Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Dynamic Leadership: Pilkada DKJ dan Pelajaran-Pelajaran Penting Darinya

26 Desember 2024   13:43 Diperbarui: 27 Desember 2024   01:03 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fakir-pengalaman. Nihil pengetahuan. Itulah saya. Tak terbantahkan. Anda bisa menghakimi artikel ini: Dhaif. Maka, berhentilah membaca. Abaikan. Buang ke selokan. Artikel ini tidak cocok untuk Anda yang merasa jagoan dan enggan menerima masukan.

Karena kemenangan yang tidak dapat dijelaskan, selamanya tidak akan menjadi pengetahuan. Begitu juga sebaliknya, kekalahan yang dipelajari, dianalisis dengan sungguh-sungguh akan menjadi pengetahuan untuk kemudian diwariskan kepada generasi pejuang di masa depan.

Dengan rendah hati, artikel ini ditulis bukan untuk menggurui apapun kepada siapapun. Tidak menyalahkan dan membenarkan yang lain. Bukan juga untuk merendahkan apalagi mengabaikan akumulasi perjuangan dan ikhtiar tim pemenangan dari setiap paslon.

Artikel ini ditulis semata-mata sebagai sebuah ikhtiar untuk dapat menarik sebanyak-banyaknya pelajaran dari setiap kejadian, sehingga dapat diformulasikan menjadi pengetahuan.

Fakta-fakta Pilkada DKJ

Perolehan suara Parpol pengusung RIDO di Pileg 2024, secara berurutan: PKS (16,68%/18 kursi); Gerindra (12%/14 kursi); Nasdem (8,99%/10 kursi); Golkar (8,53%/10 kursi); PKB (7,76%/10 kursi); PAN (7,51%/10 kursi); Demokrat (7,32%/9 kursi), PSI (7,68%/8 kursi); Perindo (2,64%/1 kursi); PPP (2,53%/1 kursi). Ditambah partai non-parlemen: PBB, Gelora, Prima, Garuda, PKN, dan Partai Buruh.

RIDO maju dengan modal suara kurang-lebih 81,37%, itu belum ditambah dengan perolehan suara partai non-parlemen. Angka yang tidak sedikit. Hebat. Tidur saja (mungkin) menang.

Keputusan KPUD Jakarta. DPT: 8.214.007. Pemilih yang Menggunakan Hak Suara: 4.724.393. Suara Sah: 4.360.629. Suara Tidak Sah: 363.764. Partisipasi Pemilih: 57,52%, ini menjadi yang paling rendah sepanjang sejarah pilkada Jakarta. Bandingkan dengan Pilkada 2017 mencapai 77,8%.

Pram-Rano meraup suara 50,07% setara dengan 2.183.239 suara. Rido 39,40% atau 1.718.160. Dharma-Kun 10,53% atau 459.230.

Hasil ini memastikan kemenangan Pram-Rano dalam satu putaran, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 2 Tahun 2024 tentang DKJ, yang mensyaratkan calon gubernur meraih lebih dari 50% suara sah untuk menang tanpa perlu diadakan putaran kedua. Pram-Rano secara meyakinkan unggul di semua wilayah.

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa Pilkada DKI Jakarta 2024 mencerminkan dinamika politik yang kompleks.

Penurunan tingkat partisipasi pemilih dapat dianalisis melalui teori partisipasi politik, yang menunjukkan bahwa kepuasan terhadap kandidat dan kepercayaan terhadap lembaga pemilu sangat mempengaruhi keputusan individu untuk memberikan suara. 

Selain itu, tingginya angka suara tidak sah menunjukkan perlunya edukasi pemilih yang lebih baik mengenai proses pemungutan suara.

Secara keseluruhan, hasil Pilkada ini menunjukkan bahwa strategi pengorganisasian relawan TPS dan komunikasi politik yang efektif tetap menjadi faktor kunci dalam memenangkan kontestasi politik di DKJ.

Dengan kekuatan politik yang luar biasa besar, kenapa RIDO kalah? Untuk menjawab pertanyaan itu, saya menyarankan Anda termasuk saya untuk merendahkan hati dan menundukkan kepala sejenak. Simpan arogansi dan kesombongan ke dalam kotak-perenungan.

