2. Peran Industri Ekstraktif:
Sebagian besar kekayaan terkonsentrasi pada individu yang terafiliasi dengan industri ekstraktif, seperti pertambangan dan minyak bumi. Sekitar setengah dari 50 orang terkaya memiliki keterkaitan langsung dengan sektor ini, yang berkontribusi besar terhadap ketimpangan.
Meskipun sektor ini menjadi sumber utama pendapatan negara melalui pajak dan royalti, keuntungan cenderung mengalir kepada segelintir elit, bukan kepada masyarakat luas.
3. Ketimpangan di Dunia Kerja:
Di sektor korporasi, terdapat disparitas signifikan antara gaji eksekutif dan pekerja biasa. Banyak pekerja tidak mendapatkan insentif yang sebanding dengan kontribusi mereka terhadap keuntungan Perusahaan.
Contoh nyata dari ketidakadilan ini adalah kisah seorang guru honorer yang hanya dibayar Rp100 ribu per tiga bulan, meskipun kontribusinya sangat besar bagi pendidikan.
Pemahaman Prabowo tentang bahaya Neoliberalisme ini sejalan dengan banyak ahli lainnya. Prabowo tidak sendirian.
Sebut saja nama Dr. Mohtar Mas'oed dalam buku bertajuk "Politik, Birokrasi dan Pembangunan". Arief Budiman & Ph. Quarles van Ugford dengan judul buku "Krisis Tersembunyi Dalam Pembangunan". Atau buku karya Yoshihara Kunio "Kapitalisme Semu Asia Tenggara."
Silakan Anda melacaknya melalui buku-buku tersebut. Nama-nama populer lainnya seperti Faisal Basri, Ichsanuddin Noorsy, atau Revrisond Baswir.
"Saya dulu tertarik sama Neolib. Tapi saya lihat ternyata paham itu bohong. Kesejahteraan nggak netes-netes ke bawah. Malah dibawa ke luar negeri oleh elit," ujar Prabowo saat berpidato di Gedung Serbaguna Istana Kana Cikampek, Sabtu, 31 Maret 2018.