inteljen dan kontra-intelijen, serta Guillermo Garcia bagian taktis ibukota.
Pasukan penyerang pimpinan Juan San Roman sebagai komandan Brigade 2506 membawa empat batalion sebagaimana telah dibentuk semasa pelatihan beserta komandannya: Alejandro del Valle (Batalion Pertama), Hugo Sueiro (infanteri), Erneido Oliva (Lapis Baja), dan Roberto San Roman (Batalion Senjata Berat).
Batista dan para begundalnya keluar dari istana. Lari terkencing-kencing. Kabur ke luar negeri.
Situasi Pascarevolusi
Revolusi Kuba membawa perubahan drastis dalam struktur sosial dan ekonomi negara. Program reformasi agraria dilaksanakan untuk mengurangi ketimpangan ekonomi dengan mengambil alih tanah-tanah besar dan mendistribusikannya kepada petani kecil.