Prinsip-Prinsip Pengorganisasian Relawan

Setiap Tim tentu memiliki strategi-taktik dan pendekatan berbeda. Namun, dalam perjuangan memenangkan seorang kandidat dalam pemilihan umum, terdapat beberapa prinsip yang dapat dijadikan pedoman.

Prinsip-prinsip ini tidak hanya berfungsi untuk mengorganisir tim pemenangan, tetapi juga untuk memastikan bahwa proses pemilihan berlangsung secara demokratis dan transparan.

1. Memahami Aturan Pemilihan

Tahap pra-pemilu. Penting untuk memahami syarat dan ketentuan pemilihan, seperti yang diatur dalam UU DKJ. Untuk menang dalam satu putaran, pasangan calon harus memperoleh lebih dari 50% suara sah. Ini berbeda dengan daerah lain di Indonesia, yang hanya membutuhkan suara terbanyak.

Memahami mekanisme ini memungkinkan tim untuk merancang strategi yang lebih efektif.

Target menang satu putaran harus didasarkan pada perhitungan yang akurat dan tidak bisa serampangan atau sekadar memenuhi nafsu politik belaka. Begitu juga dengan target menang dalam dua putaran.

Langkah pertama yang krusial, saya akan menentukan terlebih dahulu prediksi angka partisipasi pemilih. Ini didapat dengan analisis pilkada sebelumnya dan faktor ekonomi-politik yang mengikutinya.

Dibutuhkan sedikit kecerdasan yang dikombinasikan dengan kehendak membaca sejarah untuk memastikan langkah awal ini, setidaknya, mendekati angka akurat.

Saya membuat prediksi partisipasi pilkada 2017 di angka 70%. Dengan DPT 7 juta (tahun 2017), setidaknya ada 4.900.000 pemilih yang menjadi target.

Dengan 3 paslon, maka 4,9 juta : 3 = 1,63 juta. Dengan demikian, untuk bisa lolos di putaran pertama, saya harus menang dengan minimal 2 juta suara.

Dengan mengetahui jumlah total TPS Pilkada, dan target 2 juta suara, maka Anda dapat memastikan jumlah suara minimal yang harus diperoleh di setiap TPS.

Benar saja, pasangan Anies-Sandi, yang dulu saya dukung, di putaran pertama meraup 39,95% atau setara 2.197.333 suara. Anies-Sandi masuk putaran kedua.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara mendapatkan 2 juta suara? Prinsip kedua akan menjelaskannya.

Sebelumnya saya menekankan pada kemampuan menguasai aturan pemilihan. Anda juga diharapkan bisa menambah literasi lainnya seputar kepemiluan. 

Kemudian Anda diajak untuk bisa memprediksi angka partisipasi pemilih dan target perolehan suara di setiap TPS. Agar tidak gagal paham, Saya sarankan Anda membaca ulang paragraf sebelumnya.

INGAT: Ikhtiar memenangkan kandidat melalui Pemilu adalah sebuah proses yang melibatkan banyak bidang keilmuan. Akademik maupun non-akademik.

Ketekunan, kejujuran, kedisiplinan, ilmu politik, komunikasi, hukum, psikologi, ekonomi, dan lainnya. Termasuk Ilmu Manajemen, dimana inti pelajarannya adalah: Perencanaan, Pengorganisasian, Kepemimpinan, Pengawasan. 

Keempatnya akan mengelola unsur-unsur: Man (manusia), Minute (waktu), Money (logistik), Method (metode), Machine (bentuk organisasi), Market (segmen pemilih).

Sebuah pertanyaan besar: Bagaimana cara meraup target suara (Market) yang sudah direncanakan sebelumnya?

Ini membawa kita ke prinsip kedua. Pertanyaan tersebut akan terkait erat dengan unsur-unsur: anggota tim relawan (Man), keterbatasan waktu (Minute), kemampuan logistik (Money), metode dan taktik yang digunakan (Method), bentuk organisasi (Machine), dsb. Mari kita masuk ke prinsip kedua.

