Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Soebianto dan Soejono: Pahlawan Pertempuran Lengkong

9 Januari 2025   10:26 Diperbarui: 9 Januari 2025   11:08 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo berziarah ke TMP Taruna, Tangerang, Banten, 26/1/2022 (Sumber:  ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan)

Sekolah ini dibuka kembali oleh tentara pendudukan Jepang pada tanggal 29 April 1943 setelah sebelumnya ditutup oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda (Sumber: fk.ui.ac.id).

 Watak memberontak seorang Soebianto muda itu memang sudah nampak sejak dia di bangku kuliah.

Selama di Ika Daigaku, Soebianto terlibat dalam perlawanan terhadap praktik fasisme yang diterapkan oleh pihak Jepang, termasuk penolakan terhadap penggundulan paksa yang dilakukan di kampus.

Soebianto dan beberapa mahasiswa lainnya dianggap sebagai "otak perlawanan" dan ditahan selama 20 hari dengan penyiksaan fisik (Sumber: historia.id, 5/11/2024).

Tidak berhenti sampai di situ saja, Soebianto juga terlibat dalam latihan kemiliteran yang diselenggarakan oleh instruktur Jepang, yang berujung pada penangkapan beberapa mahasiswa termasuk dirinya karena dianggap membangkang.

Namun, setelah mengalami berbagai siksaan dan penahanan, Soebianto Bersama Soedjatmoko, Soedarpo, dan Soeroto Koento (kelak berpangkat Mayor TNI dan menghilang di tahun 1946) tidak diperbolehkan melanjutkan studinya di Ika Daigaku.

Soebianto, Aktivis Mahasiswa yang Dihormati

Tidak lama sesudah pemberontakan mahasiswa ika Daigaku di Jakarta berdiri Sekolah Tinggi Islam (STI), kelak STI ini akan berubah nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) yang kita kenal sekarang.

Soebianto dan 13 mahasiswa lainnya melanjutkan kuliah di STI, setelah di drop out dari Ika Daigaku.

Karakter pejuang Soebianto tidak pernah luntur. Di kampus STI, dia menginisiasi pembentukan Persatuan Pelajar STI (hari ini dikenal dengan nama Dewan Mahasiswa atau semacam BEM).

Kemudian, Soebianto bersama Soebadio Sostrosatomo aktif dalam gerakan pemuda yang mendesak Sukarno-Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan diluar skenario Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun