Januari, boleh jadi merupakan bulan yang sangat emosional buat Presiden Prabowo dan keluarga besarnya. Bulan perjuangan dimana kesedihan bercampur aduk dengan kebanggaan dan kehormatan.
Publik mungkin asing dengan nama Soebianto dan Soejono. Namun, jika di belakang kedua nama itu dilekatkan dengan 'Djojohadikoesoemo' tentu kita sudah mulai bisa menebak. Kemana nama-nama itu tertuju.
Tepat! Soebianto dan Soejono, keduanya adalah Paman dari Presiden Prabowo. Putera dari Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo.
Margono dikenal sebagai pendiri BNI dan Yayasan Hatta, yang berfungsi untuk memberikan biaya pendidikan kepada para pemuda (Tempo.co, 13/11/2024).
Margono dan Siti Katoemi Wirodihardjo, keduanya adalah kakek dan nenek Prabowo, menikah tahun 1915 dan dikaruniai lima orang anak.
Soemitro (Ayah Prabowo), Soekartini, Miniati, Soebianto, dan Soejono. Sayangnya, takdir memiliki jalan ceritanya sendiri, Soebianto dan Soejono termasuk orang-orang yang gugur dalam pertempuran Lengkong bersama Mayor Daan Mogot.
Anda, saya, dan kita semua tentu merasakan kesedihan mendalam. Ditinggal pergi untuk selama-lamanya, bukan hanya satu tapi dua anak sekaligus. Gugur dalam medan pertempuran.
Kisah Heroik Pahlawan Pertempuran Lengkong
Pada tanggal 25 Januari 1946, sejarah Indonesia mencatat peristiwa heroik yang dikenal sebagai Pertempuran Lengkong.
Dalam pertempuran ini, dua sosok pahlawan muda gugur dengan penuh keberanian: Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo dan Taruna Soejono Djojohadikoesoemo.