2. Menggerakkan Pemilih-Pasti Sebanyak-banyaknya ke TPS

Ini adalah inti dari keseluruhan isi tulisan. Prinsip ini menekankan pada dua hal: TPS dan Pemilih-pasti. TPS adalah pusat pertempuran elektoral. Menguasai TPS adalah mutlak. Strategi-taktik diabdikan sepenuhnya untuk menguasai TPS. Tidak ada yang lain.

APK diberikan dan dipasang di pintu-pintu dan halaman rumah pemilih-pasti sekitar TPS. Bukan di pinggiran jalan apalagi di kuburan.

Siapakah pemilih-pasti? Relawan yang sudah melalui proses: Pendaftaran, pendataan, validasi dan verifikasi, serta melalui tahap pengujian sebagai pemilih yang pasti hadir ke TPS dan pasti memilih kandidat yang kita dukung. 

Saya tidak akan menjelaskan bagaimana cara memastikan "sekumpulan pemilih" ini menjadi sesuai dengan yang kita inginkan, karena ruang yang sangat terbatas. Tentang ini akan saya uraikan di forum tersendiri.

"Pelantikan relawan-saksi TPS", "Dapur umum", "Liwetan", "Pertemuan Reboan" dapat dibentuk dan diupayakan untuk membangun semangat korsa diantara pemilih-pasti di masing-masing TPS, ini salah satu caranya.

Intinya adalah di sini Anda harus memperkaya metode dan kemampuan bersiasat untuk menjangkau dan membentuk jejaring di sebanyak-banyaknya TPS.

Prinsip integrasi-TPS ini menekankan pentingnya mobilisasi pemilih untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Selain itu, taktik integrasi-TPS ini menuntut keseragaman: Gerak, Kesadaran, Tujuan. Setiap relawan harus memiliki tanggung jawab kolektif untuk memastikan bahwa pemilih di TPS-nya benar-benar hadir dan memberikan suaranya.

3. Setiap Kita adalah Relawan

Tidak peduli Anda seorang pimpinan partai di level Pusat, provinsi, kab/kota, kecamatan, maupun kel/desa, Anda adalah seorang relawan, pejuang politik, WAJIB memenangkan kandidat di TPS-nya masing-masing.

Anda harus fokus dan berupaya semaksimal mungkin agar kandidat menang di TPS Anda.

INGAT: Salah satu kunci penentu kemenangan dalam pertarungan di Pilkada adalah kemampuan untuk membangun jaringan relawan-militan di semua TPS yang ada. Relawan militan adalah energi penggerak utama.

Tidak peduli sebesar apa koalisi Anda, tidak peduli sebanyak apa ormas yang mendukung Anda; jaringan relawan-militan di semua TPS adalah syarat mutlak yang harus Anda ciptakan dan Anda pikirkan setiap hari.

Setiap relawan berjuang sesuai dengan kemampuannya. Jangan membebani relawan dengan tugas-tugas di luar batas kemampuannya. Misal, tugas merekrut suara biasanya akan maksimal dilakukan di hari libur, atau di saat waktu senggang sepulang bekerja.

Jadi, jangan memaksa relawan untuk merekrut suara di luar batas kewajaran.

Untuk memudahkan kita memahami lingkungan-TPS, maka sebaiknya Anda pahami dahulu apa saja Klasifikasi pemilih di TPS. 

Setiap TPS tentu saja ada sekumpulan orang yang memiliki latar-belakang yang berbeda. Ada pensiunan TNI, ada guru, buruh pabrik, karyawan, ustadz, makelar, pemain politik, preman, dll. Apapun itu, mereka adalah pemilih. 

Ini sebuah prinsip Pengorganisasian relawan di TPS. Meski kita semua adalah relawan, namun akan menjadi lebih baik jika kita mampu membagi peran dan tugas di setiap TPS. 

Kita harus melibatkan berbagai peran, agar tujuan dan tugas-tugas pemenangan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Tepat waktu dan tepat biaya.

Setiap kita adalah relawan, namun ada tugas dan peran yang berbeda:

1. Koordinator TPS: Bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan di TPS; membentuk tim TPS, merekrut relawan, update data, analisis situasi TPS, dll.

2. Relawan TPS: Membantu dalam berbagai tugas di TPS, termasuk mengarahkan pemilih dan memberikan informasi.

3. Saksi TPS: Direkrut dari Relawan TPS dan bertugas memastikan bahwa proses pemungutan suara berjalan dengan adil dan sesuai aturan.

4. Pemilih-Pasti: Pemilih yang telah berkomitmen untuk memilih kandidat tertentu.

Klasifikasi 1-4 dapat Anda sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di masing-masing daerah. Jumlah DPT setiap TPS pilkada umumnya 400-600. Tugas seluruh unsur TPS adalah sebanyak-banyaknya merekrut DPT tersebut. Fokus. Catat dan analisis semuanya. Klasifikasi tersebut jika digabungkan akan menjadi "komunitas pemilih-pasti."

4. Dari Relawan Menjadi Komunitas Pemilih-Pasti

Saya akan melanjutkan prinsip ke-4 ini dengan sebuah tesis: "Sebanyak apapun Relawan yang sudah direkrut, tidak akan berarti apa-apa jika tidak diubah menjadi komunitas pemilih-pasti di TPS-nya."

Setiap relawan yang berhasil direkrut pasti tersebar di TPS masing-masing, sesuai dengan domisilinya, lokasi di mana seharusnya mereka mencoblos.

Relawan hanya fokus di TPS-nya saja. Tugas utama setiap relawan adalah membentuk sebuah komunitas pemilih-pasti di TPS dan lingkungannya. 

Jika di Tingkat RT sudah terbentuk sebuah komunitas, maka dilanjutkan dengan pembentukan di Tingkat RW, begitu seterusnya.

Prinsip ke-4 ini merupakan kunci pengorganisasian jaringan TPS dengan Relawan TPS sebagai ujung tombak-nya. Jika kita gagal di sini, maka dapat dipastikan kandidat akan menghadapi kesulitan luar biasa untuk memenangkan kontestasi. 

Pada fase ini, Pembangunan komunitas pemilih pasti, pastikan kita sudah menetapkan tujuan-tujuan dan target yang jelas dan terukur untuk setiap individu relawan dan tim. 

Tanpa tujuan dan target yang jelas dan detil, energi akan menjadi tersebar tidak karuan, dan keberhasilan menjadi tidak terukur.

INGAT: Setiap relawan memiliki kemampuan jelajah teritorial yang beragam, keterbatasan itu akan menjadi lebih kuat jika dipusatkan untuk bersama-sama berjuang fokus menguasai TPS. Penting untuk mengetahui kemampuan setiap relawan TPS dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

5. Peran Kepemimpinan dalam Manajemen Pengorganisasian Relawan

Uraian sebelumnya memberikan gambaran bahwa manajemen pemenangan pilkada dengan segala kompleksitasnya membutuhkan sebuah kepemimpinan (leadership) yang tangkas, cerdas, kreatif, bertanggungjawab, dan disiplin. 

Singkatnya, seorang manajer tim harus memiliki kualifikasi tertentu dan dapat diandalkan, atau setidaknya tidak gaptek. Manajemen modern menyebutnya dengan dynamic leadership.

Dynamic leadership adalah konsep kepemimpinan yang ditandai dengan kemampuan pemimpin untuk beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi perubahan yang cepat dan kompleks. Dinamika ini mencakup dua komponen utama: waktu dan perubahan, di mana pemimpin harus mampu mengubah perilaku dan strategi mereka secara konsisten untuk memenuhi tuntutan yang terus berkembang. Pemimpin dinamis tidak hanya berfokus pada hasil jangka pendek tetapi juga pada pengembangan jangka panjang tim dan organisasi.

Karakteristik Dynamic Leadership

1. Adaptabilitas: Pemimpin dinamis mampu menyesuaikan diri dengan perubahan situasi dan kebutuhan tim. Mereka mengembangkan strategi baru dan memanfaatkan peluang yang muncul dari perubahan tersebut.

2. Inovasi: Kepemimpinan dinamis mendorong inovasi dengan menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas dan eksperimen. Pemimpin mendorong anggota tim untuk berpikir di luar kebiasaan dan mencari solusi baru terhadap masalah yang ada.

3. Komunikasi Efektif: Pemimpin dinamis harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk menyampaikan visi dan tujuan organisasi dengan jelas, serta mendengarkan masukan dari anggota tim.

4. Motivasi: Mereka mampu memotivasi anggota tim untuk bekerja lebih keras dan mencapai tujuan bersama, sering kali dengan cara yang inspiratif dan memberdayakan.

5. Resilience: Kemampuan individu untuk beradaptasi dan bangkit kembali dari situasi sulit, tekanan, atau kegagalan. Dalam konteks kepemimpinan, ketangguhan mencakup kemampuan untuk tetap tenang, fokus, dan mengambil keputusan yang tepat meskipun dihadapkan pada tantangan yang kompleks dan tidak terduga.

Dynamic leadership adalah konsep vital dalam manajemen modern, terutama dalam konteks organisasi yang harus menghadapi tantangan baru setiap hari. 

Dengan kemampuan untuk beradaptasi, berinovasi, dan memotivasi, pemimpin dinamis tidak hanya meningkatkan kinerja individu tetapi juga memperkuat keseluruhan budaya organisasi. 

Dalam konteks pemilu, kepemimpinan dinamis menjadi semakin penting untuk memastikan bahwa tim pemenangan dapat berfungsi secara efektif dalam lingkungan yang berubah-ubah.

Penutup

Kombinasi prinsip-prinsip yang sudah diuraikan di atas, jika benar sudah dikerjakan oleh sebuah tim pemenangan, tentu akan membawa hasil yang sangat luar biasa. 

Salah satu output dari keseriusan dalam menjalankan prinsip-prinsip tersebut dapat kita lacak melalui kuantitas kegiatan kampanye dari masing-masing tim paslon.

Sepanjang masa kampanye 25 September-9 Oktober 2024, data resmi dari bawaslu mencatat, pasangan Pram-Rano paling banyak melakukan kegiatan kampanye sebanyak 76 kali, terdiri dari: 32 pertemuan tatap muka; 3 pertemuan terbatas; dan 41 kegiatan lainnya.

Sementara, pasangan RIDO hanya melakukan 29 kali kampanye: 22 pertemuan tatap muka dan 7 kegiatan lainnya. 

Kondisi serupa dengan pasangan Dharma-Kun yang paling sedikit melakukan kegiatan kampanye yakni 14 kali tatap muka. Ini adalah data resmi, tentu data yang tidak resmi akan lebih banyak lagi.

Mengasumsikan adanya peran signifikan dari tokoh-tokoh seperti Jokowi, Anies, Ahok, dan sebagainya harus dikaji kembali secara mendalam dan jangan digeneralisasikan untuk semua wilayah. 

Saya lebih percaya pada tingkat kemampuan kolektif Tim dalam upaya meraup suara sebagai faktor penting dalam kontestasi elektoral.

Faktor tokoh pendukung idealnya dihitung seberapa banyak dia turun tatap muka ke basis-basis pemilih. Dengan demikian kita dapat mengukur secara akurat dampak tokoh terhadap Tingkat keterpilihan kandidat.

Hasil Pilkada Jakarta 2024 bagi pasangan Ridwan Kamil-Suswono memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya tata kelola relawan, efektivitas strategi kampanye, serta respons terhadap hasil pemilu. 

Dengan menganalisis faktor-faktor ini secara mendalam, calon di masa depan dapat merumuskan pendekatan yang lebih baik untuk memenangkan hati pemilih dan memastikan keberhasilan dalam kontestasi politik selanjutnya.

Kekalahan Ridwan Kamil-Suswono dalam Pilkada Jakarta 2024 merupakan hasil dari kombinasi faktor-faktor strategi kampanye, komunikasi, inkonsistensi koalisi, namun yang lebih fatal adalah kelemahan dalam penguasaan TPS sebagai medan kontestasi.

"Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik." [William McFee]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun